x

cucu

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 23 April 2020 05:55 WIB

Akibat Blunder Cucu, Proses Pemilihan Sekjen Baru Jangan Blunder Lagi

Proses pemilihan Sekjen PSSI yang kini masih berlangsung jangan sampai blunder.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kini PSSI sedang disorot publik untuk masalah lowongnya Sekjen PSSI setelah ditinggal Ratu Tisha dan penunjukkan pelaksana tugas (Plt) Yunus Nusi pun tetap menuai pro kontra karena status Nusi yang sudah terbaca publik, kini Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Cucu Sumantri juga ikut meramaikan suasana. 

Berbeda dengan niat Ketum PSSI yang ingin mengembalikan fungsi, tugas, dan kedudukan pengurusnya sesuai job kembali ke rel sesuai visi-misi dan tujuan utama PSSI menelurkan prestasi, sang Waketum justru membuat blunder fatal. 

"Hari gini" masih main kolusi dan nepotisem. Posisi General Manager PT Liga Indonesia Baru (LIB) secara gratis justru diberikan kepada putra kandungnya, Pradana Aditya Wicaksana tanpa melalui mekanisme. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak pelak, media massa pun langsung menjadikan blunder Cucu Sumantri. Bahkan Direktur Bisnis PT LIB membocorkan hal tersebut kepada awak media. Rudy menyebut Aditya ditunjuk langsung oleh Cucu, yang juga menjabat sebagai wakil ketua umum PSSI. "Iya betul, yang bersangkutan (Aditya) ada di PT LIB. Dia dimasukkan oleh pak Cucu," ujar Rudy Kangdra. 

Padahal Aditya sendiri yang memiliki latar belakang pendidikan di Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, dengan jurusan psikologi, kemudian mengambil lagi kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di universitas yang sama dan Sekolah Tinggi Hukum Swadaya Medan, saat Pilkada Garut 2018 lalu, maju sebagai calon wakil bupati Garut, namun gagal dalam pencalonan karena tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan KPUD Garut. 

Apa yang dilakukan Cucu, tentu mengakibatkan publik juga mengungkit kembali blunder Ketum PSSI yang sebelumnya juga memasukkan keluarganya ke dalam PSSI yang memasukkan adik iparnya, Maaike Ira Puspita, sebagai wakil Sekjen PSSI. 

Proses pemilihan Sekjen jangan blunder 

Atas blunder Cucu ini, publik berharap, keputusan Cucu yang mengangkat anaknya menjabat di PT LIB yang tanpa melalui prosedur dan mekanisme,dsegera dianulir dan dibatalkan karena cacat, apalagi jabatannya langsung di posisi General Manajer, berbeda dengan Ira yang diangkat oleh Iriawan, hanya duduk sebagai wakil Sekjen. 

Mengingat kini, publik sangat menanti proses pergantian Sekjen PSSI yang digaransi tidak ada lagi settingan, maka peristiwa penunjukkan Sekjan wajib benar-benar melalui mekanisme dan prosedur yang benar. 

Harapan PSSI kepada Syauqi, Rezza, Aldi, dan Budi, empat sosok muda yang sementara kini masih menduduki nilai tertinggi dibandingkan calon yang dipilih lainnya, serta mengungguli 46 pelamar dari berbagai pelosok negeri ini, wajib terus dijaga. 

Sebab, empat sosok muda ini pun, bukan sosok yang aji mumpung. Meski telah mendapatkan nilai tertinggi. Sosok-sosok muda ini masih ragu bergabung menjadi bagian di PSSI karena melihat berbagai pertimbangan dan pengalaman sejarah. 

Untuk itu, karena empat sosok muda ini memang layak duduk sebagai Sekjen, Deputi Sekjen, dan Direktur Keuangan, maka PSSI wajib mampu merayu demi mereka bersedia bergabung dengan PSSI. 

Jangan pula, karena empat sosok muda ini masih berpikir dengan berbagai pertimbangan, malah dijadikan momentum oleh pihak di dalam PSSI untuk menggoyang dan mencoba memasukkan kandidat lain yang jauh panggang dari api. Pun sekadar main kolusi dan nepotism lagi. 

Semoga kasus Cucu segera dapat diselesaikan. Anulir keberadaan putranya di PT LIB. Bila jabatan General Manajer, posisinya di cari dengan membuka lowongan dan pelamar masuk, ternyata anak kandung Cucu terpilih pun, publik tetap akan bicara settingan

Begitupun proses pemilihan Sekjen, Deputi, dan Direktur Keuangan PSSI yang baru, wajib tetap sesuai prosedur yang kini sedang dilakukan. Tidak ada settingan, tidak ada kolusi dan nepotisme. 

Jangan pula karena sebab sudah terpublishnya empat sosok muda ini sementara telah mendapat penilaian tertinggi, membuat pihak-pihak baik di luar maupun di dalam PSSI yang tidak suka, tidak sependapat, lantas mencoba memengaruhi dengan cara-cara negatif. 

Bila benar ada pihak-pihak dari dalam maupun dari luar yang tidak berkenan dengan empat sosok muda ini, lalu memiliki calon kandidat lain yang mau diusung, boleh dikomunikasikan dengan cara yang benar, lalu diberikan penilaian secara obyektif lagi. 

Apakah kandidat baru mampu menyaingi empat sosok muda itu? Bila data dan hasil verifikasinya dinyatakan mampu dan lebih unggul, publik juga tidak akan mempersoalkan bila dilakukan dengan prosedur yang benar. 

Sekali lagi, catatan saya, meski empat sosok muda ini sementara telah memiliki nilai tertinggi, faktanya, mereka tidak ada yang aji mumpung. Tidak menggebu, dan masih bertahan belum menerima tawaran PSSI, sebab di tempat mereka sekarang bekerja dan menjabat juga prestise. 

Untuk itu, hemat saya, tugas PSSI lah yang wajib merayu agar mereka mau bergabung dengan PSSI. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler