x

Iklan

Rahmat Hanafi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Maret 2020

Senin, 9 Maret 2020 12:24 WIB

Rasa Dalam Beragama

Rasa beragama dan hubungan antara agama dan manusia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagi orang Jawa, Agama adalah  sesuatu yang berharga dan harus dijaga sepenuh hati layaknya menjaga barang yang berharga dan sulit untuk dinilai dengan uang atau biasa dikatakan Agama Ageming Aji. Kata Ageming berasal dari kata Agem yang artinya pakai, dan Ageman artinya pakaian. Sedangkan Aji artinya sesuatu yang bernilai atau mulia yang tidak bias diukur dengan uang.

Dalam Serat Wedhatama, pangkur bait ke-1 disebutkan:

Mingkar mingkuring angkoro

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akarono karenan Mardi Siwi

Sinawung Resmining kidung

Sisuba sunukarto

Mrih ketarta pakartining ngelmu luhung

Kang tumrap ing tanah Jawa

Agama Agemimg Aji

Terjemahan:

            Meredam nafsu angkara dalam hati

            Karena kecintaan orangtua kepada anak

            Digubah dalam syair-syair yang indah

            Dihias penuh tata karma yang baik

            Agar menjiwai hakekat ilmu luhur,

            Buat masyarakat tanah Jawa (Nusantara)

            Agama sebagai “pakaian” kehidupan.

            Tembang ini mengandung makna agar manusia menghindari sifat serakah dan keangkara-murkaan serta mengamalkan budi pekerti yang baik dan bersandar pada agama. Itulah sebabnya digubah syair/tembang yang indah dan memiliki nilai tata karma agar generasi selanjutnya mampu menghayati ilmu yang luhur.

            Dalam tembang ini juga dijelaskan tentang Agama Ageming Aji atau Agama merupakan pakaian. Jasad adalah baju ataupun sarana bagi Sang Diri atau diri sejati. Jika ruhnya tidak dijaga atau diberi makan, maka manusia tidak lebih daripada hewan. Namun jika ruhnya diberi makan, dan dijaga dengan benar-benar, maka ia akan sangat berguna bagi kehidupan dan akhirat.

            Agama berarti aturan-aturan, batasan-batasan, dan ketentuan yang dipatuhi ajarannya. Jika ajaran aturan, batasan, dan ketentuan tersebut dipatuhi maka akan membawa ketentraman bagi kehidupan pribadi dan masyarakat. Dalam tembang diatas juga disebutkan tentang orangtua, dimana artinya adalah pemimpin atau orang-orang yang dihormati, jika dituntun oleh ajaran agama maka akan terhindar dari perbuatan yang aniaya, nista, dan hina yang dapat meruntuhkan karhisma, martabat, dan derajatnya.

            Orang Jawa menganggap bahwa pemimpin secara formal haruslah seorang pemimpin agama, yang mana tujuannya adalah agar pengikutnya mendapatkan kemualiaan dan keberkahan. Pemimpin yang juga mementingkan kepentingan rakyat demgan landasan mengabdi dan memuliakan rakyat.

            Agama seperti struktur yang mengikat antara kepercayaan, system budaya dan pandangan filosofis bagi orang Jawa, yang menghubungkan manusia dengan tatanan/budaya dari kehidupan yang transcendental. Banyak agama memiliki narasi, symbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup atau menjelaskan asal-usul kehidupan.

                        Agama juga merupakan alat untuk mendidik seoang anak agar menjadi kepribadian yang baik. Hal ini tak lepas juga dari pengaruh lingkungan dan bagaimana orangtua mendidik. Jika lingkungan buruk, sama halnya seperti makanan yang kurang bergizi, hal tersebut harus diantisipasi dengan didikan orangtua, agar si anak tidak sengsara atau menjadi kotoran di baju yang dipakainya.

  1. Rasa

Rasa merupakan kata kunci Jawa, yang berarti juga merasakan dalam segala dimensi. Maka rasa itu juga sekaligus eling, ingat akan asal-usul sendiri, Yang Ilahi. Dalam rasa, orang Jawa kawruh sangkan paraning dumadi, pengertian tentang asal-usul dan tujuan segala makhluk.

Orang Jawa tradisional sangat memberikan tempat penting bagi rasa. Indra rasa ini sangat-sangat dilibatkan dalam kepribadian Jawa, tidak kalah penting dengan pikiran sehingga ia sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah frasa yang dikenal dalam uangkapan jawa saat pengambilan keputusan yaitu “…yen tak rasak-rasakke…” (jika kita rasakan) dan bukanlah, “…yen tak piker-pikir…” (jika kita piker).

Tidak hanya itu, tak terlepas pula dari segi spiritual. Rasa juga memiliki peranan penting dalam berdo’a ataupun mantra bagi orang manusia. Dimana, setiap hal apapun yang kit a baca dalam do’a ataupun mantra, akan memiliki daya jika dibaca dengan penghayatan atau rasa yang mendalam dan tinggi. Seperti yang tertulis dalam bait Kidung Wahyu Kolosebo: “…Manunggaling Kawulo Gusti, Krenteng Ati Bakal Dumadi…” (Menyatunya hamba dengan Tuhan, Kehendak hati akan terjadi)

  1. Keselamatan

Dalam beragama, agama apa saja kurang memiliki makna bagi pemiliknya jika tidak ada keselamatan atau perlindungan yang bisa ditawarkan kepada para pemeluknya.

Dalam agama Islam sendiri, agama yang bernuansa Arab yang ditransformasikan oleh Sunan Kalijaga kepada orang-orang Jawa agar cocok untuk orang Jawa. Islam yang terasa asing bagi orang-orang Jawa diubah nuansanya menjadi agama yang bias diterima di tanah Jawa, yang mana juga memberikan rasa keselamatan atau perlindungan.

Tembang Rumekso Ing Wengi misalnya, tembang ciptaan Sunan Kalijaga ini memberikan rasa keselamatan atau perlindungan lahiriah.

Setiap hari manusia tidur, terutama di malam hari. Namun, pada malam hari manusia juga memerlukan rasa selamat atau sesuatu untuk melindungi diri dari mara bahaya. Malam juga merupakan sarang atau markan bagi kejahatan yang bisa mengancam keselamatan kapan saja, yang manusia sendiri tidak tahu kapan hal tersebut akan terjadi. Demgan berdo’a diharapkan seseorang dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari berbagai macam gangguan yang menghampiri.

Kidung Wahyu Kolosebo adalah hasil dari menggali perbendaharaan spiritual Jawa yang dipadukan dengan ajaran Islam oleh Sunan Kalijaga. Kidung ini memiliki lima bait, dan memiliki arti atau makna tentang keselamatan ataupun perlindungan di malam hari.

Tembang ini juga dimaksudkan untuk perlindungan diri dari berbagai penyakit yang menyerang tubuh pada waktu malam. Baik yang bersifat lahiriah maupun rohaniah. Oleh karena itu, dalam kidung ini ditegaskan dalam baitnya, bahwa kidung ini bias menyelamatkan diri dari penyakit, semua petaka, jin ataupun setan, dan dari perbuatan orang yang salah.

            Dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti serta mudah diresapi pembacaannya, maka terciptalah energy metafisik dalam diri bagi yang membacanya. Tutur kata dalam setiap bunyi ataupun irama lagu merupakan bentuk-bentuk energy. Maka, setiap tutur kata yang diucapkan bias memsona atau bahkan menghipnotis bagi yang mendengarnya. Energi yang timbul dari setiap bunyi atau lagu itulah yang akan membawa manusia ke relung terdalam dalam kehidupan, dam bangkitlah Ingsun sejati dalam diri manusia. Dan energi itu akan tersambung daya dengan Guru Sejati yang selalu berhubungan dengan Sang Penguasa.

  1. Dasar Kehidupan

Agama merupakan kompas untuk kehidupan manusia, yang mana akan memberikan arah dan tujuan akhir yang luhur untuk kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian, Agama menjadi sumber jawaban untuk setiap masalah yang dihadapi manusia, karena pada hakekatnya manusia selalu mencari keselamatan baik itu dunia maupun akhirat.

Oleh karena itu, Agama sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dari segala ranah, entah itu ranah sosial, politik, ekonomi, adat, budaya, dsb. Semua ranah tersebut akan amburadul atau bahkan tercerai-berai jika tidak berlandaskan atau berpangku pada agama.

Seorang pemimpin juga dapat mempengaruhi perubahan dalam hal beragama,entah itu baik atau buruk. Jika pemimpin tersebut termakan oleh angkara-murka dan hawa nafsu, pemimpin tersebut bias membawa pengikutnya dalam jurang kehampaan, dan bahkan bias menyengsarakan para pengikutnya. Namun, beda lagi ceritanya jika pemimpin tersebut mempunyai sikap yang luhur dan aji, maka ia akan membawa pengikutnya ke jalan yang terang-benderang.

Dalam tembang Sunan Kalijaga yang bertajuk Lir-ilir dan Gundul Pacul, yang biasa dinyanyikan untuk anak-anak, menceritakan atau memberikan pengajaran tentang kepemimpinan. Karena itu, akan sangat berdampak baik jika lagu-lagu tersebut disandangkan pada anak-anak sewaktu masih kecil, agar tertanam dihati mereka sifat tentang kepemimpinan kelak jika dewasa nanti, dan menjadi manusia yang kuhur dengan jiwa kepemimpinan yang memandang manusia sebagai manusia.

Pengaruh lainnya adalah terbentuknya moral yang penuh sri asih, dan penuh rasa akan kemanusiaan. Juga akan memberikan sikap menghargai hidup dan agemingnya yang aji.

  1. Kebutuhan

Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak bisa melepaskan diri dari yang namanya agama. Dikarenakan, agama adalah kebutuhan yang sangat dibutuhkan manusia lebiah dari apapun, karena agama adalah sesuatu yang sangat aji bagi manusia.

Kebutuhan manusia terhadap agama tidak bisa digantikan dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek material. Kebutuhan manusia akan materi tidak bisa dibandingkan dengan kebutuhannya akan agama.

Dalam hal material, manusia dapat melahirkan apapun demgan akalnya dan teknologi yang dibuatnnya. Tetapi, akal saja tidak cukup untuk manusia, karena akal saja tidak dapat menyelesaikan segala masalah yang diaalami manusia. Dalam hal imilah agama berperan sebagai penjaga, agar manusia tetap menjadi manusia.

Agama merupakan pedang sekaligus perisai dalam kehidupan manusia. Agama bisa menghancurkan setiap keragu-raguan dalam diri manusia. Agama juga bisa menghancurkan rasa takut yang berlebihan dalam diri manusia, yang mana rasa takut tersebut bisa membuat manusia jatuh dalam jurang keputusasaan. Agama sekaligus menjadi perisai dalam diri manusia. Hal itu dikarenakan agama memberikan manusia rasa aman dan nyaman. Juga, memberikan manusia harapan dikala manusia sedang terjebak dalam problematika kehidupan.

Agama merupakan sumber kebenaran mutlak, setiap penganut agama pasti mengakui bahwa ajaran yang dibawa agamanya kebenarannya adalah mutlak. Dan yang paling utama, yang dikatakan pada kitab sucinya, entah itu Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Kehidupan manusia tidak lepas dari pengaruh lingkungan, yang mana jika lingkungan itu buruk, maka agama akan menjadi penyelamat dan juga menjadi lentera bagi pemeluknya. Agama juga berperan aktif dalam menyuarakan kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat. Agama pula yang akan menambah tali persaudaraan antar umat beragama jika manusia bisa merasakan makna dari agama yang dipeluknya.

Pada penjelasan di atas, bisa kita dalami dan hayati tentang agama dan rasa. Dimana agama menjadi pokok pembahasan penting dalam kehidupan manusia. Namun, seringkali kita melupakan rasa itu sendiri dalam beragama, sehingga kita beragama hanya seperti berjalan dipinggiran pantai dan tidak tahu ada apa di kedalamannya. Yang mana, di kedalaman laut tersebut memiliki banyak sekali ekosistem yang berguna untuk kehidupan manusia. Dan dikedalaman itu pula, terdapat serbuk-serbuk emas yang berharga (aji) dalam kehidupan manusia. Namun, dikarenakan terlalu malas dan tidak acuhnya kita, sehingga melupakan adanya sesuatu yang berharga dan merasa puas dengan apa yang kita nikmati saat ini.

 

Sumber: (Chodjim A. 2018. Sunan Kalijaga Mistik dan Makrifat. Tangerang Selatan.Baca., Musman A. 2017. Agama Ageming Aji. Yogyakarta. Pustaka Jawi., Ramli. Agama dan Kehidupan Manusia. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. 7., Matil A. 2014. Agama dan Manusia. Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat. 21., Marzuki. Konsep Manusia dan Agama. 26.)

Ikuti tulisan menarik Rahmat Hanafi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler