x

Garuda Pancasila

Iklan

Citra Cita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Januari 2020

Rabu, 11 Maret 2020 11:16 WIB

Menjadikan Guru Pancasilais di NKRI


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat rapat dengan Komisi X DPR akhir Januari lalu, ada testimoni luar biasa diungkapkan Mendikbud Nadiem Makarim. Tentang penilaian orang-orang terdekatnya selama ini kepada dirinya.

Pertama; jiwa Pancasila yang tak perlu diragukan lagi. Kedua; loyalitasnya pada NKRI. Dan ketiga; integritasnya. Tiga pilar kepribadian itu memang sangat diperlukan sekarang di Republik Indonesia. Agar hebat. Tetap sesuai seperti cita-cita pendiri bangsa Indonesia.

Manusia-manusia yang tulus mengokohkan kedaulatan Indonesia. Dalam keberagaman dan kemajemukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sepertinya Menteri Nadiem tidak ingin 'mencintai Indonesia sendirian'. Terutama dalam tugas kerja dinaunginya: urusan pendidikan serta kebudayaan.

Menteri Nadiem ingin guru juga Pancasilais, NKRI, sekaligus berintegritas. Sebab sangat penting.

Jangan pernah lagi nanti mengemuka kabar ada guru yang melarang upacara bendera. Jangan sampai lagi nanti ada guru yang mengharamkan peringatan kemerdekaan RI.

Jangan ada lagi guru inklusif, mendoktrin murid bahwa di luar agama diyakininya adalah salah. Jangan lagi terkuak informasi ada pelecehan dari guru ke murid.

Toh, nyatanya pendidikan Indonesia memang harus menyadarkan muridnya tentang multi-kulturalisme. Saling menghargai. Saling menolong. Merawat toleransi. Mengubur ego.

Dan kesadaran begitu kunci utama di sekolah jelas ada pada sang guru. Guru yang menyadari arti ke-Indonesia-an bakal mentransformasi itu ke muridnya.

Lalu Menteri Nadiem berencana menyelenggarakan tes kadar ideologi dan toleransi ke depannya dalam penerimaan guru.

Ya, sudah tepat! Memang begitu seharusnya.

Sebab dari situ bakal diketahui bagaimana pandangan dan pemikiran calon tenaga pendidikan tentang Pancasila dan NKRI. Bagaimana integritasnya dalam kehidupan berkebangsaan.

Selama ini harus diakui, pendidikan Indonesia 'kecolongan'. Akhirnya seperti tadi itu diceritakan, muncul hal-hal 'nyeleneh' di lingkungan sekolah.

Masa iya hormat bendera saja diajarkan haram oleh oknum guru? Masa iya ada guru yang melakukan kekerasan?

Dengan dilakukannya tes kadar ideologi dan toleransi oleh Menteri Nadiem, maka potensi menyimpangnya kegiatan belajar-mengajar di sekolah bakal terpental.

Seleksinya ketat menerima guru. Tidak sembarangan lagi. Bukan sekadar memenuhi syarat pendidikan menjadi seorang guru. Tapi perlu ditunjang bagaimana sikapnya terhadap Indonesia.

guru yang menentukan arah masa depan murid. Murid jadi punya rasa kebangsaan yang tinggi.

Akhirnya Menteri Nadiem membuka harapan bahwa sekolah memang ruang memajukan Indonesia. Dengan bersama-sama. Bukan sendiri-sendiri.*

Ikuti tulisan menarik Citra Cita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler