Konsep Anies
Dalam program resmi yang dikirim ke KPUD saat pilkada DKI 2017, pasangan Anies-Sandi juga membuat program pengendalian banjir. Anies yang memang mencantumkan program: revitalisasi tanggul dan pompa air. Tapi program yang lain amat beda dengan pola pengendalikan banjir yang lumrah, yakni
- Membangun sistem distribusi air dan lingkungan hijau
- Penerapan kebijakan zero run-off (Nol Limpahan) di bagian hilir, yang intinya adalah semua air dimaksimalkan untuk diserap lagi kedalam tanah, bukan dialihkan ke saluran.
Kata kuncinya, semua air harus diserap lagi ke dalam tanah, bukan dialihkan ke saluran. Hingga kini pemikiran seperti ini mungkin masih diyakini oleh Anies yang seorang doktor politik. Yang menjadi pertanyaan, apa pola ini bisa menampung seluruh air saat kejadian curah hujan tidak normal? Ingat, banjir selalu terjadi saat keadaan curah hujan tak normal. Apa mungkin ada pola serapan yang bisa menampung berjuta-juta kubik air dari hulu dan yang ditumpahkan dari langit dalam waktu pendek?
Hukum alam justru menunjukkan terbatasnya kemampuan tanah dalam menerap air. Ada titik jenuh pula ketika tanah tidak mampu menangkap air lagi. Itu sebabnya air tetap bisa mengalir di sungai kendati dasarnya tanah.
Karena itulah sejak zaman purbakala, ada sungai di bumi ini. Sejak dulu juga, “air mengalir sampai laut” seperti Lagu Bengawan Solo.
Serapan penting untuk mengurangi banjir dan menambah stok air tanah, tapi tidak bisa mencegah bencana banjir.
Selanjutnya: efektivitas
Ikuti tulisan menarik Anas M lainnya di sini.