x

Penyebaran virus Corona

Iklan

Muhamad Riza

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Maret 2020

Senin, 30 Maret 2020 09:13 WIB

Budaya Pasrah Akan Takdir

Bertujuan sebagai informasi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Budaya Pasrah Akan Takdir

Kepanikan pekat menyelimuti awal tahun 2020 ini, awal mula berasal dari Wuhan, China yang efeknya sangat menyebar ke berbagai wilayah di seluruh dunia. Meskipun sekarang China sudah menyatakan bebas dari virus corona, namun banyak negara di dunia yang masih mengalami kesedihan dengan adanya virus ini. Negara Italia sekarang menempati posisi atas dengan jumlah kasus kematian tertinggi Corona dengan jumlah total 10.023 orang per 29 Maret 2020. Sedangkan China 3.287 orang yang meninggal per 25 Maret 2020. Tentu 1 saja nyawa sangat berharga, apalagi sampai memakan korban yang begitu banyaknya. Indonesia sekarang juga mengalami masa darurat Corona dengan total korban yang meninggal sekarang adalah 114 orang yang terlapor.

Jika tidak ditangani lebih serius oleh pemerintah pasti dampaknya akan sangat mengerikan, apalagi sebentar lagi ramadhan dan lebaran segera tiba. Arus mudik dari berbagai kota akan masif. Perpindahan penduduk antar satu wilayah ke wilayah yang lain tidak terbendung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah tengah berupaya dengan berbagai cara untuk menjamin rakyatnya agar tetap sehat. Dikabarkan bahwa Presiden Jokowi telah memesan sebanyak 3 juta Avigan dan Chloroquine dari Jepang dan BUMN berencana memproduksi 4,7 juta masker untuk disalurkan ke masyarakat. Himbuan dan peringatan  juga telah dikeluarkan guna mencegah penyebaran virus ini. Dengan gerakan #dirumahaja diharapkan agar masyarakat dapat mengkarantina diri mereka sendiri untuk tidak berpergian.

Namun lagi-lagi permasalah yang dihadapi adalah masyarakat yang bandel. Sudah dikasih peringatan sedemikian rupa tetap saja ngeyel. Bukannya memanfaatkan masa libur untuk memproteksi diri malah berkunjung ketempat-tempat wisata. Di Jakarta sudah menutup berbagai tempat-tempat hiburan dan meliburkan sekolah selama beberapa hari. Alih-alih memproteksi diri di rumah, masyarakat lebih memilih berkunjung ke tempat wisata Bogor. Padahal, kerumunan itu sangat berpotensi mengakibatkan penularan. Mungkin sekarang ini masih tampak baik-baik saja karena belum banyak yang terjangkit, tetapi ketika sudah merebak ke masyarakat yang luas akan sangat merepotkan.

Tapi kembali lagi ke budaya orang Indonesia yang melekat yaitu “Mati Urip Kersane Gusti” (Hidup Mati Urusan Tuhan). Sekilas slogan tersebut merupakan bentuk kepasrahan akan Tuhan. Namun dalam konteks darurat seperti sekarang, seharusnya masyarakat kita sedikit lebih cerdas dalam menyikapinya. Analoginya seperti ini, jika memang manusia berserah diri kepada Tuhan coba di masukkan ke dalam 1 kandang bersama singa. Apakah orang tersebut bisa hidup? Mungkin bisa tapi dalam keadaan yang terluka parah dan kemungkinan terbesarnya tewas dimakan singa.

Sama dengan himbauan adanya virus Corona, bahwa masyarakat tidak seharusnya berpergian jauh hanya untuk berwisata sekarang ini, kalau sampai terkena virus akan merugikan dirinya dan lingkungan sekitar mengingat virus ini belum ada obat yang mutakhir.

Hal lain yang menjadi faktor masyarakat tidak terlalu peduli adalah kurangnya literasi mengenai virus ini yang menjadikan masyarakat kita seolah abai dengan berbagai isu krusial yang terjadi.

Sebenarnya jika pemerintah lebih tegas lagi bisa melakukan langkah lebih ketat seperti menutup semua tempat-tempat wisata yang ada dan lebih mensosialisikan tentang virus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini dengan cara mengerahkan perangkat didaerah-daerah dengan mendatangi satu per satu rumah penduduk.

Mendatangi penduduk merupakan langkah yang efektif, selain sosialisasinya tidak menimbulkan kerumunan, petugas yang melakukan sosialisasi juga dapat mengecek kondisi kesehatan dari masyarakat di daerah.

Slogan lagi yang menggelitik di masyarakat kita yakni “Nggatekne Corona Ora Mangan” (Takut Corona Tidak Makan), biasanya slogan tersebut berasal dari kaum-kaum buruh, seperti buruh tani, buruh jasa truk angkutan dan lain-lain yang notabene jika mereka tidak bekerja keluar rumah maka tidak akan mendapatkan penghasilan yang nantinya tidak bisa menghidupi keluarga.

Ironisnya banyak para buruh tetap bekerja seperti biasanya tanpa dibekali perlengkapan kesehatan. Terutama buruh angkutan (red : supir) banyak dijumpai di jalan mereka dengan santainya mengemudi tanpa menggunakan masker ataupun perlengkapan kesehatan yang lain. Di jalan raya potensi resiko tertular suatu wabah besar persentasenya, karena banyak lalu-lalang pengemudi kendaraan disitu yang kita sendiri tidak tahu apakah para pengemudi tersebut steril atau terjangkit virus.

Para pimpinan ini juga seharusnya harus mengutamakan perihal kesehatan para pekerja mereka. Seperti mengedukasi mereka tentang virus ini, membekali bawahannya dengan perlengkapan kesehatan dsb.

Dibutuhkan akan kesadaran semua orang mengenai wabah ini. Pentingnya literasi dan mau mendengarkan himbauan pemerintah merupakan faktor penting guna menciptakan kondisi yang stabil. Tidak ada yang bisa disalahkan atas penyebaran virus ini namun yang harus disadari oleh semua orang yaitu pencegahan untuk diri sendiri sangat penting. Banyak-banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervitamin seperti jahe, temulawak, susu dan lain-lain, banyak minum air putih, tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan mendesak dan istirahat yang cukup merupakan langkah awal untuk menghindari virus pandemi ini.

 

Muhamad Riza

Ikuti tulisan menarik Muhamad Riza lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler