x

Iklan

Nur Ainun Ilyas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Februari 2020

Minggu, 16 Februari 2020 21:43 WIB

Pesan Indah Berjuta Makna di Bawah Langit Sukabumi

Artikel ini menceritakan pertemuan singkat namun mengesankan yang memberikan pesan berharga bahwa hidup haruslah diiringi dengan kesyukuran

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pesan Indah Berjuta Makna di Langit Sukabumi

oleh: Nur Ainun Ilyas*)

Sinar mentari menyapa hangat memasuki celah-celah jendela kamar asrama, menambah semangatku di pagi hari itu, kutelusuri jalan dan kupandang penuh makna setiap tepi dijalan menuju aula kampus dan tiba-tiba suara teriakan memecah lamunanku “ayo cepat ke sini, antriannya panjang sekali, jangan lupa bawa kartu perizinan untuk keluar” ungkap temanku sambil berlari menuju kantor, maklum perizinan di pesantrenku ini sangatlah ketat, benarlah pepatah yang mengatakan siapa cepat dia dapat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sesampaiku di aula kampus, tak tunggu lama langsung saja kuambil antrian dan Alhamdulillah perizinan berhasil kukantongi, yang berarti jalan-jalan pagi hari ini bisa terlaksana, tapi jangan salah sangka jalan-jalannya anak santri di kampusku ini bukanlah ke mall atau bioskop ataupun tempat magang lainnya melainkan ke pasar atau sekedar membeli cilok atau berbelanja kebutuhan bulanan dan beristirahat di masjid gang dekat perumahan warga setempat.

“Jalan-jalan pagi hari ini harus tampak berbeda dari sebelumnya” ujarku di dalam hati, perjalanan pun dimulai, tak tunggu lama sopir angkot dengan sapaan ramah menghentikan mobilnya di depanku “ke Cibadak neng?” sapanya sambil tersenyum, dan benar saja tujuanku memang Cibadak, wilayah pusat perbelanjaan ummat sedunia di pesantrenku, tanpa tunggu lama kunaiki angkot tersebut sambil menjawab sapaan sang sopir “iya pak” tuturku.

Bagian pojok angkot menjadi pilihanku untuk duduk, di samping jendela yang seakan memberikan pesan indah lewat pemandangan yang memanjakan mata, namun pandanganku terhenti pada sosok ibu tertunduk lesu yang duduk di depanku, dengan hangat kusapa ibu tersebut “sehat ibu? mau ke mana?” tanyaku dengan singkat, “mau ke rumah sakit neng” jawabnya sambil tersenyum, langsung saja kudekati dan kutanya lagi “sakit apa ibu?” kemudian beliau menjawab “hanya butuh istirahat saja,sudah biasa kok, jangan khawatir jaga kesehatan yah dengan baik” jawabnya, hati terasa terenyuh dan mendayu-dayu mendengar perkataan tersebut, berapa kali dalam kehidupan ini seorang hamba tidak mensyukuri nikmat kesehatan yang telah Allah berikan, bukankah setiap nafas yang dihembuskan merupakan rezeki yang Allah titipkan kepada kita semua? lantas masihkah kita menggunakan kekuatan ini untuk sesuatu yang tidak berguna di dalam kehidupan atau seberapa banyak ibadah dan ketaatan yang telah kita laksanakan di dalam kehidupan kita? Seketika beribu tanya menghiasi benakku dan suara klakson mobil dengan kencang membangunkanku dari muhasabah indah di pagi hari ini, “punten ibu saya pamit yah, semoga lekas sembuh” tuturku sambil meninggalkannya di dalam angkot berharap Allah menjaganya di setiap langkah.

Kembali kutelusuri jalan sambil sesekali memerhatikan hiruk pikuk khalayak ramai yang sedang sibuk dengan berbagai kegiatan, setelah membeli semua perlengkapan dan kebutuhan serta keluar masuk pasar dan toko, rasa haus dan capek menghampiriku, terlebih lagi sinar matahari pada saat itu sangat terik maka kuputuskan untuk beristirahat di mushollah kecil dekat dengan perumahan warga, sambil meminum sebotol minuman dingin lagi-lagi pandanganku kembali terarah pada sosok gadis remaja kira-kira usianya sebaya denganku, aku tertarik untuk menyapanya karena senyuman manis selalu saja dia lontarkan kepadaku, kusapanya dengan senyuman “assalamualaikum, siapa namanya?”,belum sempat untuk menjawab tiba-tiba kudapati air mata membasahi pipinya bahkan sampai jilbabnya, tampaknya dia sangat sedih melihatku, aku tidak paham apa yang salah dariku, langsung saja kutanya dan mencoba untuk menenangkannya, “kenapa menangis? maafkan saya yah” tanyaku dengan heran, tak tunggu lama dia langsung memelukku dan mengatakan “aku juga ingin sepertimu, memakai jilbab seperti muslimah yang taat, aku selalu saja merasa berdosa saat melihat muslimah sepertimu, doakan aku agar suatu hari nanti Allah mengizinkanku untuk berubah sepertimu, aku juga mau tetapi belum bisa” tuturnya sambil menghapus air matanya, “semoga Allah selalu menjagamu, insyaAllah suatu saat Allah akan memberikan hidayah kepadamu, do’akan aku juga yah” jawabku sambil menghapus air matanya yang masih menghiasi kedua bola matanya.

Ya Allah ternyata tanpa kusadari ada banyak kesyukuran yang harus selalu kusadari dan kurenungi keberadaannya di dalam kehidupan ini, ada banyak nikmat yang selama ini kuanggap biasa misalnya saja kenikmatan berpakaian syar’i yang tidak dimiliki oleh gadis yang duduk de dekatku ini, ada berapa banyak muslimah yang tidak seberuntungku entah itu dikarenakan pekerjaan atau hambatan lainnya yang menghalangi niat suci untuk berubah, ya Allah jadikanlah aku orang-orang yang bersyukur dan aku berlindung dari sifat kufur, maafkan aku ya Allah, pertemuan kami pun berakhir setelah menunaikan shalat berjama’ah di masjid, lambaian tangan dan senyuman manis darinya mengantarkan kami pada perpisahan, dari kejauhan dia mengatakan “sampai jumpa di lain waktu, senang bertemu denganmu” dan kujawab di dalam hati “semoga suatu saat nanti kutemukannya dalam kondisi lebih baik dari hari ini, berikanlah dia beribu kebaikan yaa Allah”

Hari ini benar-benar penuh dengan pesan indah dan benar-benar berbeda dari jalan-jalan sebelumnya, serasa iman lebih bertambah dan rasa syukur kembali bersemayam di dalam jiwa, dari sini aku mengerti untuk bahagia tidak harus mahal, cukup kenali kebaikan-kebaikan serta nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua, maka seketika bahagia tercipta dengan indahnya.

Sudah saatnya pulang langsung saja kubergegas untuk mencari angkot, dan Alhamdulillah tidak lama menunggu angkot pun dating menghampiriku dan meskipun tidak kudapati senyuman ramah seperti sopir yang kutemui di pagi hari sebelumnya, tapi tak mengapa bukankah setiap orang memiliki cara tersendiri dan ekspresi tersendiri di dalam menjalani kehidupan?.

Kali ini aku duduk di belakang sopir di depan pintu angkot, kuharap angkot ini dapat mengantarkanku segera ke gerbang pesantren, setelah 5 menit berlalu maka naiklah penumpang baru, penumpang kali ini berbeda dari sebelumnya, penampilannya menunjukkan bahwa beliau adalah muslimah yang taat pada Rabbnya, benar saja dia langsung duduk di dekatku dan menyapaku dengan ramah, “kamu santri Ar-Raayah yah? Seneng banget ketemu sama siswi Ar-Raayah” ungkapnya sambil merangkulku, “iyah” jawabku kikuk, “aku dulunya santri Ar-Raayah tapi karena ayahku kecelakaan dan lumpuh maka keadaan memaksaku untuk meninggalkan tempat indah tersebut yang sesekali mengusik hati dengan kerinduan” jelasnya, “Maasyaallah, jadi sedih dengarnya” jawabku, tidak terasa waktu lagi-lagi memisahkan pertemuan ini, padahal ingin berbincang lama dengannya untuk memberi semangat dan mendengarkan keluh kesah lebih banyak darinya, ucapan salam kulontarkan kepadanya bertanda perpisahan semakin nyata, “jenguk saya yah ukhti di Ar-Raayah, anggap saja saudara” ujarku, “insyaAllah saya akan jenguk, belajar yang rajin yah” jawabnya dengan haru, untuk kesekian kalinya apakah aku sudah bersyukur yaa Allah? tanyaku di dalam lubuk hati terdalam.

Hari ini deretan pesan indah tersampaikan kepadaku, hati ini kembali merasakan nikmat iman dan kembali bertanya di dalam sudut hati terdalam bahwasanya adakah rasa syukur yang tertinggal di hari-hariku, untuk pembaca dan terlebih penulis mari bersyukur selalu terhadap apa yang kita miliki hari ini, jalani kehidupan dengan lebih banyak bersyukur, sudahkah bersyukur hari ini?

 

Ikuti tulisan menarik Nur Ainun Ilyas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB