Mari kita mulai tulisan ini dengan sebuah analogi tentang tubuh. Tubuh terdiri dari bagian-bagian kecil, seperti sel, otot, jaringan, dan banyak lagi lainnya. Tentu jika salah satu bagian kurang mendapat asupan nutrisi yang cukup, atau bahkan tidak berfungsi dengan baik, akan berpengaruh pada bagian lain, dan pada tubuh secara umum. Begitu pula dengan perkembangan sebuah wilayah, pasti akan baik jika dari satuan terkecil administratifnya dapat berkembang dan berdikari.

Analogi ini ditangkap dengan baik oleh Bupati Berau, H. Muharram yang sejak masa awal kepemimpinannya langsung fokus pada kampung. Bagaimana tidak, pada 2016, di tahun awal ia mulai menjabat, sekitar 70 persen kampung di Berau digolongkan dalam kategori tertinggal dan sangat tertinggal. Maka sesegera mungkin, dicanangkanlah program SIGAP yang diwujudkan dengan beberapa bentuk, seperti membuka lowongan Pejuang SIGAP, yakni pendampingan praktisi kepada kampung dan juga penggunaan aplikasi SIGAP untuk mempermudah akses masyarakat ke panduan dan pelaporan.

Hasil membanggakan pun tak dapat ditampik, tahun 2018, setelah banyak upaya terus dignjot, sudah tidak ada lagi status kampung sangat tertinggal. Muharram pun berani menargetkan agar di tahun selanjutnya, pekerjaan rumah yang harus dibereskan hanya tinggal menaikkelaskan status kampung tertinggal. “Kemajuan Berau melalui SIGAP ini sudah diakui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, esok Berau akan jadi percontohan nasional,” kata dia.

Tak berhenti begitu saja, menyadari bahwa tugas ini adalah jalan panjang, maka digelarlah LBM atau Lingkar belajar Masyarakat yang ke-3 pada Juli 2019 lalu di Hotel Makmur. Sebanyak 99 kampung telah berkumpul untuk saling berbagi pengalaman belajar dan membangun jaringan agar ada penguatan kapasitas SDM apparat kampung dan pejuang SIGAP. “Iya, dalam forum ini kita akan saling berbagi dan mendengar, untuk kemajuan Bumi Battiwakal” tegas Bupati Muharram.

Ikuti tulisan menarik Mentari Pagi lainnya di sini.