x

kisah ramadan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 4 Mei 2020 10:35 WIB

10 Hari Kedua Ramadan, Momentum Bertobat

Fase 10 hari kedua ibadah Ramadan, adalah momentum untuk bertobat, namun biasanya banyak yang mengabaikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sering kali kita berharap mendapat kesempatan, namun saat dia datang, kita mengabaikan dan meninggalkan. 

(Supartono JW.04052020)

Alhamdulillah, fase pertama keistimewaan ibadah di bulan Ramadan telah kita lalui. Semoga seluruh umat muslim Indonesia maupun negara lain di dunia ini, telah memaksimalkan seluruh momentum di 10 hari pertama yang penuh rahmat dan hikmah untuk beribadah sebaik-baiknya, kendati dalam Ramadan Tak Biasa (RTB), sebab pandemi corona. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Khusus di Indonesia bila hanya menghitung sejak tanggal 1 Ramadan, sudah berapa kesalahan dan dosa yang kita dan umat manusia perbuat? Kesalahan dan dosa yang dilakukan terhadap sesama manusia dan kesalahan dan dosa kepada Allah? 

Selama pandemi corona, meski dalam bulan suci Ramadan, betapa antar individu dengan individu, antar individu dengan masyarakat, antar individu dengan pemerintah, antar masyarakat dengan masyarakat, antar masyarakat dengan pemerintah, dan antar pemerintah dengan pemerintah saling menyalahkan, saling menyudutkan, saling kecam, hingga saling menghina, menuduh dan memfitnah, baik secara sengaja atau tidak, khusus pada persoalan pencegahan dan penanganan corona. 

Semua itu tetap sebuah kesalahan dan menimbulkan dosa. Seharusnya, di dalam bulan penuh berkah dan hikmah ini, amalan-amalan yang baik dan benarlah yang wajib dikedepankan, untuk hablumminannas (hubungan manusia dengan sesama manusia). 

Bila hablumminnas saja ada masalah, maka bagaimana dengan hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah? 

Hari ini, Senin, 4 Mei 2020/11 Ramadan 1441, adalah hari pertama dari 10 hari ke depan, fase keistimewaan Ramadan yang penuh 'maghfirah'. Bulan penuh ampunan dari Allah. Inilah saat momentum memohon ampunan yang afdol.

Lalu, seberapa besar ampunan Allah kepada umat manusia di bulan Ramadan ini? Selama ini kita membaca kisah, melihat, bahkan mengalami sendiri bahwa sebagai orang beriman, pasti selalu mencari hubungan kedekatan dengan Allah. 

Baik di dalam situasi corona atau di luar masalah corona, sebagai makhluk Allah yang lemah, tempat salah, dan dosa, maka kelemahan, kelalaian, dan kebodohannya, seringkali justru menjadikan sikap atau perilaku kita menjadi sebaliknya, tak dekat dengan sesama manusia apalagi dengan Allah. 

Sadar atau tidak, manusia bahkan kerap dan sengaja menjauh dari Allah. Bahkan asyik dalam kesibukan kemaksiatan, kemungkaran, dan kezaliman. Namun kisah baiknya, di antara mereka cukup banyak yang cepat kembali kepada Allah, dengan memperbaiki sikap dan perilakunya. 

Sebalikya,  tidak sedikit pula yang terus berkelanjutan sampai melewati waktu yang cukup panjang, bahkan hingga sampai ajal menjemput, tak bertobat. Padahal, bertobat dapat dilakukan oleh manusia setiap saat. Apalagi bertobat bila dilakukan dalam fase 10 hari kedua Ramadan ini. 

Dalam surat An-Najm, Allah SWT, berfirman: “Sesungguh luas ampunan Tuhanmu.” (Q.S. An-Najm: 32) Sesuai ayat tersebut, seberapa luas ampunan Allah kepada umatnya? Sebagai perumpamaan, saat ini, jarak terjauh dari bumi yang diketahui oleh manusia adalah 12,6 juta tahun cahaya. 

Namun, dengan jarak sejauh itu ujung langit masih belum ditemukan. Menurut Aeronautics and Space Administration (NASA) dan tim astronomi internasional, jarak itu adalah letak kluster (gabungan beberapa galaksi) bernama Cosmos Aztec 3. Jika dihitung, jarak 12,6 juta tahun cahaya sangat sulit dibayangkan. 

Bagaimana tidak, satu detik cahaya saja bisa berjarak 300 ribu kilometer. Meski begitu, jarak tersebut masih tidak bisa mengalahkan luasnya maghfirah Allah. Karena, ampunan Allah lebih luas dari itu. Maghfirah Allah seluas langit. Jadi, seperti dijelaskan dalam hadis Nabi, barang siapa yang dalam bulan penuh ampunan ini, mau bertobat meski dosa setinggi gunung, sebanyak buih di lautan, Allah akan mengampuninya. 

Mengkalkulasi kesalahan 

Sebab dalam fase 10 hari kedua ibadah Ramadan, Allah akan mengampuni segala dosa setiap umat manusia, maka setiap individu,juga saya,  tentu secara sadar dapat mengkalkulasi dan mengindetifikasi, kesalahan dan dosa-dosa yang telah kita perbuat selama ini. 

Berapa banyak kesalahan dan dosa kita hingga 10 hari pertama fase keiistimewaan ibadah di bulan Ramadan, yaitu kesalahan dan dosa-dosa yang secara sadar kita lakukan, meski orang lain tidak tahu, baik kepada sesama manusia apalagi kepada Allah. 

Yakin, selama ini secara sadar, kita banyak melakukan kesalahan dan dosa, namun kita terus melakukannya dengan berbagai pertimbangan dan alasan. Selain melakukan kesalahan dan dosa yang secara sadar kita lakukan, sebagai manusia, dalam tingkah laku, perbuatan, sikap, perkataan, penglihatan, dan lainnya, kita juga sering tanpa sadar melakukan kesalahan dan dosa yang tidak disengaja. 

Oleh karena itu, dalam fase keiistimewaan maghfirah di 10 hari kedua Ramadan, akan lebih baik dan bijak, kita masing-masing konsentrasi pada diri sendiri, beribadah dan memohon maghfirah dari Allah. Seiring dengan itu, kita juga memohon doa kepada Allah agar orang tua dan  suadara yang telah mendahului kita, diterima di sisi Allah dan diampuni segala dosa, serta ditempatkan di surga-Nya. 

Kita juga mendoakan keluarga kita, saudara-saudara kita yang masih ada di dunia, termasuk para pemimpin-pemimpin kita agar senantiasa berpijak di jalan-Nya, dan menjalankan amanah dengan benar. 

Dan, akhirnya mari kita manfaatkan kesempatan yang terbatas, hanya 10 hari ke depan untuk senantiasa menyempurnakan ibadah Ramadan kita dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat baik kepada orangtua, keluarga, kakak, adik, saudara, sahabat, teman, masyarakat, hingga kepada bangsa dan negara. 

Salah satu sabda Rasulullah SAW tentang puasa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim , yaitu: “Siapa yang menegakkan (amalan-amalan) Ramadan dengan keimanan dan semata-mata hanya berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu”. 

Sesungguhnya ketika seseorang diampuni maka ia sedang mendapat maghfirah dari Allah SWT, dan tidak ada maghfirah melainkan ada dosa atau dan kesalahan. 

Bila kita pahami dengan baik, sabda Nabi ini tidak hanya menginformasikan salah satu keutamaan puasa yaitu akan diampunkannya dosa terdahulu namun juga memberi penegasan bahwa kita ini bersalah sehingga butuh untuk diberi pengampunan karena tiada pengampunan melainkan ada kesalahan. 

Maka, hadis ini memberi penegasan kepada para umat manusia agar menyadari bahwa mereka yang sedang sangat berharap menggapai asanya di bulan Ramadan ini, teryata mereka juga manusia yang sangat mungkin memiliki kesalahan yang perlu dimintakan ampunannya kepada Allah SWT. 

Kita harus yakin dan optimis untuk bertobat, meski dosa kita sebesar apa pun, maghfirah Allah lebih besar dari itu. Aamiin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB