Seberapa jauh perhatian yang diberikan oleh pemangku kebijakan terhadap warga ataupun komunitas yang bersangkutan, umumnya dapat dilihat dari kebijakan serta produk-produk yang dikeluarkan. Hal tersebut cukup akurat karena dalam proses pembuatan, umumnya akan banyak waktu dan tenaga yang dicurahkan, menandai bahwa sasaran dari program tersebut memang dipentingkan.
Seperti misal yang bisa diamati beberapa saat lalu, pembuatan kartu BPJS, kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Kesemua layanan tersebut memiliki sasaran jelas yakni masyarakat Indonesia yang membutuhkan layanan kesehatan dan pendidikan, terutama pihak yang memiliki kondisi finansial di bawah rata-rata.
Di Tasikmalaya sendiri, yang dikenal dengan Kota Santri karena banyaknya institusi pendidikan berbasis keagamaan berbentuk pesantren, perhatian pemerintah daerah nampak nyata dari rencana inisiasi Kartu Santri yang beberapa waktu lalu sempat diutarakan oleh Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto.
Ade, dalam satu kesempatan wawancara dengan harian Pikiran Rakyat Tasikmalaya, Februari lalu, menyatakan keseriusannya dalam menggenjot layanan bagi warga Tasikmalaya yang banyak didominasi oleh kalangan santri. “Kita berharap dengan adanya Kartu Santri ini bisa memudahkan para santri dan pesantren untuk mengurus perihal kesehatan, akses bacaan dan bisnis” kata Ade.
Ikuti tulisan menarik Cahaya Tasikmalaya lainnya di sini.