x

Sejumlah pekerja menyiapkan tas berisi bantuan sosial sembako di Food Station Cipinang, Jakarta, Kamis, 16 April 2020. Kementerian Sosial memberikan bantuan sosial sembako guna memenuhi kebutuhan pokok bagi keluarga Orang Dalam Pemantauan (OPD), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), pekerja sektor informal dan masyarakat rentan lainnya guna meningkatkan perlindungan masyrakat dari dampak ekonomi wabah COVID-19. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Iklan

ArbieNaefaelD

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 April 2020

Rabu, 22 April 2020 07:32 WIB

Corona, Karantina, dan Ekonomi Kita.

Menilik Sisi Sosial dan Ekonomi dari Sebuah pandemi Covid-19 pada Masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ditengah-tengah maraknya kasus pandemi Covid-19 yang sangat berpengaruh besar bagi segala aspek didalam masyarakat khususnya pada aspek ekonomi dan kesejahteraan sosial, ada segelintir tanya tentang penanganan, penanggulangan, serta kebijakan yang bedesir didalamnya. Ini bukan sekedar kejadian yang terkalkulasi pada 4000-an jumlah kasus saja. Tapi juga tentang inflasinya perekonomian rumah tangga Indonesia serta naiknya harga bahan pokok dimana-mana yang tidak melulu karena merebak dan membesarnya daerah persebaran Covid-19 saja namun juga tentang tidak seimbangnya kebijakan pembatasan, isolasi, hingga pelarangan aktivitas di luar rumah terhadap rakyatnya.

Sekarang jika kamu, mereka, dan siapapun itu bertanya, di manakah ketidakseimbangannya? Mari kita telaah bersama. Indonesia pada porosnya bukanlah negara yang maju dalam ekonomi maupun sektor lain bahkan juga bukan sebuah adidaya yang mampu mengubah keadaan sekejap mata. Mari berkaca pada Amerika Serikat saja yang notabene adalah salah satu bentuk dari “negara super power”.

Negara itu , dalam sebuah riset data mengungkapkan, bahwa pendapatan rumah tangganya mencapai angka tertinggi sebesar 31,454.000 USD pada 2018 dan rekor terendah sebesar 9,024.615 USD pada household income per capita. Tetapi mereka juga belum mampu mengatasi turunnya angka fluktuasi ekonomi yang sangat menghujam tajam ke indeks terbawah perekonomian dunia dikarenakan Covid-19 dan pelarangan aktivitas di luar rumah sehingga inflasi didalam rumah tangga masyarakat pun tidak dapat terhindarkan. Jadi karena itulah ketidakseimbangan terjadi antara ekonomi dan kebijakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika kita kembali fokus dan mengarah ke kasus yang terjadi di Indonesia yang pada hakikatnya sebagian besar  bahkan hampir menyeluruh masyarakatnya masih bergerak sebagai petani, nelayan, dan buruh rasanya data tersebut juga semakin memberi gambaran yang menguatkan bahwa memang terjadi ketidakseimbangan di dunia baik tentang penanganan maupun kebijakan sebuah negara khususnya di Indonesia.

Dari hal tersebutlah bisa kita analogikan bersama, jika mereka tak beraktivitas maka mereka tidak akan bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya dalam hal kebutuhan biologis saja yaitu makan. Ini bisa menjadi sebuah bumerang bagi pemerintah. Kenapa demikian? Mari kita bahas dari akar pemahaman Indonesia yang merumput hingga ke rakyatnya dalam konteks hierarkis kenegaraan.

Pancasila bercita cita demi rakyat atau tidak?. UUD 1945 mendefinisikan terciptanya kesejahteraan dan Perlindungan rakyat atau tidak? Demokrasi itu untuk rakyat atau tidak?. Aturan atau kebijakan dalam kacamata atau cita-cita hukum untuk melindungi atau menindas rakyat? Pemimpin dan pemerintahan itu bertujuan untuk melayani rakyat atau melayani pemerintah yang berkebutuhan?

Jika sudah terjawab secara rasional, harusnya rentetan kata “atau” dalam pertanyaan tadi kita ubah menjadi bukan. Maka itulah cita-cita bangsa dan negara Indonesia sebenarnya khususnya pada saat sekarang ini. Lalu kenapa pemerintah harus menunggu bahkan menahan bantuan kebutuhan pokok bagi masyarakatnya yang merupakan tuan-nya yang juga sekarang berada dalam kondisi terisolasi tanpa solusi? Di sini saja kita seharusnya dapat menilai ada kebutuhan yang dibubuhi demi kepentingan kalangan tertentu. Oleh Sebab itu, Covid-19 semakin menyebar dan rakyat pun akhirnya tepar.

Dalam maraknya kasus pandemi ini, harusnya pemerintah mengambil residu kebijakan strategis yang tidak memperpanjang bencana ini. Kita ambil contoh Vietnam. Negara ini mengisolasi seluruh warganya namun juga memberikan bantuan Kebutuhan yang berarti membuat kebijakan bukan sebatas aturan tapi juga mengalokasikan kesejahteraan agar rakyatnya juga tidak inflasi bahkan mati ekonominya di tengah terjadinya pandemi.

Maka untuk itu, pemerintah harusnya memberhentikan segala macam bentuk kebijakan serta kegiatan diluarpenanggulangann Covid-19  dan pengendalian ekonomi rakyat. Sudahlah dulu impor, tambang, teknologi, hingga perencanaan proyek ibu kota baru di Kalimantan. Ini merupakan peristiwa kemanusiaan yang mestinya kita fokus dulu pada penanggulangan Covid-19. Pendidikan dan ekonomi rakyat tanpa memandang kelas ekonomi serta sosial rakyatnya karena sekarang semua aspek juga terdampak dari Covid-19 ini.

Solusi yang tepat adalah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia tapi diiringi pemberian bantuan dan menggeloncorkan dana Pusat dan daerah terhadap tiga aspek besar, yaitu penanggulangan Covid-19, pendidikan, dan ekonomi. Barulah kita bisa dikatakan negara yang baik dan tanggap situasi darurat karena secara bersamaan ketiga aspek tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini, sehingga tidak perlu adanya kepanikan kebijakan dan kepanikan publik.

Dan juga rasanya pemerintah juga perlu untuk memberhentikan impor APD untuk tenaga kesehatan. Bangsa kita juga mampu membuat APD yang juga tidak kalah saing tentunya dengan produk luar negeri namun juga diiringi pemodalan yang cepat dan tepat dibantu pemerintah agar tidak terjadi penundaan atau pengurangan jumlah APD tersebut.

Dari hal ini juga, pandemi ini bukan hanya sebuah inflasi kesehatan dan perekonomian saja tapi juga langkah baru bagi Indonesia untuk memajukan industri sehingga kita bukan cuma terkena dampak negatif saja tapi kita juga dapat keuntungan dari hal tersebut. Maka terwujudlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas yang kini terngiang di benak kita bersama. Tapi jika tidak dilakukan, maka demokrasi bukanlah buah ideologi yang baik untuk usus pemerintahan Indonesia Mencernanya.

Kalau kita menyandingkan realita saat ini dengan solusi yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah rasanya terdapat suatu ketidaksinambungan dan ketidakssimbangan baik kebijakan maupun teknis bantuan. Berkaca dari Instruksi Presiden Republik Indonesia No 4 tahun 2020 tentang Refoccusing Kegiatan, Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 hanya sebatas angin penyejuk saja, bukan sebagai solusi tepat guna.

Dan hal ini semakin memperkuat opini bahwa pemerintah hanya memperkecil skala tudingan yang akan terima di tengah bencana Covid-19 ini, jika memang kebijakan ini sesuai dengan cita-cita yang diamanatkan hukum dalam sebuah kebijakan yaitu melindungi dan menjaga masyarakat, hendaknya ada implementasi yang lebih realistis berdampak pada masyarakat dan tercipta pemerataan penanganan di tengah masa karantina ataupun WFH (Work From Home) yang di instruksikan pemerintah. Jadi untuk sementara waktu ini pemerintah sudah dinilai gagal dalam penegakan dan penanggulangan kondisi kesehatan maupun ekonomi saat ini.

Jika kita terus menerus terpaku dalam kondisi kebijakan ini, maka masyarakat akan bergejolak dan sengsara baik dalam segi sosial maupun ekonomi  serta dengan adanya kegiatan impor terus menerus pada alat kesehatan guna perlindungan pada petugas medis dan pasien sedangkan pada hakikatnya negara kita juga dapat memproduksi itu di industri lokal yang hanya perlu tindakan dan perhatian pemerintah saja. Maka percayalah nasib kita akan berdampak sama seperti yang dialami Jepang setelah bencana tsunami menerpa Jepang tersebut. Karena ketidaksanggupan pemerintahnya membayarkan pinjaman berdampak pada sebagian industri-industri lokal mereka dikuasai oleh peminjam dana dengan realitanya negara tersebut adalah Tiongkok ataupun Bisa disebut China.

Pesan untuk pemerintahku, pahamilah keinginan dan kesejahteraan rakyatmu. Cintailah produk negeri ini dan bantulah produksinya. Bangunlah Indonesiaku, jangan hancurkan wahai pemerintahku.

Ikuti tulisan menarik ArbieNaefaelD lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu