Akhir-akhir ini, media China atau Tiongkok memberitakan tentang pemberian hadiah bagi nelayan yang menemukan "alat mata-mata asing." Nelayan yang beruntung mencapai 11 orang, satu perempuan dan selebihnya laki laki. Mereka menemukan tujuh alat.
Menurut BBCIndonesia, sayembara seperti itu bukan yang pertama. Pada 2018, sebanyak 18 orang diberi hadian karena menemukan sembilan alat. Hadiah diperebutkan mencapai sekitar 500.000 yuan atau sekitar Rp1,2 miliar, sekitar 17 kali lebih tinggi dari pendapatan rata-rata di China.
Negara Tiongkok rupanya sedang membersihkan mata-mata di bawah laut yang berupa drone. Tak hanya memerangi drone dari negara lain, China sendiri diduga banyak menebar drone di laut. Negara ini juga punya milisi maritim sipil yang bisa juga berkedok sebagai nelayan pencara ikan.
Dalam strategi pertahan dan pertarungan gobal, drone di laut memang penting. Nah, Indonesia tampaknya belum terlalu peduli soal ini. Padaha, benda yang diduga drone dari China pernah sampai di perairan Bintan, Riau tahun lalu.
Menghadang mata-mata musuh
Pembersihan drone itu dilakukan China di perairan yang menghadap ke Jepang dan Korea Selatan, sementara letak Taiwan sekitar 1.000 kilometer di selatan. Letak geografis seperti ini dan besarnya kehadiran Amerika Serikat di kawasan menjelaskan mengapa para nelayan sering menemukan alat mata-mata ini.
Dikutip oleh BBC, pakar dan konsultan regional Alexander Neill mengatakan mungkin alat ini berasal dari "Kapal Angkatan Laut AS, pasukan keamanan Jepang atau mungkin Taiwan, karena di wilayah ini terjadi persaingan tinggi."
Pada 2009, Angkatan Laut AS pernah mensponsori penelitian drone bawah laut, yang dikenal sebagai "alat bawah laut tak berawak", "unmanned undersea vehicles (UUV)". Penelitian ini merekomendasikan tujuh cara penggunaan UUV untuk melacak kapal selam musuh, memonitor kabel laut, hingga mengerahkan perlengkapan mata-mata.
Sebagian nelayan sendiri adalah bagian dari militer dan hal ini menjelaskan mengapa mereka terus menemukan alat militer ini.
Selanjutnya: milisi sipil maritim China
Ikuti tulisan menarik Anung Suharyono lainnya di sini.