x

Kasus Lina Jubaedah

Iklan

Dian Novitasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Oktober 2019

Minggu, 12 Januari 2020 19:18 WIB

Lina Jubaedah Lebam dan Diracun? Dengan Fakta-fakta Ini Rizky Febian Harusnya...

Sudah berhari-hari publik menyoroti kasus Lina Jubaedah yang meninggal pada Sabtu, 4 Januari 2020. Makam almarhumah harus dibongkar demi melampiaskan rasa curiga. Jenazah Lina pun harus diotopsi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

3.Tak ada kejanggalan yang mencolok
Harus diakui, tidak ada keanehan yang mencolok dalam proses  kematian  Lina  Juabaedah.  Suami Lina, Teddy Pardiyana pun tampak memberikan keterangan secara konsisten. Mulai  dari  pingsan (atau kemungkinan langsung meninggal) habis salat Subuh hingga sampai di rumah sakit  Al Islam Bandung.

Polisi bahkan sudah menanyakan Teddy tentang berbagai hal, termasuk apakah mulut Lina berbusa saat meninggal.  Sang suami menjawabnya ‘tidak”.  Soal rekam medis juga sudah jelas, bahwa sebelumnya  Lina menderita penyakit lambung  dan hipertensi.   Teddy juga sudah memberikan semua obat yang pernah diminum oleh Lina ke polisi.

Jadi sebetulnya tidak ada yang aneh di seputar kematian.  Pingsan termasuk gejala yang medis  yang normal sebelum orang meninggal, tergantung penyakitnya.   Orang yang meninggal karena jantung atau stroke, bisa juga mengalami kejang sebelum meninggal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau pun ada lebam atau tanda fisik  setelah meninggal, hal itu juga biasa saja sebagai reaksi tubuh atas kematian mendadak.

Secara umum, penyakit  lambung atau maag tidak bisa memicu kematian mendadak. Logikanya, mungkin ada penyakit lain yang memicu kematian Lina.  Sebelumnya memang pernah dilakukan medical check yang mengindikasikasi tak ada penyakit jantung. 
Tapi kita juga belum tahu pasti apakah medical check up   itu akurat. Harus dicatat juga,  penyakit yang bisa bikin kematian mendadak bukan cuma jantung.

Adapun alasan pihak Rumah Sakit Al Islam Bandung  tidak bisa  mendiagnosa penyebab kematian karena saat Lina dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah tak bernyawa.  "Kemungkinan bisa macam-macam. Data di kami riwayat ada hipertensi (tekanan darah tinggi)," ucap dokter Guntur Septapati

4. Soal uji racun
Sekali lagi, tes toksikologi merupakan bagian dari uji forensik biasa saja. Tak harus pula polisi menemukan indikasi bahwa korban diracun untuk melakukan tes ini.

Hasil tes  ini pun akan sulit menjadi patokan bila indikasi kurang kuat atau kadar racunnya  terlalu sedikit. Karena hasil itu bisa saja berasal dari makanan yang dikonsumsi secara tak sengaja atau obat yang diminum.


Dalam kasus Lina bahkan tujuan uji racun itu lebih praktis saja. Polisi tidak perlu mengambil sampel lagi dengan membongkar kuburan jika belakangan ditemukan kecurigaan diracun.

Soal saksi dan CCTV

Ikuti tulisan menarik Dian Novitasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler