x

Iklan

Alin FM

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2020

Jumat, 3 April 2020 06:17 WIB

Perempuan dalam Bius Liberalisme


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perempuan dalam Bius Liberalisme
Oleh
Alin FM
Praktisi multimedia dan penulis

Potret buram mendominasi perempuan hari ini. Bius liberalisme sudah merasuk ke tubuh perempuan. Kerapuhan iman dan kepribadian terlihat jelas dari gaya hidup yang jauh dari tuntunan agama. Liberalisme telah menghantam perempuan, hanyut terlalu jauh.

Lihat bagaimana perempuan saat ini telah meninggalkan Rasulullah Saw. sebagai idola. Berpaling kepada para artis Barat, Korea, Jepang dan artis-artis dalam negeri yang tak kalah merusak jiwa dan pemikiran perempuan. Hidupnya habis di gemerlap dunia hiburan, film, komik, game dan kesenangan-kesenangan lain. Hedonisme menancap kuat dalam sanubari perempuan. Orientasi hidup mereka bukan lagi Ridha Allah SWT dan surga-Nya melainkan keputusan materi semata..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Maka tak pelak, perempuan ini jauh sekali dari penguasaan tsaqâfah Islam. Jangankan menguasai bahasa Arab, membaca al-Quran saja banyak yang belum lancar. Dengan mengandalkan pendidikan di sekolah yang hanya memberikan porsi bagi pendidikan agama Islam dua jam perminggu, jadilah perempuan gamang dalam beragama.

Fungsi perempuan yang terkoyak

Dalam sebuah keluarga, kehidupan manusia bermula. Di sinilah ia mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama. Di sini ia mendapatkan penanaman akidah sejak dini, pembiasaan pelaksanaan hukum Islam, keteladanan dan penguasaan ilmu dasar. Gurunya adalah orangtua. Karena ayah terbebani kewajiban untuk mencari nafkah, maka tugas ini lebih banyak jatuh di tangan perempuan.

Rasulullah saw telah menggambarkan pentingnya fungsi perempuan dalam banyak hadist.

وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Seorang perempuan adalah pemelihara di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya (HR al-Bukhari).

Sayangnya, saat ini fungsi perempuan sebagai pendidik anak telah bergeser. Para ibu disibukkan dengan upaya mencari nafkah. Sebagian karena dorongan kebutuhan ekonomi. Sebagian lagi termakan propaganda kesetaraan gender dan aktualisasi diri.

Akibatnya, pendidikan anak dalam keluarga tidak berjalan sempurna. Orangtua mencukupkan pendidikan agama anak hanya dari sekolah yang jauh dari memadai. Tidak heran bila kemudian kerusakan anak justru berlangsung di keluarga. Penanaman nilai-nilai liberalisme berbasis sekularisme lebih banyak berlangsung dari media televisi dan internet di rumah. Merokok, narkoba dan seks bebas, sebagian besar ternyata juga dilakukan di rumah. Nauzubillah!

Fungsi perempuan yang tidak berjalan juga terjadi pada kalangan perempuan tidak bekerja. Hal ini karena tidak adanya gambaran perempuan tentang fungsi ibu yang mereka sandang. Mereka menikah dan punya anak seolah sebagai tahapan kehidupan yang mesti mereka jalani seperti air mengalir. Tidak ada target dalam mendidik anak. Tidak pula merasa kelak akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Tragisnya, kita dapat menemui perempuan yang justru menjerumuskan anaknya dalam kerusakan. Perempuan yang mengajak anaknya untuk menonton sinetron, infotainment, tayangan mistik dan sebagainya. Perempuan yang menuruti semua keinginan anak, tidak memberikan batasan benar-salah, baik-buruk, halal-haram dan abai terhadap agama dan akhlak anak.

Masih banyak di antara kita, para perempuan, yang gamang dengan persoalan mendidik anak. Kita menginginkan anak menjadi pemimpin shalih, tetapi tidak sungguh-sungguh meraih keinginan tersebut, atau tidak tahu harus berbuat apa dalam mewujudkannya. Kita tidak menyusun target-target yang jelas dan terukur. Kita tidak merumuskan langkah-langkah yang jelas. Kita tidak mengevaluasi perkembangan kemampuan anak dalam berpikir, berakidah, tsaqâfah dan sebagainya.

Kita tidak melibatkan mereka dalam, bahkan tidak mengentalkan ruh perjuangan dalam jiwa mereka. Kita membiarkan anak apa adanya. Tumbuh dalam pengaruh budaya liberalisme-sekuler yang membuat jiwa mereka lemah, terjangkiti oleh penyakit wahn ( cinta dunia dan takut mati).

Dalam kondisi seperti saat ini, kita, para perempuan, selayaknya menoleh kembali sejarah para perempuan hebat pada masa kegemilangan Islam. Meneladani keimanan mereka dan mengambil semangat perjuangan Islam mereka. Mengikuti jejak langkah mereka dalam mencetak generasi emas, khayru ummah ukhrijat linnâs, umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia.

Saatnya kita merenung. Mencoba untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri agar sanggup menjadi perempuan muslimah ideal. Ibu tangguh yang melahirkan anak-anak yang tangguh dan cemerlang. Aamiin

Sadar dari biusan liberalisme yang merusak perempuan dan keluarga nya. Kembali pada dekapan Islam. Dekat dengan Allah dan dekat dengan surga.

Ikuti tulisan menarik Alin FM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu