Indonesia adalah negara kepulauan yang ribuan pulaunya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Perbedaan geografis ini, telah melahirkan keberagaman budaya yang kemudian menjadi identitas bangsa ini. Di dalam keberagaman tersebut terdapat kekayaan cita rasa nusantara yang menjadi ciri khas sekaligus identitas dari masing-masing daerah.

Kekayaan cita rasa ini tersaji dalam keberagaman rasa yang tertuang pada makanan-makanan khas daerah. Secara umum, masakan nusantara terkenal akan penggunaan rempah-rempah yang kuat dari bau hingga rasanya. Uniknya, penggunaan rempah-rempah yang kuat tidak menutup kemungkinan akan beragamnya rasa yang ditimbulkan pada makanan khas masing-masing daerah.

Pulau Sumatera misalnya, makanan yang disajikan cenderung berminyak dan pedas. Sedangkan untuk Pulau Jawa sendiri cenderung pedas dan asin di Jawa bagian timur. Kebalikannya, rasa manis yang kuat menjadi identitas pada kuliner di Jawa bagian tengah. Tentunya masih banyak cita rasa lainnya yang berbeda-beda tergantung tiap daerah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain ciri khas rasa yang beragam, proses pembuatan hidangan masing-masing daerah pun memiliki caranya sendiri. Terdapat hidangan yang mempunyai proses cukup singkat hingga membutuhkan beberapa hari berproses. Terdapat pula hidangan yang terdiri dari bahan dasar yang dapat dihitung jari hingga ratusan komposisi. Semuanya memiliki tahap tersendiri hingga akhirnya disajikan dengan sempurna pada penikmatnya.

Proses yang dimulai dari pencarian bahan dasar, pemrosesan bahan dasar menjadi layak konsumsi, pengolahan menjadi makanan khas nusantara, hingga tersajinya hidangan nusantara di meja makan penikmatnya inilah yang menjadi penjelasan dari istilah gastronomi. Rangkaian hal yang dilakukan selama menyiapkan suatu hidangan ini secara tidak sengaja menarik perhatian bagi penikmat sajian nusantara.

Keragaman kebudayaan cita rasa nusantara dan konsep gastronomi ini menjadi peluang emas bagi Chef Andrian Ishak, orang di balik berdirinya Restoran Namaaz Dining, untuk menyatukan kedua hal tersebut di restorannya. Berawal dari hobi jalan-jalan ke pelosok nusantara untuk menjumpai kuliner khas masing-masing daerah, Chef Bondi (panggilan akrabnya) berniat untuk mengenalkan kekayaan budaya cita rasa nusantara pada dunia melalui konsep gastronomi. Sekali dayung dua pulau terlampaui menjadi peribahasa yang tepat untuk menggambarkan keadaan tersebut.

Lebih-lebih, peluang lain yang mendukung Chef Bondi untuk mengembangkan usahanya ini adalah perilaku wisatawan Indonesia yang cenderung narsistik. Perilaku narsistik merupakan sebuah aktualisasi diri melalui teknologi khususnya fotografi dalam perwujudan sebuah kebudayaan visual seperti yang dikutip pada Elda Franzia pada tahun 2012. Dalam perkembangannya, perilaku ini sekaligus mendorong rasa keingintahuan seseorang terhadap asal usul suatu hal, dalam bidang ini hidangan khas nusantara. Perilaku ini seringkali ditemui khususnya pada kaum milenial yang lebih sering berkutat pada teknologi.

Adanya dua perilaku, narsistik dan KEPO (bentuk panjangnya adalah Knowing Every Particular Object atau rasa keingintahuan yang besar), yang sering dijumpai pada kalangan wisatawan Indonesia ini menjadi langkah yang tepat bagi Chef Bondi untuk memperkenalkan makanan khas nusantara melalui cara yang tidak biasa, berkonsep gastronomi. Khususnya pada konsep gastronomi molekuler dimana Chef Bondi adalah chef pertama yang piawai pada bidang tersebut dan mendirikan restoran berkonsep demikian pertama di Indonesia.

Restoran Namaaz Dining berdiri di tahun 2012 dan berlokasi di daerah Fatmawati. Setahun kemudian, tepatnya 7 November 2013, restoran ini berpindah lokasi di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan daya tampung 29 orang dan memiliki 31 karyawan.

Dengan olahan khusus dan sentuhan yang piawai dari Chef Bondi selaku chef utama restoran, makanan khas nusantara disajikan dengan konsep yang unik dan tidak dapat ditemui di lain tempat. Dikatakan unik karena pada tiap sesinya yang mana tersaji 17 hidangan terkemas dengan tema-tema khusus dan berganti tiap 6 sampai 8 bulan sekali. Setiap sesinya akan berlangsung selama 2-3 jam yang tidak akan membosankan pengunjungnya.

Tema-tema yang pernah diterapkan adalah supermarket, cinema, streetfood, dan video games. Hidangan-hidangan yang tersaji sukses mengejutkan penikmatnya baik secara visual maupun rasa sensori lidah. Makanan gudeg biasanya disajikan dengan nasi yang dikelilingi sayur nangka muda, sambal goreng pedas, dan ayam maupun tahu tempe bacem dalam satu piring.Dalam restoran ini, gudeg dikemas dalam bentuk roti yang merupakan suwiran ayam dilengkapi 4 botol selai yang merupakan lauk pauk lainnya. 

Terdapat pula hidangan yang bernama udang di balik batu yang mana menampilkan makanan udang urap dalam bentuk layaknya bebatuan asli di tepi sungai. Namun, tidak hanya mengandalkan tampilannya yang unik, rasa yang dihasilkan sangatlah kaya dan lezat dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas.

Menariknya lagi, ide-ide kreatif inilah yang memaksimalkan perilaku narsistik dan rasa keingintahuan yang besar menjadi salah satu proses aktualisasi diri seseorang. Hal ini tergambar pada pengambilan visual yang dilakukan pengunjung pada setiap sajian dan mengunggahnya di akun media sosial yang dimiliki. 

Untuk mendapatkan pengalaman unik yang tidak dapat digambarkan hanya dengan kata-kata ini, pembaca cukup  melakukan reservasi pada website (daring) yang telah disediakan oleh pihak restoran, melakukan pengisian data sekaligus menentukan tanggal yang tepat untuk melakukan kunjungan. Dengan demikian, pengunjung cukup datang pada waktu yang telah direservasi. Termasuk kalian!