x

cerdas emosi

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 20 Maret 2020 15:47 WIB

Virus Corona, Membuat Nampak Siapa Cerdas Emosi dan Kaya Hati

Saat kondisi musibah Corona, kini semakin nampak siapa yang cerdas emosi dan kaya hati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Presiden Jokowi sudah menyatakan kendali wabah virus corona ada di tangan pemerintah pusat, maka seharusnya, sebagai rakyat yang patuh kepada pemimpin negara. Maka mulai dari pemimpin daerah sampai kepada rakyat biasa, juga sewajibnya mengukuti anjuran pemerintah dalam upaya mencegah penyebarannya, semasa kebijakan lockdown belum dilakukan, meski arah menuju kebijakan tersebut tetap menjadi pemikiran serius. 

Menteri Keuangan pun sudah bicara di media menyoal anggaran yang disiapkan bila benar harus diambil kebijakan lockdown

Presiden pun sudah langsung meninjau Gudang Beras, untuk memastikan persediaan terjamin. Juga ada pemikiran akan adanya bantuan langsung dari pemerintah yang dikirim melalui angkutan/transportasi online kepada masyarakat khususnya yang mencari nafkah dari sektor informal dan masyarakat tidak mampu yang sangat terdampak dari akibat wabah ini. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sangat perlu disadari oleh seluruh masyarakat, tanpa membedakan kaya-miskin, tanpa melihat kelompok-politik-golongan, bahwa kondisi Indonesia dari berbagai "segi" sangat berbeda dengan negara lain yang juga terdampak Corona. 

Namun, yang paling mencolok untuk masyarakat Indonesia adalah dari segi ekonomi. Banyak rakyat yang tetap cerdas dan memiliki daya intelektualitas tinggi, namun secara ekonomi tak mampu, sementera hidup diri dan keluarganya tetap harus "makan", maka bila golongan ini tetap harus ke luar rumah demi sesuap nasi, tentu tak bisa disalahkan. 

Mungkin setoplah untuk masyarakat yang masih nyinyir dan bilang rakyat Indonesia pada bandel masih berkeliaran meski sudah dihimbau untuk diam di rumah dan melakukan sosial distance.  Siapa yang akan membantu mereka kalau bukan diri mereka sendiri dan keluarganya? Kini, masyarakat juga semakin terlihat jelas, siapa yang kaya harta dan miskin hati! 

Bahkan, tidak henti di situ, di media sosial kini juga muncul nyiinyiran menyoal partai politik yang diam saja tidak tergerak membagikan masker untuk rakyat. Padahal saat Pileg, Pilgub, Pilpres, tanpa rakyat minta, mereka membagikan kaos berlambang partai mereka! 

Lalu ada yang menanggapi, mana mungkin partai akan bagi-bagi masker dan lain-lain, mereka bagi-bagi kaos juga modalnya dari cukong. Mana mungkin cukong akan kucurkan dana untuk masker dan lainnya dibagi-bagi gratis. Kalau tak membikin untung, tidak mungkin cukong turun membantu. 

Di sisi lain, saat Presiden berupaya mengendalikan kegusaran rakyat dengan sabar meski sudah dicap sebagai pemimpin tak tegas dan tak sigap dalam persoalan Corona, karena dianggap lebih mementingkan ekonomi daripada nyawa rakyat, para pembantunya juga malah terus mencipta masalah yang membikin partai oposisi dan rakyat marah. 

Semisal kasus WNA yang lolos masuk Indonesia, sementara rakyat kecewa, ada menteri yang berkomentar enteng dan terkesan mengabaikan rakyat. 

Lainnya, saat korban corona yang pertama di Indonesia diumumkan ada dua, ternyata setelah pasien dinyatakan sembuh, yang muncul di layar kaca ternyata ada tiga orang dalam satu keluarga. 

Kondisi ini juga membuat masyarakat curiga, jangan-jangan jumlah korban yang setiap hari diupdate oleh juru bicara pemerintah, tidak sesuai dengan kondisi dan fakta korban sebenarnya di lapangan. 

Artinya, selama ini pemerintah juga memanipulasi jumlah korban yang terpapar virus corona. Lebih menjengkelkan, semua korban yang terpapar virus corona, ternyata kepastian positif atau negatif baru bisa didapatkan setelah minimal 3/4 hari. Itupun labnya hanya ada di satu titik. 

Lebih ironis, ada beberapa orang yang meninggal karena sakit, tapi baru diketahui beberapa hari kemudian, ternyata yang meninggal positif corona. Keluarga dan tetangga pun akhirnya menjadi korban dan sumber penyebaran Corona. 

Selain itu, di medsos juga viral menyoal kata-kata "Indonesia dilawan!". Maksud dari kata-kata itu adalah, susahnya membuat masyarakat sadar akan bahaya virus corona yang terus merajalela, namun tetap melalukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, tak memedulikan imbauan pemerintah. 

Bila di rangkum semua, masih sangat banyak "sikap konyol" yang secara logika seharusnya tidak terjadi dalam situasi wabah Corona semakin tak terkendali.  Tapi apa mau dikata, inilah kondisi kecerdasan emosional rakyat Indonesia, semua jadi nampak sama. 

Dari semua identifikasi yang saya ungkap, seharusnya, masyarakat yang cerdas intelektual dan cerdas emosional menjadi panutan dan teladan. 

Sayang, masyarakat golongan ini, kebanyakan juga didominasi oleh golongan rakyat menengah ke atas, yang kini hanya tinggal kipas-kipas, rileks berdiam diri di rumah, karena sementara masih bebas makan sesuai selera dan pilihannya, dan dapat tidur nyenyak karena punya simpana dan tabungan uang.

Pun malah ada selebritis yang juga anggota DPR malah masih tega membagikan kegiatan liburannya di medsos, tanpa ada malu dan prihatin. Jelas tak cerdas sekaleee. 

Yang pasti, kehadiran virus corona di Indonesia, semakin dapat menunjukkan siapa saja karakter pemimpin dan rakyat yang cerdas emosional dan kaya hati. 

Pahamilah bahwa kecerdasan emosional emotional quotient,  (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. 

Sadarilah bahwa kaya hati adalah pemurah dan dermawan. 

Jadi, saat ini rakyat membutuhkan sosok teladan yang cerdas emosional dan kaya hati, bukan sosok nyinyir penambah masalah dan resah, sudah begitu hanya memikirkan diri sendiri! 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler