x

Iklan

Robin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 April 2020

Jumat, 24 April 2020 12:53 WIB

Jika Abu Nawas Jadi Raja, Mencla-Mencle pun Tidak Masalah!

Kita perlu belajar banyak kepada orang-orang terdahulu yang hidup di zaman berabad-abad jauhnya sebelum peradaban modern hadir. Peradaban modern memang menyejukkan seolah memberi kesegaran, namun tidak berarti kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Tidak semua permasalahan masyarakat dapat diselesaikan dengan kemajuan teknologi. Bahkan bisa dibilang, jika berandai-andai, keadaan dulu lebih baik dibanding abad modern, jika Abu Nawas diserahi kekuasaan untuk memimpin sekarang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita perlu belajar banyak kepada orang-orang terdahulu yang hidup di zaman berabad-abad jauhnya sebelum peradaban modern hadir. Peradaban modern memang menyejukkan seolah memberi kesegaran, namun tidak berarti kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Tidak semua permasalahan masyarakat dapat diselesaikan dengan kemajuan teknologi. Bahkan bisa dibilang, jika berandai-andai, keadaan dulu lebih baik dibanding abad modern, jika Abu Nawas diserahi kekuasaan untuk memimpin sekarang.

Abu Nawas memang cocok jadi pemimpin, setiap hari rakyatnya bisa bahagia karena kelakarnya. Jika diminta untuk menyelesaikan masalah mungkin semua orang bisa lenggowo karena triknya yang membuat semua orang bisa tertawa lepas. Singkatnya, sebagai seorang pemimpin, semua permasalahan bisa dituntaskannya, dengan kelakarnya.

Abu nawas sebagai pemimpin bisa jadi sangat peduli kepada rakyatnya. Namun yang ia tau cuma bekelakar. Karena tabiatnya yang senang bekelakar, ia sangat pandai membuat alasan-alasan lucu, argumen penuh jenaka dan logika yang dapat membuat orang terguling-guling saking lucunya. Abu nawas memang raja yang baik. Ia sangat peduli dengan kebahagiaan rakyatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita paham bahwa kisah kelakar tentang Abu Nawas adalalh fiktif. Termasuk pengandaian jika Abu Nawas adalah seorang raja, setelah mendengar kisah 1001 Malam siapa sih yang tertarik untuk menjadikan abu nawas seorang raja? Pikiran terdalam manusia mungkin tidak akan pernah membayangkan seorang Abu Nawas menjadi pemangku urusan masyarakat luas. Well kecuali anda adalah Abu Nawas.

Tinta emas sejarah selalu mencatat pemimpin-pemimpin yang tegas sebagai pemimpin yang diakui oleh dunia. Sebut saja Umar bin Khattab, pribadi yang sederhana namun seorang yang tegas dalam urusan kemashlahatan masyarakat luas. Saat memimpin negara yang luasnya lebih besar dari Jazirah Arab yang sekarang pecah menjadi 7 negara, ia tak malu untuk melepas penat di masjid. Bahkan seorang utusan Raja Romawi heran dibuatnya, bagaimana bisa pemimpin yang membuat singgasana Heraklius berguncang, demikian sederhananya hingga tidur siangnya di masjid?

Umar dengan kesederhanaanya dan ketegasannya menjadi pemimpin yang disegani sekaligus ditakuti oleh para musuhnya. Dengan wilayah kekuasaan yang sedemikian luasnya, politik luar negeri dan dalam negeri yang penuh dinamika permasalahan, tidak akan bisa di kontrol Umar bin Khattab jika sedari awal Umar punya kepribadian layaknya kisah fiktif Abu Nawas. Musuh tidak akan segan ketika nama umar disebut dan yang lebih penting, urusan masyarakat tidak akan pernah menjadi perhatian serius.

Seorang Umar adalah contoh yang tepat seorang pemimpin yang dengan ketegasan dan kesederhanaannya mampu membawa masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Walaupun disegani oleh banyak orang, ia mampu mengolah nasehat dan kritik bahkan celaan. Suatu saat ketika terjadi wabah penyakit menular di Syam, terjadi perdebatan antara Umar dan para sahabat yang lain tentang upaya mitigasi masyarakat Syam saat itu, hingga keluarnya keputusan Umar agar orang di Syam dilarang keluar dari wilayahnya dan orang dari luar dilarang masuk ke Syam. Keputusan ini ditentang sebagian sahabat namun Abdurrahman bin Auf teringat sabda Nabi Shallallahu alaihi salam

Abdurrahman dalam riwayat berkata, "Saya tahu tentang masalah ini. Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya."

Sikap seperti inilah yang diharapkan dari seorang pemimpin, sebuah ketegasan yang lahir dari sikap peduli terhadap nasib masyarakatnya. Umar tidak sedikitpun menunjukkan sikap mencla-mencle saat keputusan sudah dibuatnya. Dengan sikap seperti inilah orang yang dipimpin merasakan keadilan walaupun dalam keadaan yang membuat hidup terasa susah, seperti saat terjadi wabah penyakit menular.

Saya pribadi paham bahwa apa yang diperbuat umar Radhiallahu anhu karena beliau adalah orang yang dekat dengan Rasulullah Shallallahu alaih dan melakukan semua itu berdasarkan kepatuhan dan pemahamanya tentang sabda beliau bahwa;

“Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya …. (HR. Muslim)”

Namun jika seorang Abu Nawas yang menjadi seorang pemimpin, bisa jadi ia adalah orang yang cerdik dan pintar, namun semua keputusan yang ia buat hanya berdasarkan hawa nafsunya. Kendati dengan alasan demi ‘keselamatan masyarakat’. masyarakat mungkin akan tidak pernah merasa dipimpin dengan adil walaupun Abu Nawas pandai bekelakar dan mencla-mencle. Well, lagi-lagi, kecuali anda Abu Nawas.  

 

Ikuti tulisan menarik Robin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler