Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) didirikan 28 Februari 2018, baru akan genap dua tahun, lima hari ke depan.
Namun dalam beberapa hari belakangan ini, Ketuanya bikin resah dan keruh suasana. Setelah menyebut agama musuh Pancasila, lalu akibatkan polemik dan hingga kini juga masih sangat hangat, tiba-tiba, pernyataan kontroversi dilontarkan lagi oleh si ketua dengan mengapungkan Salam Pancasila.
Coba tengok, sebenarnya BPIP itu apa dan siapa? Kok, ketuanya seperti asal bunyi membikin gaduh rakyat di negeri ini! Untuk apa BPIP itu? Padahal lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang memiliki tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Selanjutnya melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya. Pendek kata, BPIP merupakan revitalisasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
Sejatinya, lembaga yang dibentuk baru seumur jagung ini, memiliki fungsi dan kedudukan sangat vital. Ideologi Negara, lho. Tetapi, mengapa pernyataan sang ketua terlontar seperti beliau tidak memahami kultur dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat rentan dan sensitif terhadap soal-soal yang diungkapkan.
Bahkan, dua pernyataan kontroversial tersebut langsung menyulut perdebatan di berbagai ruang publik.
Sebelumnya, DPR juga malah telah melakukan klrarifikasi langsung kepada yang bersangkutan mengapa mengapungkan pernyataan agama musuh Pancasila. Hingga DPR pun menyarankan agar sang ketua BPIP jangan menjadi juru bicara sendiri.
Pernyataan BPIP seharusnya "disaring" dan dikeluarkan ke publik melalui jubir dan elegan. Tapi, belum lagi pernyataan pertama reda dari perdebatan dan kontroversi, kini si ketua ini malah terkesan sengaja menelurkan ide tentang salam Pancasila yang diperkuat dengan argumentasi dan analogi.
Bila ditelisik, barangkali, maksud dari dua pernyataan tersebut memang dapat dibenarkan secara ilmiah, sebab beliau akademisi. Namun, sebab pernyataannya langsung dikonsumsi publik tanpa saringan, lalu media massa juga gencar mengangkat dan mempublikasikan, maka dua pernyataan tersebut memang jadi terkesan "nantangin" dan membangunkan macan tidur.
Bapak Presiden, mohon segera ambil tindakan atas perilaku ketua BPIP ini. Jangan sampai menambah runyam dan kisruh lanjutan di negeri ini.
Selain itu, mohon dipertimbangkan, benarkah lembaga BPIP perlu ada? Kan sudah ada Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dan Kementerian lainnya yang juga memiliki fungsi dan tugas semacam BPIP. Ini tumpang tindih, dan selama ini, apa kinerja dan prestasi yang sudah diberikan oleh BPIP, selain malah menambah pengeluaran negara untuk gaji mereka!
Ini malah bikin kerjaan dan menciderai hati rakyat dengan dua pernyataan kontroversi dan "melukai".
Jangan tunggu, lahir pernyataan kontroversi ketiga, ya? Hentilah meresahkan.
Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.