x

Pesawat Boeing 747-8 Freighter melakukan uji terbang pertamanya di Everett, Washington (9/2). Pesawat yang dapat membawa 400 sampai 500 penumpang ini merupakan saingan pesawat Airbus A380. AP/Ted S. Warren

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 6 April 2020 11:30 WIB

Boeing 747 "Jumbo Jet", Pelopor Transportasi Udara Massal, Oleh: Eduard Lukman  

Cepatnya mobilitas manusia dan barang ke seluruh penjuru dunia dimungkinkan oleh moda transportasi udara. Sejarah transportasi massal via duara tak akan pernah melupakan peran Boeing 747, si jumbo jet.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Oleh: Eduard Lukman (Editor Majalah Kedirgantaraan ANGKASA (1989-2003)

 

*Pengajar kuliah Komunikasi Antar-budaya pada Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (1990-2018)

 Menyebar dan meluasnya wabah Covid-19  ke berbagai pelosok dunia, dengan cepat, dipengaruhi oleh besar dan derasnya mobilitas  manusia di muka bumi ini.

Cepatnya mobilitas manusia dan barang ke seluruh penjuru dunia ini, dimungkinkan oleh moda transportasi udara. Penggunaan pesawat terbang pengangkut komersial bermesin jet di awal dan pertengahan 1950an, semakin mempersingkat lama perjalanan.  Dibanding pesawat penumpang  menggunakan baling-baling, pesawat jet komersial masa itu umumnya sudah mampu terbang 800 hingga 900km per jam, artinya satu setengah kali lebih cepat, bahkan ada yang lebih.

Kendati demikian, di era itu kapasitas pesawat jet komersial yang masih relatif terbatas, belumlah memungkinkan angkutan udara menjadi massal.  Sebagai ilustrasi, pesawat jet komersial Inggris pertama yang operasional di awal 1950an, de Havilland Comet, daya angkutnya cuma sekitar 100 penumpang, sementara pesawat jet komersial produk Uni Soviet Tupolev Tu-104 maksimum juga hanya memuat 100 orang.  Boeing 707, yang ukurannya lebih besar, kapasitas penuhnya berkisar 200 orang.

Mengingat biayanya yang tidak murah, melakukan  perjalanan jauh dengan cepat menggunakan pesawat jet masih merupakan kemewahan bagi banyak orang.

Pesawat Gajah

Peluang  menjadikan pesawat udara sebagai alat transportasi yang mulai relatif terjangkau banyak kalangan, sehingga menjadi alat  angkutan  massal, barulah dimungkinkan dengan kehadiran sebuah pesawat jet komersial  bertubuh luar biasa besar di banding pesawat-pesawat kontemporer saat itu. Itulah 747 buatan firma tersohor Amerika Serikat, Boeing.

Dimensi pesawat itu memang luar biasa untuk ukuran waktu itu. Boeing 747 varian awal memiliki rentang sayap sekitar 60 meter, dengan panjang kurang lebih 70 meter, bobot maksimalnya bisa mencapai lebih dari 350 ton. Diperlukan empat mesin jet turbofan bertenaga sangat kuat untuk menerbangkan benda seberat itu dengan kecepatan jelajah sekitar 900km per jam sejauh 10.000 kilometer tanpa henti.

Bandingkan dengan "kakak" nya yang saat itu sudah tergolong besar, Boeing 707, yang rentang sayapnya kurang lebih 44 meter, panjang 46 meter, dengan berat maksimum 150 ton (lihat misalnya, Jim Winchester, The Encyclopedia of Modern Aircraft, 2006).

Varian awal 747 sebetulnya dirancang untuk bisa memuat kurang lebih 500 penumpang. Namun kebanyakan maskapai penerbangan memakai konfigurasi untuk 350 hingga sekitar 400 orang.    

Selanjutnya: Revolusi penerbangan komersial

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler