Manuver Anies yang memperlihatkan kurang sreg terhadap kebijakan pusat soal banjir, misalnya, mungkin merupakan sikap yang pas jika pilpres atau pilkada sudah dekat. Masalahnya, mengibarkan bendera perang sejak awal bisa membikin Anies semakin menjadi sasaran tembak.
Cara tersebut juga bisa menyebabkan progran-program unggulan di DKI terhambat, terutama program yang mengharuskan kerja sama dengan pemerintah pusat. Strategi yang aman, Anies sebetulnya mesti mengutamakan kinerja terlebih dahulu. Jangan memikirkan pilkada atau pilpres mendatang.
Sikap tenang akan lebih menguntungkan. Apalagi masyarakat Jakarta dan Indonesia cukup cerdas. Tunjukan saja apa yang sudah dilakukan oleh Gubernur Anies, dalam segala bidang. Bila melakukan manuver politik, justru bisa terjebak dalam pertarungan dini atau menjadi sasaran serangan terus-menerus.
Anies memiliki peluang besar pada pilpres 2024 jika ia tidak melakukan blunder dan bisa memperlihatkan hasil nyata selama memimpin DKI. Tentu saja, bila pilkada dimajukan pada 2020, ia pun harus terlebih dulu membuktikan popularitasnya dengan memenangkan laga ini.
Jago sebenarnya kalangan PDIP
Boleh jadi, ucapan Jokowi dan Budi Gunawan soal Sandiaga memang cuma guyonan atau sengaja ingin "menghibur" Sandiaga. Apalagi peta politik masih akan berubah terus.
Kalangan PDIP pun tidak terlalu menanggapi seirus hal itu. Seperti diberitakan Tribunews, politikus PDIP Deddy Sitorus mengatakan, partainya masih memiliki kader unggulan untuk menjadi calon Presiden (capres) dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Kader unggulan yang dimaksud, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua DPR Puan Maharani dan beberapa tokoh lainnya.
Hal tersebut disampaikan Deddy menanggapi mencuatnya nama Sandiaga Uno pascadisebut oleh Presiden Joko Widodo sebagai capres dalam Pilpres 2024, baru-baru ini. "Ya siapapun berpeluang menjadi capres, tidak hanya Sandi," kata Deddy,Minggu, 19 Januari 2020.
"Kami ( PDIP) punya Ganjar, ada Mbak Puan, Bu Risma. Ada banyak sekali kader kalau untuk ke sana (Pilpres)," lanjut dia. Meski demikian, anggota Komisi VI DPR ini juga mengatakan, Pilpres 2024 masih jauh pelaksanaannya.
Presiden Jokowi saja, kata dia, dalam periode kedua ini baru tiga bulan menjabat. Ia pun enggan menanggapi soal Sandiaga yang sempat diberi isyarat sebagai capres oleh Jokowi. "Terlalu jauh," kata dia. ***
Ikuti tulisan menarik Anas M lainnya di sini.