Setiap tahun, Gereja Kristen Ortodoks merayakan Natal pada hari yang berbeda dengan umat Kristen dan Katolik umumnya. Bukan pada tanggal 25 Desember sesuai kalendar Masehi yang lazim digunakan banyak orang, melainkan pada 7 Januari.
Begitu pula Gereja Ortodoks Rusia Santo Thomas di Jakarta Selatan, salah satu gereja ortodoks di Indonesia. “Ketika orang-orang merayakan Natal dengan riang gembira, di ortodoks kami harus berpuasa untuk mempersiapkan diri menyambut Yesus," kata Daniel Limpayas, salah satu pengikut gereja ini, seperti ditulis oleh BBCIndonesia, 24 Desember 2019.
Diikuti sekitar seribu orang di Indonesia, gereja ortodoks Rusia memiliki cara tersendiri untuk mengingat kelahiran Yesus Kristus. Bukan dengan ingar-bingar lagu atau perjamuan makan besar, tapi dengan sikap yang mereka sebut penyangkalan diri, selama 40 hari sebelum Natal.
Setelah ibadah Minggu, akhir Desember lalu, misalnya, Daniel pun hanya menyantap sepiring nasi berlauk tempe. Keyakinannya mengharuskannya berpantang daging sebelum Natal.
Karena beda sistem penanggalan
Gereja Santo Thomas di Jakarta Selatan dipimpin Romo Boris Setiawan. Gereja ini secara resmi berada di bawah naungan Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), walau memiliki cara ibadah dan beberapa perbedaan ajaran dengan lembaga induk gereja Kristen Protestan itu.
"Gereja di bawah PGI bisa mengatur administrasi sendiri-sendiri. Kami juga masih bisa tunduk dengan hierarki tertinggi kami di Rusia," kata Boris.
Di seluruh dunia, setidaknya hingga 2018, penganut ajaran gereja ortodoks Rusia diperkirakan mencapai 150 juta orang. Di Indonesia, gereja ortodoks pertama kali berdiri tahun 1988 di Solo. Penggagasnya adalah Romo Daniel Byantoro. Sejak itu, paroki di sejumlah daerah juga dibentuk.
Perbedaan hari perayaan Natal itu terjadi karena penggunakan sistem penanggalan yang berbeda. Penganut gereja kristen ortodoks masih menggunakan perhitungan kalender Julius. Adapun Sistem penanggalan yang telah dimodifikasi dan umum dipakai sekarang adalah sistem penanggalan yang ditetapkan Paus Gregorius XIII sejak 1582.
Setelah kalender Gregorius dicanangkan, tidak semua negara mau memakainya. Baru beberapa abad setelahnya, hampir semua negara barat mau mengimplementasikannya. Rusia baru memakainya ada tahun 1918. Adapun kalangan gereja ortodoks masih menggunakannya hingga kini.
Dalam praktek sehari-hari, kalender Julius lebih lambat dibanding kalender Gregorius. Ketika kalendar Gregorius sudah mencapai tanggal 25 Desember atau Hari Natal, kalendar Julius baru tanggal 12 Desember. Ini yang menyebabkan perayaan Natal kaum kristen ortodoks berbed atau sekitar dua pekan lebih lambat.
Selanjutnya: Soal gereja yang mirip masjid
Ikuti tulisan menarik Anung Suharyono lainnya di sini.