x

Kesmitikan agama terjadi. Karena disinyalir oleh akal, kemampuan mistik dan imajinasi tinggi

Iklan

Bunk ham

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Januari 2020

Minggu, 26 Januari 2020 20:25 WIB

Transendensi Agama

Transendensi agama disini. Dimaksudkan untuk merealisasikan kembali pikiran dan keilmiahan manusia atas kekolotan dan kelumpuhan akal manusia. Sehingga meregas kebodohan dan keterbelakangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada mulanya manusia lahir didunia atas segala perintah Tuhan untuk menjalankan tugas dan kekuasaan dalam menentukan pilihan hidupnya, baik pada tindakan etis, moral, maupun pada tuntutan terhadap apa yang dikehandakinya.

Dengan adanya tuntutan dan pilihan manusia mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil terhadap masalah yang dihadapinya terutama dalam menyikapi persoalan pikiran, agama dan ketauhidan terhadap Tuhan yang maha esa.

Ketika manusia digelimang oleh segelintir masalah maka logika akan hadir untuk merancang dan mendesain suatu komplesitas masalah. Dengan tujuan melibatkan agama sebagai pondasi yang fundamental pada ketauhidan Tuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Disini agama hadir bukan hanya melahirkan tes pada kontes melainkan tuntutan firman Tuhan yang mutlak datang dari Tuhan yang maha esa dan disisi lain pula agama mampu menjawab persoalan yang dibentuk dalam filsafah sejarah baik dibidang politik, ekonomi maupun sosial budaya.

Sehingga apapun konsekuensinya pasti akan dipecahkan, diselesaikan dan dituntaskan oleh ide-ide, pikiran, pengetahuan dan transendensi pada Tuhan yang maha esa itu sendiri.

Ketika ide itu muncul maka pikiran mencoba menelaah, menelusuri, menilai dan mengamati terhadap hasil yang diciptakan oleh ide dengan keyakinan (transendensi).

Misalnya kuntowijoyo mengenai islam transendental bahwa transendensi adalah ketauhidan yang muncul dalam sumber hati manusia melalui damir yang suci, yang sifat ekstensinya lahir pada mahkota manusia.

Dan ketahuilah bahwa mahkota yang suci dalam jiwamu adalah seperangkat hati yang tak tersentuh oleh noda yang belaka—dhamir (bunk ham)

Meskipun pada refleksinya yang dihasilkan oleh lingkungan adalah liberasi dan humanisasi namun kuntowijoyo melihat bahwa liberasi merupakan suatu fenomena yang datang ditengah-tengah lingkungan sosial dengan penyakit kelas yang tidak tersentuh oleh nilai moral, etika dan transendensi.

Sementara dalam jiwa manusia terkandung nilai kebutaan, keterpurukan dan keterkutukan dalam penyakit batin (dhamir) yang tidak mampu disembuhkan oleh berbagai macam jenis pengobatan.

Terutama penyakit bagaimana mengeluarkan dan membebaskan pikiran, hati dan keyakinan atau ketahuhidan yang parsial terhadap problematika aksara.

Yakni, antar lingkungan sosial dan budaya. Sementara penyakit aksara ini itu terus muncul tanpa adanya pertimbangan yang flexible terhadap pengetasan yang sudah terjadi.

Oleh karena itu agama disini mengklaim bahwa budaya seharusnya dikorelasikan dengan agama dan begitu pula dengan ekonomi, sosial dan politik.

Sehingga apapun kontektualnya akan melahirkan refleksi yang sistematis, objektive dan universal. Yang artinya tidak ada paham sekularisme yang mencoba memisahkan doktrin agama, negara dan budaya.

Kalau katanya Gus Dur budaya itu seni kehidupan, Abdulrahman Wahid; Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan (2004). Yang dimana kesenian itu akan memberikan daya cipta, karsa dan rasa yang mengandung nilai estetika.

Dalam artian ada keindahan terutama bagaimana menciptakan sesuatu benda yang memang benda itu mengandung substansi, warna dan keunikan pada benda lainya.

Oleh karena itu seni akan muncul ketika adanya sentimen yang terkandung dalam benda tersebut. Dan secara kontektualpun agama bukan budaya melainkan budaya itu adalah refleksinya dari agama itu sendiri.

Oleh karena itu manusia menganggap bahwa pada dasarnya agama mengandung nilai keesaan dan ketauhidan terutama bagaimana melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi dari segala larangannya.

Dan disisi lain pula manusia juga menganggap bahwa kepercayaan yang di wariskan oleh nenek moyang merupakan kepercayaan yang harus diwariskan dari generasi kegenerasinya.

Terutama bagaimana mempercayai pada benda-benda dan makhluk gaib, yang dimana benda dan makhluk gaib itu mengandung kekuatan dan banyak misterius.Dengan tujuan untuk menyelamatkan hidupnya.

Dan disnilah pondasi dasar agama itu melahirkan budaya untuk menyeragamkan akselarasi kehidupan dan kebudayaan yang unik dan berbeda.

Namun kepercayaan lain tetap menentang bahwa agama pada sumbernya dari manusia yang memang manusia memiliki kekuatan spetakuler.

Yang tanpa dimiliki oleh segelumit orang lain termasuk dalam kepercayaan dinamisme dan animisme.

Makanya dalam teori dan hukum islam. Menyatakan paham dualisme merupakan paham yang menganut kepercayaan pada dua unsur keyakinan atau ketauhidan pada agama.

Dan paham yang seperti ini dalam hukum islam tidak diperbolehkan untuk dipercayai dan diyakini melainkan hanya satu agama yakni, agama islam.

Dan bahkan di dalam doktrin Islam-pun orang yang mempecayai pada benda-benda seperti matahari, roh, dewa, patung, kris, pohon-pohon maupun benda-benda lainnya (dinamisme dan animisme) dianggap merupakan orang yang menentang kepercayaan Tuhan serta melanggar ajaran Tuhan.

Jenis orang seperti ini tergolong sebagai orang yang syirik. Seperti diucapkan oleh plato bahwa kebudayaan itu seperangkat alat yang di bentuk, diciptkan dan hasilkan oleh unsur ide yang melibatkan materi.

Seperti bagaimana menciptkan arsitektur yang berupa patung, candi maupun benda-benda yang dianggap menekuk simbol ataupun seni dari hasil yang diptakan oleh ide itu sendiri.

Dan bahkan dalam kebudayaan masyarakat indonesia masih menganut dan menyakini kepercayaan seperti ini.

karena sebagian besar dominasi mereka menganggap bahwa unsur ide itu produksi budaya yang di hasilkan oleh nenek moyang. Bukan dikarenakan oleh perubahan dan adanya dinamika sosial, politik, ekonomi dan ataupun agama.

Dilihat dari perkembangan dan perubahan jaman bahwa unsur fisik dari kepercyaan dan keyakinan dalam beragama akan semakin berubah dan berkembang karna agama dianggap lagi tidak mampu membebaskan manusia dari cita-cita dan penindasannya.

Mark menyebutkan dalam buku Das Kapitalnya, bahwa agama diciptakan oleh manusia dan bukan tuhan yang menciptakan agama melainkan agama itu sendiri hadir dari materi yang dibentuk oleh manusia.

Teori islam atau doktrin islam mencoba mengklaim bahwa agama hadir ditengah keberadaan manusia itu bukan dibentuk, diciptkan dan dihasilkan oleh manusia melainkan manusia itu sendiri menganut, meyakini dan mempercyai agama dari doktinnya.

Dengan tujuan agama untuk meluruskan pada pandangan manusia, merasionalkan pandangan manusia dan mengilmiahkan pandangan manusia dari perbudakan dan penindasan dalam ideologinya. Baca buku Ali Syariati : kritik islam mengenai marxisme dan sesat pikir barat lainnya.

Mark menganggap bahwa hadirnya agama tidak mampu menjawab dan menantang perubahan dan perkembangan dinamika sosial, politik, ekonomi dan budaya, terutama mengenai persoalan untuk mengatasi masalah ekonomi dalam perubahan sosial.

Namun Ali Syariati membantah bahwa

hasil pikiran moderen Barat itu adalah hasil produk, dan manifestasi lain dari kehidupan moderen serta memilki peradaban gaya dan model hidup orang Barat, Ali Syariati : Kritik Islam Mengenai Marxisme Dan Sesat Pikir Barat Lainnya.

Menurut dia "kemanusian" antara Marxisme dan agama dibentuk oleh dua bagian yaitu infrastruktur dan suprastruktur, pertama dia mengatakan bahwa infrastruktur merupakan cara produksi yang ditentukan oleh alat produksi.

Oleh karena itu dia menyimpulkan bahwa suprastruktur meliputi agama, moral, kesusasteraan, seni, psikology dan filsafat yang dimana kebudayaan suprastruktur adalah dari hasil manifestasi produksi.

Secara konsep ilmiah Mark melihat bahwa manusia adalah alat produksi yang diolah dan dihasilkan untuk diperjuabelikan sebagai sumber alat kapital barang dan jasa.

Dengan maksud  untuk diinvestasikan terhadap konsumenya, tetapi dalam sistem produksi bahwa penghasilan barang itu adalah alat ukur yang ditransaksi sebagai jaminan bagi para pemakai, penjual dan pembeli.

khususnya dalam tingkat kesetaraan dan kesamaan distruktur sosial, pengetahuan dan budaya. Yang artinya tidak ada relevansinya dengan manifestasi dari segi substruktur karna dimana mark melihat bahwa substruktur ini menekankan refleksi pada agama, moral, kesusasteraan, seni maupun psikologi.

Agama pada dasarnya adalah larangan atau perintah Tuhan (law/order) dari kemutlakan dan ketahauhidan Tuhan yang bersifat meluruskan dan masionalkan dari akal rasional manusia.

Baik dalam tindakan etis, moral maupun tingkah laku terhadap sesama manusia, alam dan Tuhan.

Yang dimana agama disini berperan sebagai raja ( rasio/sense) untuk mengatur segala prajuritnya melalui perintah tersebut. Titik pusatnya adalah terjadi pada akal atau rasio yang merangkul dari seluruh karakteristik, bentuk dan tujuannya.

Sedangkan pusat dari segala akal adalah hati untuk mererspon, menanggapi, memilah, menilai dan memutuskan kemutlakan perintah atau larangan dari tuhan itu sendri.

Dan inilah yang mengindikasikan bahwa substruktur itu semua merupkan epitemologi pengetahuan yang menghsailkan nilai sastra, seni, filsafat dan budaya.

Sebab dasar-dasar epitemologinya sastra adalah alat untuk meyampaikan atau mengekspresikan bahasa melalui pikiran, perasaan, moral dan tingkah laku manusia.

sedangakan seni bisa diinterprestasikan sebagai rasa yang memberikan hiburan terhadap subjek atau objek materi dan begitupulah dengan filsafat dan budaya.

Ikuti tulisan menarik Bunk ham lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu