x

Iklan

Budi Susanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Januari 2020

Kamis, 23 April 2020 06:03 WIB

Celoteh Bingung SJW!


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengemudi ojek online. Perusahaan Gojek. Nadiem Makarim. Krisis pandemi wabah virus Covid-19. Dikait-kaitkan 'memaksa'. Cari-cari narasi 'miring'.

Asal nyinyir. Tidak peduli perlu argumentasi ilmiah. Berbasis data dan fakta.

Apalagi kalau suara sumbangnya mencuat dari SJW --yang mengklaim orang-orang paling membela rakyat jelata. Makin nyaring teriakannya. Meskipun kadang tong kosong.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Koar-koar di media nasional --kebetulan ada yang berminat memberitakannya.

Soal acuhnya Gojek ke nasib kesejahteraan pengemudinya selama pandemi wabah virus Covid-19 sekarang. Padahal Nadiem --inisiator dan mantan CEO Gojek-- kini sudah jadi Mendikbud.

Tudingan sang SJW itu sudah di ricek ke koorporasi Gojek atau belum, sih? Apa dia mengonfirmasi ke Gojek soal kebijakannya terhadap kesejahteraan hidup pengemudinya selama masa krisis wabah virus Covid-19?

Kalau belum, lebih baik biasakan menggali informasi.

Padahal, Gojek telah melakukan penggalangan dana yang terkumpul hingga Rp 100 miliar untuk didonasikan ke mitra pengemudinya.

Dana yang dikumpulkan dari para penggede Gojek serta pengalihan kenaikan gaji tahunan karyawannya.

Toh, Gojek juga punya 12 program yang menyasar kepentingan untuk meringankan hidup mitra pengemudinya --apalagi di masa krisis wabah virus Covid-19  saat ini.

Ke-12 program yang mencakup 3 sasaran utama yaitu penyediaan layanan kesehatan, meringankan beban biaya harian, dan bantuan pendapatan.

Itu semua yang terungkap ke publik.

Yang bisa diperoleh informasinya dengan mudah melalui media online.

Tinggal browsing. Tinggal dibaca. Mudah saja. Asal punya niat mencari sumber referensi kredibel.

Si SJW yang asal cuap-cuap juga pasti bisa melakukannya.

Rasanya pasti masih ada lagi keputusan manajemen Gojek yang berpihak ke pengemudinya, namun tidak dikabarkan ke media.

Memang tidak masuk akal saja kalau perusahaan sekelas start up Gojek yang statusnya sudah Decacorn (mempunyai nilai valuasi di atas USD 10 miliar) cuek saja ke nasib mitra dan pegawainya.

Sudah tudingannya asal, terus makin mengherankan disambung-sambungkan ke Nadiem Makarim.

Yang katanya masa bodo dengan kehidupan para mitra yang pernah membuatnya jadi sukses sekarang --sebagai Mendikbud.

Lho, apa hubungannya? Urusan Nadiem adalah mencerdaskan kehidupan berbangsa serta memajukan kebudayaan nasional.

Nadiem Makarim, tidak lagi di Gojek.

Keterlibatannya di manajemen perusahaan Gojek sudah dilepaskannya.

Kini Gojek dikelola oleh generasi muda wajah baru. Mereka yang punya keputusan.

Terus mau suruh Nadiem Makarim intervensi Gojek?

Sama saja menjebak Nadiem Makarim berbuat maladminstrasi. Ada sanksi administratif dan hukumnya.

Sama saja si SJW logikanya ingin melahirkan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik Indonesia. Apa yang bukan kewenangan Nadiem tapi dicampurinya, mungkin juga mengintervensi. Padahal ada kementerian lain yang berhak mengurusnya.

Padahal, maladministrasi dan penyalahgunaan kewenangan adalah perbuatan yang harus dilawan oleh si SJW. Itu korupsi kekuasaan

Tapi alur pikirnya serta argumentasinya yang nyeleneh tadi malah berbenturan dengan perannya. Malah jadi mengesankan Nadiem Makarim agar bertindak yang tidak sesuai dengan aturan.

Suatu hari, mungkin Nadiem Makarim perlu juga mencerdaskan sistematika berpikir SJW yang asal menganga saja supaya bisa runut.

Supaya kelak tidak bingung ketika berceloteh.*

Ikuti tulisan menarik Budi Susanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu