x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Selasa, 31 Desember 2019 04:35 WIB

Aku Bukan Apa-apa, Kenapa Merasa Berkuasa?

Aku bukan apa-apa selagi udara gratis, bumi pun tidak bayar. Lalu, kenapa aku harus jelaskan pada siapa-siapa? Sungguh, aku bukan apa-apa; bukan siapa-siapa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aku itu bukan apa-apa, boleh dianggap sebagai sebuah pengakuan.

Karena memang faktanya. Aku hanya manusia biasa yang diciptakan-Nya. Maka aku, bukan apa-apa, bahkan pula bukan siapa-siapa. Lalu, kenapa aku harus seperti apa-apa? Sepertinya berkuasa atas apa-apa, lalu ingin menguasai apa dan siapa? Sungguh, sama sekali tidak perlu apa-apa bila hanya di dunia.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti kata almarhum Ust. Arifin Ilham. Katanya manusia itu kayaknya  punya, kayaknya berkuasa, kayaknya hidup. Sebenarnya hanya kayaknya saja. Tapi sebenarnya tidak punya apa-apa.

 

Aku itu bukan apa-apa. Manusia lainnya pun bukan apa-apa. Selagi udara yang dihirupnya gratis. Selagi bumi yang diinjaknya tidak bayar. Selagi sinar matahari yang dirasanya pun tidak mampu dibeli. Karena aku ada di sini semuanya gratis, tanpa bayar sedikitpun. Hebatnya, tanpa ada protes dari sang empunya, Allah Yang Maha Kuasa. Tanpa ada dendam sedikitpun dari alam semesta yang megah. Maka, aku bukan apa-apa.


Katakan saja, aku, saya, atau gue. Itu semua hanya sapaan dan sebutan untuk diri sendiri. Manusia sering lupa. Bahwa ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Tapi sayang, kadang manusia sering merasa benar, sering merasa besar. Hanya karean pangkat, harta, atau jabatan. Manusia sering lupa. Bahwa semua yang ada hanyalah titipan, bukan miliknya. Akan ada batas akhirnya. Lagi-lagi, aku bukan apa-apa. Karena aku ada dalam naungan yang membesarkannya.

 

Lalu, mengapa manusia sering meng-aku-kan diri? Mungkin karena aku sering mengatur diri sendiri, padahal ada yang membimbingnya. Atau Aku sering memerintah diri sendiri, padahal ada yang mendaulatnya. Kadang aku sering mencukupi diri sendiri, padahal ada yang memeliharanya. Atau aku sering mensuplai diri sendiri, padahal ada yang menggantungkannya. Kadang aku sering berkehendak sendiri, padahal ada yang menundukkannya. Bahkan aku sering menjalani diri sendiri, padahal ada yang mempercayainya. Lalu, kenapa aku gemar menyalahkan orang lain sambil berkehendak meralat hukum-hukum-Nya. Tolong bantu aku, siapakah aku ini bila bukan apa-apa?

 

Sungguh, aku bukan apa-apa. Karena aku lebih sering mengemis, masih sering meminta. Bukan memberi, jarang berbagi. Aku bukan apa-apa juga bukan siapa-siapa.

 

Kadang aku dan yang lainnya. Mungkin suka bergaya seperti konglomerat, biar dibilang maha kaya. Senang bergaya seperti profesor, biar dibilang maha pintar. Gemar bergaya seperti raja, biar dibilang maha kuasa. Dan pengen bergaya seperti dewa, biar dibilang maha perkasa. Ahh, maafkan aku. Karena aku toh bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa.

 

Maka aku tegaskan. Karena aku bukan apa-apa, maka aku tidak perlu jelaskan pada siapa-siapa. Karena untuk apa? Bila bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Aku dan yang lainnya, sungguh hanya kepada Allah SWT tempat meminta dan merindu... #AkuBukanApaApa

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler