Aktivitas manusia sudah lama berkontrbusi besar terhadap bencana alam. Bencana alam sejatinya dapat dihindarkan apabila aktivitas manusia dapat memitigasi kerusakan dan korban. Bencana gempa misalnya, tidak akan memakan korban jiwa dan kerusakan yang besar apabila struktur fisik bangunan modern mampu menyerap gelombang gempa dan adaptif terhadap guncangannya. Bencana alam lainnya seperti erupsi gunung, tidak akan membahayakan apabila manusia tidak tinggal di lereng gunung dan enggan dievakuasi apabila status erupsi gunung meningkat.

Disamping bencana alam, bencana yang berasal manusia terjadi karena ulah manusia sendiri, sebut saja limbah, dan polusi yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan. Karenanya kemampuan dalam mencegah mitigasi bencana perlu ditanamkan pada siapapun, utamanya pada pemerintah sebagai regulator dalam hal bencana yang berasal dari manusia.

Agaknya hal ini yang menjadi alasan Bupati Berau, H. Muharram bertindak tegas dalam kapasitasnya sebagai regulator. Kabupaten Berau sendiri memiliki potensi pertambangan yang besar, dimana potensi limbah dan polusinya juga besar. Namun, sebagai bupati, H. Muharram, menekankan pada ketegasan dan kepemimpinan sebagai regulator dalam mencegah dan menindak pelanggar regulasi aktivitas pertambangan.

Hasilnya, Kabupaten Berau dapat dikatakan berhasil dalam mengelola limbah tersebut. Bupati Berau, H. Muharram pun diundang untuk menjadi panelis dalam Rakornas BNPB pada Februari 2020, Bupati Berau sendiri menjadi satu-satunya panelis yang berasal dari rumpun eksekutif sebagai Bupati.

Ke depan, daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi limbah dan polusi yang besar yang berasal dari aktivitas pertambangan harus belajar pada keberhasilan Kabupaten Berau, karena berkat ketegasan dan kepemimpinan Bupati Berau H. Muharram, potensi-potensi yang dapat berakibat buruk tersebut dapat terhindarkan.

Ikuti tulisan menarik Rizki Siahaan lainnya di sini.