x

Sekelompok warga melintasi Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, memakai masker antisipasi wabah virus corona. Tempo/Hilman Fathurrahman W

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 8 April 2020 12:51 WIB

Sejumlah Alasan Tak Perlu Panik Menghadapi Wabah Covid-19

Michael Levitt, ahli biofisika internasional dan pemenang Nobel 2013 memprediksi akan ada peredaan wabah corona dalam waktu tak terlalu lama. Levitt memiliki akurasi tinggi ketika memprediksi kasus covid yang terjadi di Wuhan, China. Wabah ini tidak mungkin akan terjadi berbulan-bulan, terlebih sampai memakan jutaan korban. "Jangan panik, kita akan baik-baik saja,” kata dia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

oleh: Abdurachman
Guru besar FK Unair
Dewan Pakar IDI Jatim
President Asia Pacific International Congress of Anatomist-6
 
Presiden Joko Widodo menetapkan status Darurat Kesehatan Masyarakat (DKM) terkait wabah Covid-19 di Indonesia. Informasi disampaikan Presiden melalui konferensi pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/3/2020). 
 
Jangan Panik! Michael Levitt, ahli biofisika internasional asal Stanford Amerika Serikat, dan pemenang Nobel pada tahun 2013 ini, memprediksi akan ada peredaan wabah Corona dalam waktu tak terlalu lama (Los Angeles Times, 23 Maret 2020). Levitt memiliki akurasi tinggi ketika memprediksi kasus covid yang terjadi di Wuhan, China. Menurutnya,“Tidak mungkin pandemi akan terjadi berbulan-bulan, terlebih sampai memakan jutaan korban. Jangan panik, kita akan baik-baik saja.”
 
Levitt pasti tidak sekedar berspekulasi. Dia memberikan informasi sesuai dengan analisis yang dimilikinya. Betapa pun kasus Covid sedang kita hadapi. Prediksi Levitt bisa menjadi motivasi tinggi agar kita bisa segera mengatasinya. 
 
Tengok saja Jepang. Tidak ditemukan headline berita dari negeri Matahari Terbit ini yang mengorbit tentang Covid. Hanya berita dominan adanya penundaan Olimpiade Tokyo 2020. 
 
Bahkan media-media utama dunia menyajikan pemberitaan situasi Jepang relatif teduh dibandingkan dengan negara lain. Jalanan kota Tokyo tetap ramai (27/3). Tampak kelompok remaja makan makanan sambil berjalan, sebagian berdiri santai dan ada beberapa gambaran yang lain yang mengindikasikan mereka tenang. Tergambar suasana yang menunjukkan bahwa tidak ada yang perlu dikuatirkan. 
 
Jepang mengambil kebijakan yang tegas dan jelas. Fokus pada penentuan kluster wilayah penanganan infeksi diikuti penyiapan infrastruktur kesehatan agar mampu merawat penderita secara efektif. Langkah yang dimulai sejak 20 Maret 2020. 
 
Jepang memiliki sistem pemeliharaan kesehatan yang sangat kuat. Jumlah tempat tidur pasien  perseribu penduduk empat kali lebih banyak dibanding Amerika Serikat. Walau terkait Covid ini, mereka tetap menghadapi kecenderungan adanya kelangkaan masker dan disinfektan. Mereka bisa mencukupinya dengan mudah. 
 
Kemudian ada negara Eropa yang tidak menyuarakan gegap gempitanya Covid, Swedia. Jika dibandingkan dengan negara rumpun Skandinavia yang lain, Denmark, Norwegia, dan Finlandia, Swedia bisa dibilang aman-aman saja.  
 
Selanjutnya: Modal utama negara-negara yang sukses atasi wabah

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler