x

Potret Kota Osaka di siang hari. (Sumber: pixabay)

Iklan

Muthyarana Darosha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 April 2020

Selasa, 28 April 2020 12:07 WIB

Pandemi dan Ramadan di Jepang, Pemerintah Beri Tunjangan Rp 15 Juta

Ramadan sudah jalan empat hari, juga di Jepang, negara yang termasuk paling awal terjangkit Covid-19. Hingga kini, Osaka masih dijaga ketat sehingga berpengaruh pada pola aktivitas sehari-hari. Agung Pratama, seorang perantau Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Ehle Gakuen, Osaka, Jepang, menceritakan pengalaman puasa di Negeri Sakura, di tengah pandemi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ramadan sudah jalan empat hari. Banyak hal berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Karena, Ramadhan kali ini datang ditengah pandemi yang melanda. Hampir seluruh dunia merasakan imbasnya.

Terkonfirmasi dari laman covid19.go.id, per 27 April 2020 jumlah pasien positif terinfeksi Covid-19 di dunia tercatat sekitar 2,8 juta jiwa. Kasus ini merambah hingga 213 negara, dengan angka kematian 196 ribu lebih korban meninggal dunia.

Jepang termasuk salah satu negara awalan yang terjangkit Covid-19. Namun, perkembangannya terlihat tidak sesignifikan yang diprediksikan. Kurva penularan Covid-19 di Jepang juga lebih landai dari perkiraan sebelumnya.  Hal ini terjadi karena bentuk upaya penanggulangan diterapkan secara tegas dan tepat oleh pemerintah dan masarakat Jepang. Melalui portal berita nhk.or.jp, per tanggal 27 April 2020, penambahan kasus positif Covid-19 di Jepang tidak mencapai angka 100.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walaupun begitu, pemerintah Jepang masih menganjurkan masyarakatnya untuk tetap di rumah saja. Dilansir melalui NHK, hingga Minggu (26/4), jumlah orang bepergian di daerah Osaka turun menjadi 87,8 persen. Hal tersebut dibenarkan oleh Agung Pratama, salah seorang berkebangsaan Indonesia, yang tengah menempuh pendidikan di Ehle Gakuen, Osaka, Jepang.

“Osaka masih dijaga ketat selama masa Covid-19 ini. Seluruh masyarakat dianjurkan untuk tetap di rumah,” kata Agung melalu pesan WhatsApp-nya, pada Senin (27/4).

Penjagaan ketat daerah Osaka karena Covid-19 tentu sangat berpengaruh pada aktivitas Agung sehari-hari. Biasanya, Agung mengisi hari-harinya dengan berkuliah, dan bekerja paruh waktu di sebuah resto. Namun, karena Covid-19 tengah mewabah, kegiatan belajar ditiadakan, dan Agung hanya bekerja dengan waktu yang dibatasi.

Berbeda dari Tahun Sebelumnya

Sebetulnya tidak ada tradisi khusus bagi Agung dan kawan seperantauannya dalam menyambut Ramadan di Jepang. Tapi, Ramadan tahun ini datang dibarengi pandemi. Wabah ini sangat membatasi interaksi tatap muka antar manusia. Jelas ini menjadi hal yang sangat beda dari tahun-tahun lalu.

Tidak seperti Ramadan tahun sebelumnya, menyambut bulan puasa kali ini, Agung dan teman-teman seperantauan hanya saling minta maaf melalui sosial media, karena tidak dianjurkan untuk keluar rumah. “Jadinya maaf-maafan sebatas lewat sosial media,” tulis Agung.

Selain minta maaf lewat sosial media, beberapa agenda dari tahun ke tahun rutin dilakukan oleh Agung dan kawan-kawan, kini harus batal. Salah satu agenda tersebut adalah buka bersama. Menurutnya, buka bersama menjadi ajang untuk melepas rindu akan kampung halaman. Bercerita dan bersenda gurau dengan rekan seperantauan, bagi Agung merupakan obat mujarab dari rindu yang bersarang.

Selanjutnya: Mendapat ganti rugi Rp 15 Juta

Ikuti tulisan menarik Muthyarana Darosha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB