x

FSB

Iklan

Muhammad Fajar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Desember 2019

Sabtu, 28 Maret 2020 13:33 WIB

Kesusatraan dan Sastra Rakyat

K & SR

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

PENGERTIAN KESUSASTERAAN

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam kesusasteraan Melayu, kita seharusnya paham tentang apa yang kita kaji itu adalah kesusasteraan Melayu lama, atau sastera Melayu baru atau modern.

Perkataan sastera berasal dari bahasa Sanskrit "castra" (dibaca : Shastra) yang membawa arti kitab suci Hindu. Susastera berarti seni sastera, atau biasa juga dikenal di daerah ini dengan seni persuratan. Tambahan "su" dalam bahasa Sanskrit berarti "baik" atau "indah". Jadi kesusasteraan adalah kata terbitan dari susastera dengan membawa arti kesenian persuratan.

Ada juga orang-orang berpendapat penambahan awal "ke" dan penambahan akhir "an" membawa maksud "banyak" atau "berhilangan." Yang dikatakan seni sastera ialah hasil-hasil dari kesusasteraan. Hasil-hasil kesusasteraan bukan-lah segala yang ditulis sembarangan saja, tetapi hasil-hasil itu (baik yang dalam bentuk sastera lama maupun baru), mestilah mempunyai ciri-ciri tertentu, misalnya keindahan isi dan bentuknya, dan yang berkesan serta dapat pula dibanggakan oleh masyarakat yang memilikinya. Sasterawan ialah orang yang dapat menerbitkan hasil-hasil seni ini, atau penulis dalam lapangan kesusasteraan.

Ketika menguraikan tentang kesusasteraan, kita tidak dapat melupakan bahasa, sebab bahasa lah yang menghubungkan antara dua orang atau lebih ahli masyarakat. Kesusasteraan dalam menceritakan kesah manusia dalam bentuk seni mementingkan kegunaan bahasa. Sesuatu yang berbentuk seni ialah sesuatu yang mempunyai sifat-sifat keindahan dan kesempurnaan pada bentuk dan isinya.

Bila masyarakat menghadapi sesuatu hasil yang bernilai seni, maka rasa keindahan dan kesempurnaan itu akan dialaminya. Yang memisahkan atau memberi batasan antara yang bernilai seni dan yang tidak ialah panca indera manusia sendiri, yang digunakan untuk memikirkan dan menilainya. Keindahan sesuatu terbit dari pengalaman dan pengetahuan mengenai benda-benda itu atau benda-benda seakan -akannya.

Karangan-karangan yang termasuk dalam kesusasteraan ialah karangan-karangan yang bercorak prosa, puisi, lirik dan drama. Bentuk prosa ialah jenis karangan biasa dalam hikayat-hikayat, novel, cerpen dan lain-lain yang tidak mementingkan soal sajak, raim dan irama. Harus pula diingat, bahwa dalam hikayat-hikayat lama, (khususnya sastera Penglipur Lara, bahkan dalam cerpen sebelum perang dunia kedua) terdapat banyak sulaman bentuk puisi dalam karangan prosa.

Puisi dipinjam dan dikenal dari Indonesia yang seterusnya mengambilnya dari perkataan Belanda 'poesi'. Sebelum daripada itu kita kenal bentuk puisi dengan istilah 'karangan berangkap'. Istilah puisi samalah dengan apa yang dipaham dengan 'poetry' dalam bahasa Inggris. Ringkasnya karangan puisi berkehendakkan kapada sajak atau persamaan bunyi, irama (alunan suara), raim (perselingan bunyi seperti mana yang terdapat dalam pantun, syair, gurindam, dan seloka).

 

SASTRA  RA KYAT

Sifat dan jenis Sastera Rakyat

Sebagian besar dari sastra zaman klasik Melayu terdiri dari apa yang kita pahamkan dengan istilah sastra rakyat. Sastra rakyat tidak mementingkan tulisan, karena sastra demikian disebarkan dari mulut ke mulut dan disampaikan dari satu keturunan kepada keturunan yang lain. Dengan itu, sastra rakyat dikenali juga dengan nama sastra lisan atau sastra mulut.

Sebagian besar dari unsur-unsur sastra rakyat ini telah dibukukan. Jadinya apa yang hendak kita kajikan ialah sastra lisan, tetapi apa yang kita baca ialah sastra tulisan. Perbedaan terdapat dalam kedua bentuk sastra ini. Misalnya, sastra lisan mempunyai beberapa ciri tertentu yang apabila dituliskan, jalan bahasa dan suku kata yang ada padanya diubah atau disesuaikan dengan jalan bahasa dalam tulisan.

Pengkajian sastra lama Melayu akan membawa kita ke zaman animisme lagi, zaman sebelum terdapat pengaruh Hindu. Masyarakat pada zaman itu ialah masyarakat primitif, masyarakat yang rapat sekali hubungannya dengan alam semesta. Dalam memperjuangkan kehidupan mereka, dalam mencari sebab-akibat sasuatu benda yang tidak dapat dipikirkan oleh akal biasa, dalam pengalaman-pengalaman mereka mengajar dan mendidik anak-anak kecil, maka timbulah berbagai bentuk sastra rakyat. Begitu juga segala bentuk peribahasa, adalah hasil dari perdampingan mereka dengan alam semesta. Masyarakat Melayu lama mempunyai berbagai bentuk mantra, jampi dan serapah yang kita warisi hingga sekarang ini.

Berjenis-jenis sastra rakyat ini merupakan gambaran langsung dari dunia, sebagaimana yang dilihat oleh masyarakat purba. Isi dan pendapat-pendapat di dalamnya sangat aneh untuk manusia modern, tetapi hal-hal itu merupakan soal-soal biasa untuk masyarakat zaman dahulu. Pentingnya sastra begini, tidak dapat kita matikan karena sastra bentuk ini merupakan tali dan hubungan kepada kita untuk mencari keadaan-keadaan, kepercayaan, pandangan hidup dan segala aspek yang berkaitan dengan kehidupan zaman silam.

Masyarakat di mana sastera rakyat tumbuh adalah masyarakat yang statis;maksudnya, masyarakat yang mementingkan perpatuhan ramai kapada norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Begitu juga sastra rakyat adalah kepunyaan ramai atau umum, semua orang paham dan mengakui wujud-nya sehingga pendapat individu tidak dipentingkan.

Sastra ini di sebarkan secara lisan dari mulut ke mulut dan dari satu keturunan kesatu keturunan yang lain. Cerita-cerita ini kerap kalinya di tokok tambah dari setempat ke setempat.

Sastra rakyat juga berlatar belakangkan masyarakat zaman-nya. Banyak dari hasil-hasil ini bersifat universal yaitu di kenal oleh beberapa kumpulan manusia. Persamaan-persamaan dalam bentuk cerita juga terdapat dalam beberapa masyarakat di beberapa tempat saperti dalam cerita bermotif, binatang dan dalam cerita-cerita penglipur lara. Soal 'diffusion' ialah salah satu faktor yang mengakibatkan persamaan ini. Satu lagi faktor yang memungkinkan bentuk yang sama dalam cerita-cerita ini ialah soal keadaan sekeliling yang mungkin melahirkan cerita yang sama.

Dalam memperkatakan corak-corak atau golongan sastra rakyat, terdapat juga tafsiran yang ada kalanya meliputi beberapa buah cerita, seperti, cerita asal-usul, mitos (myth), legenda (cerita-cerita tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah), cerita-cerita hantu dan peri-peri, fable (cerita yang mengandung teuladan dan bersifat didaktik), penglipur lara, cerita-cerita jenaka atau cerita-cerita lucu dan cerita-cerita rakyat yang lain.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Fajar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler