Dia beralasan Indonesia memiliki produksi minyak sawit mentah (CPO) yang sangat besar. Ketersediaan bahan baku itu diyakini menjadi modal bagi Pertamina untuk memproduksi biofuel. "Pertamina pasti sanggup, avtur saja kita bisa ekspor."
Saat itu Ahok menyatakan kerja sama antar-dewan komisaris maupun kerja sama dengan direksi berjalan cukup baik.
Dalam acara peresmian implemantasi B30 di SPBU Pertamina Jalan MT. Haryono, Tebet, itu Jokowi haqul yakin Indonesia tidak bisa ditekan negara lain andai 100 persen sukses menerapkan biodiesel dari sawit. Alasannya, Indonesia bisa mandiri dengan mengkonsumsi produksi sawitnya sendiri dan tidak bergantung pada ekspor ke negara lain.
Hal ini, kata Presiden, akan menjadikan daya tawar Indonesia menjadi lebih kuat di mata internasional. "Ngapain kita tergantung oleh negara lain kalau konsumsi di dalam negeri bisa memakainya. Apalagi ini energi bersih," tutur dia.
Menurut dia, dengan penerapan campuran solar dan sawit ini maka ketergantungan impor bahan bakar Indonesia bisa diatasi. Ia mengatakan untuk penerapan B30 saja berpotensi menghemat US$ 4,8 miliar atau Rp 63 triliun.
Seperti diketahui Indonesia tengah bersengketa dengan Uni Eropa soal sawit. Uni Eropa memboikot penggunaan bahan bakar dari sawit. Mereka menyoroti deforestasi imbas budidaya sawit yang masif.
Uni Eropa pun mengenakan bea masuk sebesar 8-18 persen untuk produk biodiesel asal Indonesia. Kebijakan itu berlaku sementara per 6 September 2019, dan ditetapkan secara definitif per 4 Januari 2020 dengan masa berlaku selama 5 tahun.
Biodiesel Indonesia dikenai bea masuk karena UE menuding Indonesia menerapkan praktik subsidi untuk produk bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) itu. Pengenaan tarif impor ini merupakan buntut dari sengketa biodiesel antara Indonesia dan UE selama 7 tahun terakhir.
Ikuti tulisan menarik tuluswijanarko lainnya di sini.