x

tak pasti

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 22 Maret 2020 13:28 WIB

Prediksi Virus Corona Entah Sampai Kapan, Semua Dapat Dibangun Lagi, Kecuali Nyawa!

Tidak ada yang tahu virus corona mewabah akan sampai kapan, namun semua yang terpuruk dapat dibangun lagi, kecuali nyawa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di satu sisi, anjuran untuk masyarakat melakukan social distancing, selain berdiam diri dan berakivitas di dalam rumah, juga sangat mungkin akan diperpanjang atau diperluas cakupannya. Ini pun akan berisiko dapat menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpastian. 

Untuk itu, atas kondisi ini, sejatinya pemerintah pusat dan daerahlah yang wajib memberikan penyadaran kepada rakyat, bahwa ketidakpastian wabah virus corona ini akan terus menggerus korban dan entah sampai kapan akan berakhir, wajib lebih dinomorsatukan. 

Sebagai analogi, anjuran dari masyarakat menyoal lebih penting menyelamatkan nyawa daripada ekonomi, karena bila nyawa melayang tidak dapat dihidupkan lagi, namun bila ekonomi ambruk dapat dibangun lagi, maka persoalan belajar di bangku sekolah, belajar di bangku kuliah, pekerjaan di kantor dan lain-lain, juga jangan dipikirkan harus tetap berjalan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti halnya ekonomi ambruk yang dapat dibangun lagi, maka belajar dan pekerjaan juga dapat diulang lagi, mungkin istilahnya bisa dari awal lagi, saat nanti kondisi virus benar-benar telah terkendali dan pergi. 

Jadi, bila sekarang banyak masyarakat berpikir bahwa dukungan belajar di rumah dengan penggunaan teknologi perlu mendapatkan pantauan serius dari institusi pendidikan untuk memastikan setiap anak dari pelbagai kelompok ekonomi mendapatkan akses belajar, tidak juga harus demikian. 

Andai faktanya tidak seperti apa yang diharapkan, pun tidak perlu bicara pantauan serius, karena yang lebih serius dan lebih penting adalah bagaimana masyarakat terhindar dari penyebaran dan penularan virus. 

Terlebih, harus sangat disadari bahwa tingkat "ketimpangan berbagai" di Indonesia masih sangat tinggi, baik pada masyarakat di perkotaan ataupun di pedesaan. 

Ketimpangan itu di antaranya dalam hal tingkat ekonomi yang tentunya akan mempengaruhi anak dalam mengakses fasilitas teknologi saat belajar di rumah dan karyawan yang juga akan mengakses pekerjaan di rumah. 

 

Mungkin sebagai acuan, referensi agar pemikiran pemerintah dan masyarakat terbuka menyoal situasi belajar, Dana Goldstein, seorang penulis buku yang berjudul The Teacher Wars, memaparkan sebagian besar rumah tangga di Amerika memiliki internet, tetapi jurang ketimpangan berdasarkan pendapatan, ras dan tingkat pendidikan orang tua tetap berpengaruh signifikan pada kemampuan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya belajar di rumah dengan fasilitas teknologi. 

Selanjutnya: Tergantung pada telepon pintar

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler