Setelah agak besar, aku bermain sepeda. Dari lepas tangan sampai bonceng empat. Bukti sejarahnya masih ada di lututku sampai sekarang. Pohon jambu di depan dan samping rumah kami juga pernah kujelajahi semua.
Terkesan tomboi, tapi menurut psikolog, itu sebenarnya adalah kebutuhan semua anak-anak. Beruntungnya kebutuhanku telah terpenuhi di masa kecil itu.
Ternyata, pengalaman di masa kecil akan nampak setelah dewasa. Tidak semua orang menyadarinya, bahkan sebagian menganggap tak masuk akal.
Misalnya ketika aku ditinggal lama oleh suami, dan ini sering terjadi. Satu sampai enam bulan suami harus keluar kota untuk urusan pekerjaan, aku masih bisa angkat galon sendiri. Urus rumah dan anak sendiri. Insyaallah tidak menyusahkan orang lain.
Jika tak benar-benar terpaksa, sungkan rasanya untuk meminta tolong orang lain. Khawatirkan merepotkan.
Tapi tidak demikian dengan salah seorang temanku yang secara usia lebih senior. Menurutnya, jika kita sungkan meminta tolong, artinya kita pun tak suka menolong orang lain.
Karena dia bukan orang bijak, quote-nya kuingat tapi tak ingin kupraktikkan. Tetap masuk dalam benakku, apa iya aku tak suka menolong orang lain? Mungkin ada benarnya. Tapi jika karena suka menolong orang lalu tak sungkan meminta tolong. Ah, berat.
Temanku ini memang punya teman lebih banyak dariku. Banyak faktor, salah satunya karena kedudukan. Dan usia juga tentunya. Aku belum lahir dia sudah punya teman. Dalam lima tahun jarak usia kami, sudah punya berapa dia.
Selanjutnya: Dampak anak yang selalu dilayani
Ikuti tulisan menarik syarifah lestari lainnya di sini.