x

Merupakan gerakan membangun desa yang diinisiasi oleh media berdesa, demi terwujudnya desa maju dan mandiri

Iklan

Muwaffiq Jufri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Februari 2020

Selasa, 3 Maret 2020 07:59 WIB

Berkat Integritas, 3 Kades Ini Sukses Menjadikan Desanya Berpendapatan Miliaran Rupiah

Oretan prestasi emas para Kades di artikel ini tentu berbanding terbalik dengan banyaknya endapan dana daerah yang tertimbun di bank-bank daerah. Antara dana daerah nganggur yang berbanding terbalik dengan dana desa yang sukses membangun. Inilah kisah sukses Kades di Desa Ponggok (Klaten), Pujon Kidul (Malang), dan Serang (Blitar).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah sukses berikutnya disuguhkan oleh Dwi Handoko, Kades Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, ini sukses menyulap warganya menjadi pengusaha-pengusaha mandiri. Sebelum ia menjabat Kades, 80 persen warga Serang menggantungkan nasibnya dari berladang musiman akibat kondisi alam yang tidak mendukung. Tak menentunya musim ini membuat masyarakatnya banyak yang memilih jalur pintas menjadi TKI.

Gebrakan mulai dilakukan oleh Handoko dengan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjadi pengusaha dan tidak menggantungkan nasib pada kondisi alam pertanian yang memang kurang bersahabat, dimulai dari pembukaan Wisata Pantai Serang yang menjadi pelecut awal warganya dalam menggeluti dunia bisnis.

Prestasi tak sampai di sini, Handoko Juga merintis program “Sentra Kambing Rakyat” dengan bermodalkan dana desa. Program ini sukses menelurkan peternak-peternak baru yang tata kelolanya disuplai langsung oleh BUMDes. Lagi-lagi program inipun semakin meneguhkan status Serang sebagai desa wirausaha.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Potongan kisah berikutnya datang dari pelosok Malang, sebuah desa yang dinahkodai oleh Udi Hartoko ini sukses melambungkan nama Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang sebagai ‘desa wisata’.  Udi Sukses melambungkan aset desa yang sebelumnya hanya di kisaran Rp. 40-50 Juta Pertahun menjadi 2.5 Miliar pertahun.

Inovasi Udi dimulai dari menggerakkan ekonomi masyarakat melalui pembukaan Kafe Sawah, Udi memasrahkan secara penuh konsep dan pengembangan kafe ini kepada para pemuda desa. Gayung pun bersambut, dari awal hanya ada 60 karyawan kini melonjak drastis berjumlah 265 karyawan yang kesemuanya merupakan warga setempat.

Kesuksesan kafe sawah menginspirasi Udi untuk kembali menggagas konsep wisata menarik lainnya. Tercatat ada beberapa spot selfi yang berhasil memikat para penikmat keindahan alam. Selain itu, kehadiran pusat-pusat edukasi, budidaya dan peternakan masyarakat semakin melengkapi rasa takjub atas kemandirian desa ini.

Keseluruhan inovasi yang digagas oleh Udi Hartoko ini berakibat drastis pada pengembangan taraf kehidupan masyarakat dan menurunkan tingkat kemiskinan warganya. Saat ini, rata-rata pendapatan warga berada di kisaran 1.5 Juta perbulan, dan sukses mengubah stigma warganya untuk tidak lagi bekerja di luar kota dan luar negeri.

Percikan inovasi para Kades ini setidaknya mampu menggugah selera kita, tentang pentingnya integritas dalam menata kepemimpinan. Mereka telah membuktikan bahwa kepemimpinan yang dijalankan dengan integritas dan profesionalisme kerja akan melahirkan ragam inovasi dan sangat mendukung bagi usaha kemandirian generasi.

Arah kebijakan yang ditempuh oleh para Kades tersebut dapat dibilang sebagai kebijakan anti-mainstream. Di saat dana desa dijadikan bancakan baru dengan hanya menyalurkannya pada pembangunan infrastruktur, para Kades itu justru memilih membangun mental dan karakter warganya menjadi pribadi-pribadi yang haus karya.

Penggalan kisah ini juga seakan menjadi “pecut” bagi pemerintah untuk kembali mengoreksi kebijakan penggunaan anggaran negara. Para Kades itu telah memberikan bukti nyata bahwa arah pembangunan yang menyasar aspek mental dan karakter warganya telah mampu melahirkan sistem pemerintahan yang energik, maju, mandiri, berbasis kreativitas masyarakat.

Membangun karakter dan mental warga akan menelurkan pribadi-pribadi yang memiliki semangat dalam berkarya dan berwirausaha, sementara kebijakan membangun infrastruktur hanya akan meneguhkan kultur koruptif yang hingga kini masih melanda negara.

Mengutip sepenggal pesan dari Prof. Qurais Shihab, tentang kewajiban manusia untuk selalu belajar tentang ritme semesta serta lautan aksara agar rasa dan mata ini peka terhadap potensi kesadaran manusia, yakni kesadaran untuk mengelolanya dengan sempurna. Namun banyak diantara kita yang tak sepenuh hati menyadarinya. Karenanya, sudah saatnya kita belajar kepada siapa saja, termasuk belajar integritas kepada para kepala desa!

Ikuti tulisan menarik Muwaffiq Jufri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB