Sejauh ini, perdebatan mengenai halal atau tidaknya bekerja atau menabung di bank konvensional rupanya masih banyak dijumpai. Berbagai akun sosial media yang memihak pada satu pendapat, antara pro dan kontra, masih terus aktif menyuarakan hal yang dipikir paling benar. Di sini tentu sulit untuk harus memihak ataupun menggelar perdebatan, terlalu berat untuk tulisan yang akan dimuat di platform semacam ini. Maka dari itu, bagaimana jika menghadirkan satu alternatif bentuk usaha yang memang sudah sejak lama ada di tengah kita bahkan diusulkan oleh salah satu founding fathers, Bung Hatta. Ya, betul, koperasi.

Koperasi adalah satu badan usaha yang aman dan stabil untuk menjamin kondisi ekonomi secara makro sebuah negara, dan juga kondisi finansial sesorang, tentu dengan catatan jika memang sistem usaha koperasi tersebut telah masif dan marak dipraktikkan. Sayangnya hingga sekarang, koperasi masih jauh dari kata nyata, masih sekadar diperingati dan dikelola secara normatif.

Menyadari pentingnya koperasi dan juga jauhnya prinsip riba dari badan usaha ini, Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto pun merancang satu program bertajuk KOPETA, Koperasi Pesantren Tasikmalaya. Koperasi ini akan hadir di sektor simpan pinjam bagi umat dan diurus oleh warga pesantren (santriwan atau santriwati) serta masyarakat sekitar.

Ade menegaskan bahwa koperasi adalah satus-satunya jawaban solutif atas perdebatan yang terjadi, sekaligus menjamin kesejahteraan ekonomi masyarakat. Terlebih program KOPETA ini, sebab benar-benar tidak akan ada bunga yang memberatkan sehingga menjadi riba bagi masyarakat. “Dananya nanti dari bantuan pemerintah dan iuran berkala dari masyarakat. Selanjutnya, KOPETA tidak hanya akan bergerak di simpan pinjam saja, tapi bisa merambah ke toko alat-alat produksi, seperti alat pertanian dan peternakan. Intinya yang bermanfaat untuk umat!” tegas Ade.

Ikuti tulisan menarik Cahaya Tasikmalaya lainnya di sini.