x

Supartono JW

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 21 April 2020 16:18 WIB

Drs. Supartono, M.Pd: Ini Dia Kandidat Sekjen dan Deputi PSSI Baru

Empat kandidat calon Sekjen, Deputi, dan Direktur Keuangan PSSI yang baru sudah mengerucut dalam penilaian PSSI

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berdasarkan informasi yang saya terima dari "ruang dalam" PSSI, pagi ini, Selasa (21/4/2020), semakin mengerucut nama-nama sebagai calon kuat untuk menduduki posisi Sekjen, Deputi, dan Direktur Keuangan. Bahkan dari "ruang dalam" PSSI pun saya dibolehkan menyebut siapa saja nama-nama yang sudah masuk radar incaran dan mengerucut itu.

Ternyata, yang mengerucut ada empat nama tokoh muda Indonesia, yang secara penilaian dari berbagai "sudut" masuk kategori yang dibutuhkan PSSI. Mereka adalah: Ahmad Syauqi Soeratno (Syauqi/ASS), Rezza Mahaputra Lubis (Rezza/RML), Aldi Karmawan (Aldi/AL), dan Budi Setiawan (Budi/BS).

Sebenarnya siapa itu Syauqi, Rezza, Aldi, dan Budi? Publik sepak bola nasional yang belum tahu dan belum mengenal mereka, apa sepak terjangnya, sangat mudah untuk dapat mengetahuinya dengan hanya membuka jejak digital mereka. Namun, sebagai gambaran, mengapa sementara kini mereka menjadi sosok yang mendapat penilaian tertinggi di banding kandidiat lain, ternyata bila didekatkan dengan beban yang akan diembannya, ternyata sangat lekat dan dekat dengan pekerjaan, pengalaman, dan profesionalitas mereka selama ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Refleksi-evaluasi-berbenah, bukan "settingan", banyak pelamar

Kekosongan kursi Sekjen PSSI yang kembali terjadi, persis di saat hadir wabah virus corona (Covid 19) yang mengharuskan hampir seluruh negara dan masyarakatnya di seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah di rumah, dan senantiasa menjaga jarak demi mencegah, mengantisipasi, dan penanganan Covid 19, menjadikan momentum baik bagi organisasi sepak bola nasional, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), yang kini telah berusia 90 tahun untuk merefleksi, mengevaluasi, dan berbenah diri demi memenuhi harapan pemerintah dan publik sepak bola nasional, untuk menggapai prestasi.

Satu di antara pembenahan itu adalah di sektor ujung tombak organisasi, yaitu area kesekjenan. Bahwa, publik mengetahui Ratu Tisha yang tadinya menjabat Sekjen PSSI dari era Ketua Umum Edy Rahmayadi, ternyata banyak menjalankan tugas yang sejatinya bukan menjadi wewenangnya, maka mundurnya Tisha menjadi hal yang biasa, karena roda organisasi di bawah kepemimpinan baru, Iriawan tentu harus lebih solid. Satu visi-misi, yaitu menjalankan roda organisasi PSSI demi meraih prestasi untuk bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok, apalagi golongan.

Karenanya, meski Yunus Nusi (YN) telah ditetapkan sebagai pelaksana tugas (Plt) Sekjen PSSI, pada Senin (20/4/2020) masih ada pihak yang menyayangkan atau setengah hati dengan posisi itu diemban oleh YN, secara delik organisasi keputusan Iriawan sudah tepat dan bijak. Sebab, kursi Sekjen tetap harus ada nakodanya, untuk sementara waktu.

Jujur sepeninggal Ratu Tisha, harus diakui bahwa PSSI di bawah kepemimpinan Iriawan semakin nampak kinerjanya bahwa PSSI harus berprestasi untuk bangsa dan negara. Bukan untuk pretasi ketua, wakil, sekjen, deputi, Exco dan lainnya, atau juga untuk partai-partai politik dan para cukong yang numpang andil menaiki gerbong PSSI sebagai kendaraan politik.

Bila saat lowongnya jabatan Sekjen di kepemimpan Edy dipakai cara membuat lowongan terbuka untuk merekrut calon Sekjen dan ujungnya publik juga kecewa karena hal itu diketahui sebagai intrik dan taktik semata, di bawah kepemimpinan Iriawan, dijamin terpilihnya Sekjen dan Deputi Sekjen baru, benar-benar atas dasar profesionalisme dan kebutuhan, tanpa embel-embel kolusi dan nepotisme alias tak ada settingan.

Kendati dipastikan PSSI tidak membuka lowongan pendaftaran calon Sekjen baru PSSI, siapa menyangka, ternyata antusias masyarakat yang mencoba peruntungan untuk duduk di kursi Sekjen baru benar-benar di luar ekspetasi, terutama bagi PSSI sediri. Sebab, cara memilih Sekjen baru sekarang benar-benar dengan program "penunjukkan" dan bukan lamaran hingga settingan.

Bahkan melalui "ruang dalam" PSSI, saya sudah menerima salinan 11 calon Sekjen yang dihubungi oleh PSSI. Namun, di luar calon tersebut, ternyata hingga Senin, (20/4/2020) sudah masuk 46 berkas calon pelamar Sekjen baru dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dari berkas yang ada, 46 pelamar ini, juga terdiri dari berbagai profesi dan bidang keahlian.

Setelah diverifikasi dan diidentifikasi, ternyata 46 calon pelamar tersebut belum ada yang masuk kriteria sesuai 11 calon pilihan yang ditunjuk oleh PSSI. Dari 11 calon yang ditunjuk, kini tersisa empat nama, yaitu: Syauqi, Rezza, Aldi, dan Budi.

Kelayakan empat calon

Empat nama yang kini sangat digadang-gadang mau duduk di kursi Sekjen dan Deputi, ternyata minatnya tidak seantusias 46 calon pelamar lain. Ada yang masih ragu menerima tawaran PSSI karena memahami selama ini di dalam tubuh PSSI selalu terjadi intrik dan politik. Ada yang masih berpikir konsentrasi saja pada pekerjaannya sekarang, dan juga masih prioritas pada bidang organisasi/politiknya yang sedang diemban. Padahal, sesuai penilaian PSSI, mereka adalah calon terkuat.

Saya sendiri memahami sepak terjang keempatnya selama ini, memang dapat diandalkan bila mereka didukukkan di posisi yang diharapkan PSSI. Sebab yang berkepentingan dalam hal ini PSSI, maka memang keputusannya adalah PSSI sendiri yang wajib bijak menentukan dan tidak salah pilih.

Dari keempatnya telah diidentifikasi bahwa di antara mereka benar-benar memiliki pengalaman untuk didukukkan sebagai Sekjen dan Deputi, karena apa? Semisal berani menyebut dan membenarkan bahwa Syauqi akan mampu mengurusi hal hal administratif, penataan liga Indonesia, klub klub, status transfer di liga amatir dan liga 1, serta dapat  menanta infrastruktur di klub dan syarat dan regulasi FIFA, terutama karean pengalaman pada saat mengelola Badan liga amatir sangat bagus, bila duduk sebagai Sekjen.

Kemudian, untuk Deputi Sekjen 1, yang nantinya akan mengurusi timmas berbagai kelompok usia, pembinaan usia dini, termasuk hak siar broadcasting, web, dan pengembangan inovasi sepakbola, ini layak diemban oleh Rezza, sesuai dengan sepak terjangnya selama ini.

Untuk Deputi sekjen 2, nampaknya cocok untuk posisi Budi, yang sudah ada jam terbang menjadi Deputi Sekjen sebelumnya, pun pengalaman lain di luar PSSI yang selama ini sangat mendukung profesionalisme tugas-tugas Deputi 2.

Sementara Direktur Keuangan dan Bisnis nantinya akan mengurusi alur keuangan PSSI  yang tugasnya akan terkonsentrasi menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Bisnis PSSI, mengurusi alur keuangan PSSI yang saat ini masih belum benar,  mampu membawa iklim investasi yang bagus untuk PSSI ke depan dan dekat dengan para pengusaha, maka kursi ini cocok untuk Aldi sesuai pengalaman dan pekerjaannya selama ini. Selebihnya, publik sepak bola nasional nantinya juga akan dapat turut menilai dan memberi masukan, apakah memang empat calon ini benar-benar cocok? Sebab, jejak digital mereka juga sangat mudah dilacak.

Masukan publik, politis, dan wibawa Ketum

Meski kini, PSSI telah memiliki empat kandidat yang sementara memiliki nilai tertinggi tersebut, PSSI juga masih ingin memastikan bahwa mereka memilih kandidat sesuai profesionalisme dan kebutuhan secara tepat. Tidak salah pilih. Karenanya, meski pemilihan calon ini menjadi wewenang Ketum PSSI dan jajarannya, Ketum tidak main-main memilih calon. Sepertinya, cara pemilihan ini mengingatkan pada pola pemilihan menteri dan jajarannya dalam Kabinet Presiden Jokowi.

Bila empat calon kandidat tersebut pada akhirnya ada yang tetap tidak bersedia bergabung dengan PSSI, atau sebaliknya malah kalah nilai dengan kandidat lain, maka kandidat terbaiklah yang akan tetap dipilih. Meski kini nilai tertinggi dipegang oleh empat kandidat tersebut, PSSI juga memiliki calon kandidat lain, meski tetap berharap empat sosok muda ini yang bergabung.

Memang ada harapan publik bahwa PSSI yang selama ini menjadi "sarang" individu/kelompok menjadi sekadar kendaraan untuk tujuan politiknya, tidak lagi dihuni oleh pengurus/pejabat yang memiliki latar belakang partai politik. Tanpa ada bicara partai politik saja, selama ini PSSI sudah identik penuh dengan intrik dan politik, pengurus selalu berbenturan, hingga nir prestasi.

Namun, seandaianya Ketum PSSI memiliki kapasitas yang memadai sebagi Ketum, berwibawa, dan berkharisma, maka tentu akan mudah mengendalikan biduk organisasi PSSI hanya satu arah visi-misi dan tujuan. Siapa saja yang tidak satu visi-misi dan tujuan, jangan dibiarkan lama duduk di dalam, segera setop atau berhentikan.

Saya melihat, karakter Ketum PSSI yang diharapkan ini, ada dalam sosok Mochamad Iriawan. Jadi, bila kini Pengurus dan Exco PSSI sudah ada yang berlatar belakang dari partai politik, maka Iriawan juga wajib tegas memberhentikan pengurus/Exco yang mencoba-coba ke luar dari jalur visi-misi dan tujuan PSSI.

Termasuk pada sosok empat calon kandidat Sekjen, Deputi 1, Deputi 2, dan Dirketur Keuangan tersebut. Meski sudah terbukti dari empat sosok ini sekarang ada yang sedang terlibat dengan organisasi keagamaan dan partai politik, tetap yang menjadi acuan adalah kemampuan profesional dan kebutuhan PSSI. Lalu, memastikan bahwa PSSI butuh tenaga mereka berdasarkan visi-misi dan tujuan.

Mungkin perlu PSSI sadari, bahwa mundurnya Ratu Tisha, ternyata tidak terlalu menjadi kekecewaan publik, meski publik juga mengakui prestasi Tisha. Namun, berpatokan pada visi-misi, tujuan, dan tugas-tugas sesuai wewenangnya itulah, maka saat Tisha mundur atau bahkan diberhentikan, alasannya sangat dapat diterima.

Kini, sudah mengerucut empat sosok untuk empat kursi, semoga publik sepak bola nasional juga akan segera memiliki respon dan tanggapan menyoal layak tidaknya mereka. Namun, demikian keputusan memilih empat sosok yang menurut saya memang layak duduk di posnya tersebut adalah hak mutlak Ketum dan PSSI.

Semoga publik segera turut merespon, empat calon kandidat juga tidak ada lagi yang ragu bergabung menjadi pengurus PSSI, dan PSSI yakin dengan pilihan dan kandidatnya. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler