x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 12 April 2020 06:06 WIB

Covid-19, Musuh yang Layak Ditakuti. Tetapi Selalu Ada Jalan Keluar

Dalam tempo sekitar seratus hari (31 Desember 2019 sampai 10 April 2020), ia telah membunuh lebih dari 100.000 (seratus ribu) orang di seluruh dunia. Artinya, rata-rata lebih dari seribu mayat per hari. Ada 10 situasi yang membuat virus ini terbukti sangat mengancam. Tetapi selalu ada jalan keluar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pertama, ia disebut the invisible enemy (musuh tak kasat mata), yang akibatnya sungguh nyata: ribuan peti mayat atau kantong jenazah. Dalam tempo sekitar seratus hari (31 Desember 2019 sampai 10 April 2020), ia telah membunuh lebih dari 100.000 (seratus ribu) orang di seluruh dunia. Artinya, rata-rata lebih dari seribu mayat per hari.

Kedua, dalam catatan sejarah penyakit menular, belum pernah ada wabah seperti Covid-19 yang menyebar secara global dengan cara yang begitu dahsyat. Kemajuan teknologi transportasi ikut mempercepat penyebarannya, dibanding misalnya ketika muncul wabah pandemik “Flu Spanyol” di tahun 1918-1920.

Covid-19 berawal dari binatang ke manusia, lalu antar orang (human-to-human), kemudian lintas kota dalam satu negara, selanjutnya antar negara, dan kini lintas benua. Dari Asia ke Eropa dan Australia, terus ke Amerika dan Afrika. Dan itu terjadi dalam rentang waktu relatif singkat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, Covid-19 hanya mungkin dijinakkan dengan vaksin. Semua tindakan lain untuk memutus rantai penyebarannya hanya bersifat second layer (lapis kedua). Dan sampai saat ini belum ada vaksin untuk corona. Di sisi lain, obat yang dianggap mampu menyembuhkan juga masih dalam tahap coba-coba. Itupun belum diputuskan, jenis mana yang paling efektif. Karena obat itu hanya mengacu pada pengalaman sebelumnya seperti obat malaria dan bahkan obat aids.

Mengacu pada pengalaman penemuan vaksin untuk wabah-wabah virus sebelumnya, time frame (rentang waktu) perkiraan penemuan vaksin Covid-19 paling cepat 18 bulan, dan itu berarti bisa sampai pertengahan tahun 2021. Saat ini, para pakar virus dan wabah berlomba dengan waktu. Perkiraan paling optimis, vaksin potensial baru akan diuji-cobakan kepada manusia pada sekitar September 2020.

Keempat, covid-19 menggugurkan hampir semua sistem dan teori, satu demi satu. Dihadang dengan teori-X, ia merajalela dengan pola-Y. Saat coba ditahan dengan pola-Y, ia menyerbu dengan cara-X. Ia merajala dengan pola yang terkesan ingin me-reset semua lini kehidupan umat manusia.

Kelima, ia tak pilih kasih soal usia korbannya. Sebagian besar korban memang orang lanjut usia (Lansia). Tapi itu bukan semata karena faktor Lansia-nya, tapi karena imun tubuh para Lansia yang mungkin lebih rapuh. Artinya, yang muda dan rapuh imun tubuhnya pun banyak yang ikut rontok berguguran.

Keenam, himbauan oleh sejumlah tokoh agar tidak perlu takut berlebihan pada ancaman Covid-19, jika tidak disampaikan secara bijak, justru bisa semakin menabalkan ketakutan. Sebab memang sulit membuat imbauan efektif agar tidak takut terkait dengan ancaman yang begitu nyata.

Ketujuh, Covid-19 bisa menyelusup dan merayap di celah-celah karpet mewah, ruangan dan lantai mengkilap yang bersih di gedung-rumah-istana yang mewah; dan pada saat yang sama menyerbu di lingkungan miskin yang berlantai tanah dan jorok.

Kedelapan, seperti halnya semua bencana, Covid-19 tak membedakan paham dan aqidah keagamaan korbannya. Sinagoge, masjid, gereja, kuil, pagoda, semuanya terpaksa dan dipaksa tunduk-patuh pada hukum sebab-akibat. Jika tidak, orang beriman yang doanya paling khusyuk pun bisa menjadi korban.

Kesembilan, negara-negara maju yang mampu dengan biaya tinggi memproduksi senjata-senjata canggih dengan tingkat akurasi mendekati sempurna, akhirnya secara ironis berebutan dan saling jegal-sikut untuk mendapatkan masker yang harga satuannya hanya beberapa perak.

Kesepuluh, ketika muncul berita bahwa lebih dari seratus dokter di Italia, dan puluhan lainnya di negara lain, ikut tewas akibat terjangkit Covid-19, semua orang merespon was-was. Dan perasaan was-was itu diringkas oleh Ketua WHO (Tedros Adhanom Ghebreyesus) pada 10 April 2020, dengan kalimat yang lugas: “Jika dokter terancam, berarti kita semua dalam posisi terancam”.

Tapi selalu ada jalan keluar, meski belum jelas betul bagaimana caranya. Dan sejauh ini, setidaknya ada dua faktor yang bisa dijadikan harapan optimis untuk mengurangi ketakutan dan kepanikan: (a) ternyata banyak pasien positif Covid-19 yang akhirnya pulih normal; dan (b) bahwa lebih banyak orang yang tidak tertular dibanding yang tertular.

Syarifuddin Abdullah | Amsterdam, 11 April 2020/ 18 Sya’ban 1441H

Sumber foto: en.tempo.co

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB