x

wuhan

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 20 April 2020 07:27 WIB

China Sudah Koreksi Data Korban Pandemi Corona, Bagaimana Indonesia?

Keterbukaan data korban corona dapat mendorong pihak-pihak lain untuk ikut berkontribusi dalam menganalisis data dan memberi masukan untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat. Mengapa? Tak lain karena data objektif merupakan dasar dan alasan untuk mengambil keputusan maupun tindakan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berapakah jumlah warga yang positif terinfeksi virus corona? Berapa yang meninggal dengan ataupun tanpa penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya? Berapakah yang sembuh? Beragam pertanyaan itu wajar muncul mengingat kecepatan pandemi ini dalam merambah hampir seluruh wilayah dunia yang dihuni manusia. Pertanyaan itu belum juga terhapus dari daftar perdebatan, apa lagi setelah Cina mengungapkan koreksi datanya.

Setelah menghadapi berbagai tudingan sebagai wujud ketidakpercayaan, akhirnya pemerintah Cina mengoreksi angka kematian akibat Convid-19 di Wuhan sehingga bertambah 50% atau setara dengan 1.290 korban (lihat https://dunia.tempo.co/read/1332905/cina-naikkan-angka-korban-virus-corona-di-wuhan-50-persen/full&view=ok). Dengan demikian, angka kematian di Wuhan menjadi 3.869.

Kenaikan prosentase hingga 50% bukanlah main-main. Pemerintah Cina mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud menutupi angka korban, namun penambahan angka ini merupakan perbaikan data. Banyak pemerintahan yang meragukan angka-angka yang diajukan Cina, dan AS tergolong yang paling keras bersikap. Bahkan koreksi data ini pun tidak banyak mengubah keraguan berbagai pihak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Data jumlah warga yang terinfeksi, meninggal, dan sembuh (termasuk orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan) merupakan data vital untuk pengambilan keputusan, baik oleh pemerintah maupun otoritas lain serta kalangan medis maupun pakar lain. Prediksi melalui pemodelan matematis juga bertumpu pada data yang tersedia sebagai rujukan, bukan data yang mengawang-awang di benak sendiri. Apabila data ini tidak akurat, oleh karena satu dan lain alasan, maka pengambilan keputusan maupun prediksi lewat pemodelan berpotensi untuk keliru.

Mengapa banyak pemerintahan dianggap tidak mengungkap data yang sebenarnya dan cenderung mempublikasikan data yang diduga lebih rendah? Pemerintah mungkin punya alasan tersendiri untuk melakukan hal itu. Setidaknya, alasan itu di antaranya, karena pemerintah tidak ingin membuat masyarakat panik karena angka yang tumbuh cepat cenderung menimbulkan kecemasan. Alasan lain yang mungkin, peningkatan jumlah infeksi berpotensi menimbulkan kesan bahwa pemerintah tidak cukup mampu mengendalikan keadaan.

Pertumbuhan cepat jumlah ODP maupun PDP sesungguhnya tidak akan menimbulkan kepanikan di masyarakat apabila tersedia penjelasan yang memadai tentang bagaimana wabah itu berpola. Ada penyebaran awal, naik ke lereng, hingga mencapai puncak, untuk kemudian menurun--landai tidaknya lereng pendakian bervariasi, tergantung pada bagaimana otoritas menangani dan sikap serta perilaku masyarakat sendiri. Jika data sesungguhnya yang lebih besar disimpan untuk kalangan terbatas, ini dapat membuat masyarakat kurang waspada terhadap ancaman virus.

Pemerintah juga tidak perlu khawatir persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah akan menurun. Hal ini tidak akan terjadi apabila pemerintah telah berikhtiar secara sistematis, cergas, waspada sejak dini, partisipatif, serta transparan. Apabila pemerintah telah berikhtiar sungguh-sungguh tanpa sikap meremehkan, masyarakat akan memaklumi jika situasinya berkembang ke arah yang tidak mudah mengingat luasnya wilayah dan jumlah penduduk yang sangat besar.

Keterbukaan data dapat mendorong pihak-pihak lain untuk ikut berkontribusi dalam menganalisis data dan memberi masukan untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat. Mengapa? Tak lain karena data objektif merupakan dasar dan alasan untuk mengambil keputusan maupun tindakan. Tidak sinkronnya langkah-langkah berbagai pihak mungkin saja terjadi karena ketidaksesuaian data satu sama lain. Pengungkapan data yang benar justru akan memperkuat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, bukan sebaliknya. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB