x

siasat

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 15 Januari 2020 13:39 WIB

Siasat dan Muslihat di Negeri Nusantara, Aktornya Siapa?

Segala sektor kehidupan di negeri ini yang seharusnya mendatangkan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi rakyat, ternyata selalu menjadi akal-akalan "mereka" saja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bila kita mendengar atau membaca kata siasat (muslihat), biasanya kita langsung berpikir kepada hal negatif. Mengapa kata siasat-muslihat menjadi bermakna peyoratif, menyempit dan konotasinya negatif?

Membahasnya tentu akan lebih mudah bila langsung di konkretkan dengan aktuliasasi keadaan sekadarang, khususnya di negeri kita tercinta, Indonesia.

Kini, di negeri NKRI, segala kasus yang melibatkan kesalahan dan kekisruhan baik oleh para pemimpin maupun elite partai, pemerintah, dan lembaga-lembaga lain (baca: mereka) yang fungsi dan kedudukannya seharusnya mengayomi, melindungi, menjaga, hingga mensejahterakan rakyat,  ternyata dari hari ke hari, sepak terjangnya malah membikin rakyat resah dan gelisah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa pasalnya? Negeri ini, kini tak ubahnya penuh dengan drama dan sandiwara yang penuh muslihat. Artinya penuh tipu daya, penuh siasat, taktik, intrik yang dilakukan oleh mereka demi kepentingan mereka dan rakyat hanya dijadikan alat. 

Sementara jabatan dan kedudukan hanya dijadikan kendaraan demi gapaian tujuan keserakahan menguasai hingga mencintai hal-hal yang "bukan milik" mereka. 

Atas muslihat yang terus di skenariokan, maka lahirlah kisruh pilkada, pilpres, Perppu KPK, pindah ibu kota, pendidikan, BUMN, Garuda, Jiwasraya, kasus Novel, banjir, Natuna, Asabri, hingga tertangkapnya komisioner KPU, pelemahan KPK, dan lainnya-lainnya. 

Rakyat kita semakin ragu, kepada mereka, karena sandiwara penuh muslihat terus menggelora. Bila di negeri ini, tongkat kayu saja jadi tanaman. 

Maka, segala hal pun bisa dijadikan tongkat untuk bahan tanaman muslihat dan sejenisnya. Bahkan dari semua kisruh yang seolah terjadi bukan karena disengaja, sejatinya rakyat tahu bahwa semua itu terjadi atas dasar skenario dan muslihat. 

Sebab muslihat yang penuh siasat, maka mereka semua tetap banyak yang "selamat dan saling menyelamatkan", sebabnya karena ada kekuatan yang menyokog siasat mereka. 

Siapa yang akan mumpuni dalam melakukan siasat? Sudah pasti mereka-mereka  yang cukup memiliki "modal" untuk menjalankan siasat. Sebab, keberhasilan siasat wajib didukung sepenuhnya oleh semua stakeholder yang mengiringi dan melindungi. Itulah kondisi terkini di negeri kita, sehingga kata siasat dan muslihat semakin kuat terkonotasi negatif.

Menurut KBBI, makna siasat di antaranya, 1) periksa atau pemeriksaan yang teliti dan penyelidikan. 2) berarti pertanyaan (yang bermaksud menyelidiki dan sebagainya), 3) teliti dan saksama, 4) maknanya kecaman, kritik, teguran, celaan. Makna 5),  siasat itu politik (muslihat, taktik, tindakan, kebijakan, akal). 6), muslihat dan cara berperang, dan 7), cara bekerja, cara melakukan sesuatu, metode. 

Memahami ketujuh makna siasat tersebut, siapa yang piawai dan memiliki "modal dan alat" untuk menjalankan maksud makna-makna tersebut? 

Jawabnya tentu dapat ditebak. Dahulu, saat zaman kerajaan atau zaman perang dunia dan penjajahan di berbagai negara termasuk Indonesia, siasat sangat lekat dengan dunia perang. Baik penjajah maupun yang dijajah sama-sama mengagungkan siasat demi meraih kemenangan. Itulah siasat dan muslihat yang positif. 

Selanjutnya, para pedagang juga memggunakan siasat dan muslihat demi dagangannya laku, itu juga siasat dan muslihat positif dll.

Namun, seiring waktu dan perkembangan  zaman, meski negeri sudah merdeka, maka siasat terus dijadikan strategi untuk menguasai dengan dalih demi untuk rakyat dan kesejahteraannya. 

Bila dianalisis sesuai makna, maka siapa pelaku utama siasat di negeri kita tercinta selama ini? Sesuai makna 1), periksa atau pemeriksaan yang teliti dan penyelidikan. Siapa yang memiliki lembaga ini? 

Lalu makna, 2) yang berarti pertanyaan (yang bermaksud menyelidiki dan sebagainya), siapa pula yang selama ini berwenang dalam hal ini? 

Berikutnya, dalam makna 3) teliti dan saksama, siapa pelaku-pelaku yang mampu bekerja dengan teliti dan saksama? 

Selanjutnya, sesuai makna 4) kecaman, kritik, teguran, celaan. Sesuai makna ini, maka lahirlah konflik yang memang sengaja dicipta oleh pihak yang "kuat" melalui kritik, teguran, celaan, hingga saling kecam dan lahirnya pendemo bayaran.

Sementara, makna 5),  siasat itu politik (muslihat, taktik, tindakan, kebijakan, akal), ini memang sangat lekat dengan dunia nyata elite partai politik dan pemerintah kita selama ini.

Untuk makna 6), muslihat dan cara berperang, maka kini banyak dipakai untuk saling memerangi bangsa sendiri demi "tujuannya". 

Terakhir makna 7), cara bekerja, cara melakukan sesuatu, metode, adalah makna siasat yang seharusnya menjadi dasar untuk membangun bangsa dan mensejahterakan rakyat. 

Sayang, makna ke-7 pun juga untuk kepentingan diri, kelompok, dan golongannya. Lengkaplah, bahwa muslihat atau siasat sejak Indonesia merdeka, lebih banyak digunakan oleh pemimpin kita untuk hal negatif yang menguntungkan "mereka" bukan hal positif untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. 

Kapan akan lahir makna siasat dan muslihat di negeri ini kepada hal-hal yang positif?

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler