x

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 17 Desember 2019 18:42 WIB

Revitalisasi TIM akan Didiskusikan Terbuka di Gedung Tempo

Indonesiana.id dan TERAS Budaya akan menggelar diskusi budaya bertema Revitalisasi TIM: Membayangkan Pusat Kesenian Masa Depan. Acara yang terbuka untuk umum ini akan digelar di Gedung Tempo, Jakarta, Jumat, 20 Desember, mulai pukul 19.00. Pembicara: Mario F Lawi dan Hikmat Darmawan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesiana.id dan TERAS Budaya akan menggelar diskusi budaya bertema Revitalisasi TIM: Membayangkan Pusat Kesenian Ideal Masa Depan. Acara yang terbuka untuk umum ini akan digelar di Gedung Tempo, Jakarta, Jumat, 20 Desember, mulai pukul 19.00

Diskusi akan mempertemukan Hikmat Darmawan (Dewan Kesenian Jakarta) dan Mario F Lawi, seorang sastrawan terkemuka. Penyelenggara juga berusaha menghadirkan perwakilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang selama ini mengelola Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki itu. Sedangkan Iwan Kurniawan, wartawan Tempo dan seorang penyair, akan memoderatori rembugan akhir tahun ini.

Penggagas TERAS Budaya, Mustafa Ismail, menyatakan acara diadakan tak lepas dari kontroversi proyek revitalisasi yang tengah berlangsung di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki saat itu. Dia berharap diskusi bisa mempertajam gagasan seputar keperluan sebuah pusat kesenian ideal bagi kota besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Bagaimana sebuah pusat kesenian mesti diadakan, agar seniman bisa nyaman berkarya dan berkreasi secara bebas di dalamnya,” kata Mustafa, Selasa, 17 Desember. Sebuah Pusat Kesenian, kata dia, harus bisa menjadi rumah bagi para seniman.

Kepada Indonesiana.id, Hikmat Darmawan mengatakan bahwa sebetulnya kata "Pusat Kesenian" saat ini menjadi problematik, karena semangat zaman berkesenian sekarang tidak memusat. Bagi Hikmat, "pusat kesenian" biaa didefinsikan sebagai sentra kesenian baik sebagai etalase karya dan ide terbaik, maupun lab seni paling bebas di sebuah kota. “Semua kota dunia yang maju punya sentra demikian,” kata dia.

Menyinggung pusat kesenian bagi Jakarta, sekarang kawasan itu jadi platform atau wahana pergulatan gagasan dan ko-kreasi sebebas mungkin. Maka, perwujudannya berupa ruang publik yang luas dan aktif. “Juga, prasarana pembentukan pengetahuan bersama (arsip, kepustakaan, ruang eksebisi) antara seniman dan publik yang dinamis, di dalam sentra kesenian itu.”

Gagasan Hikmat itu akan dielaborasi lebih jauh dalam diskusi pada hari Jum’at nanti. Tentu saja peserta diskusi bisa membandingkannya dengan pikiran-pikiran Mario F Lawi, penyair asal Kupang, yang sudah beberapa lama hijrah ke ibu kota.

Untuk menghadiri acara ini peserta tidak dipungut biaya, dan dapat menghubungi Desy Natalia di WA: 0838-9954-3039

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler