Nasib orang Uighur di Xinjiang, Cina, masih terus menjadi sorotan dunia. Hingga kini, diperkirakan satu juta orang dari suku yang beragama Islam itu ditahan di kamp-kamp. Pemerintah telah berulang kali menyangkal keberadaan kamp, menyebutnya sebagai pusat pendidikan kejuruan sukarela.
Wanita dan anak-anak pun menderita akibat banyak laki-laki yang ditahan oleh pemerintah Cina. Berikut ini kesaksian mengenai nasib wanita Uighur.
Dipaksa nikah
Seorang wanita Uighur, Abbas, Rushan yang kini tinggal di Amerika Serikat, mengungkapkan hal ini. Ia mengatakan, pemerintah memaksa wanita Uighur menikah dengan pria Han, etnis mayoritas Cina.
Gadis atau wanita-wanita yang ditinggal suami itu diiming-iming dengan uang, tempat tinggal dan pekerjaan.
"Ini pemerkosaan massal," kata Abbas seperti ditulis oleh news.com.au, 23 Desember 2019. Menurut Rushan, para wanita tidak dapat menolak paksaan tersebut. Mereka juga merasa lebih aman karena tidak lagi dipandang sebagai ekstrimis karena telah menjadi istri etnis Han yang kebanyakan ateis.
Adapun pemerintah Cina mengklaim pernikahan tersebut merupakan bagian dari program untuk mempromosikan persatuan. Program tersebut memungkinkan para pejabat memantau orang-orang Uighur yang telah sudah beberapa dekade hidup di bawah pengawasan semakin ketat.
Bagi, Rushan program itu merupakan pemaksaan. Juga "Banyak aborsi paksa. Ini adalah pemerkosaan massal yang disamarkan sebagai 'pernikahan'. Gadis-gadis Uighur dipaksa menikahi pria Cina Han dengan kepuasan pemerintah,” ujar Rushan yang kini telah berkewarganegaraan Amerika.
Selanjutnya: Disterilkan
Ikuti tulisan menarik Dian Novitasari lainnya di sini.