x

Iklan

Kasih Larasati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 April 2020

Selasa, 5 Mei 2020 06:37 WIB

Ilusi Teori Konspirasi Pandemi Covid-19, Fatal untuk Masyarakat Berliterasi Rendah

Teori konspirasi bermunculan seiring mewabahnya virus Covid-19. Ilusi ini berbahaya bagi masyarakat yang rendah literasinya. Permasalahan teori konspirasi erat kaitannya dengan kesiapan mental penerimanya, dan cara mereka menanggapi wabah. Ini juga tak menguntungkan bagi ikhtiar memutus penyebaran virus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kemudahan akses berita saat ini sangat memanjakan semua pengguna gadget, segala informasi yang dibutuhkan begitu mudahnya didapatkan. Terlebih selama pandemi Covid-19, tentu kebutuhan informasi terkait kesehatan dan perkembangan kasus selalu diikuti, baik melalui media visual ataupun audio visual seperti Youtube.

Seiring berita perkembangan kasus virus Covid-19 di berbagai kanal media, tak lepas juga dibarengi dengan munculnya berbagai berita spekulatif tentang teori konspirasi yang menjamur, terutama konspirasi kesehatan di dalamnya. Hal tersebut laris digandrungi masyarakat yang percaya, bahkan banyak masyarakat yang hanya latah mengikuti trend mempercayai aliran teori konspirasi tanpa dasar literasi dan analisis yang mumpuni.

Beberapa media merilis berita yang memuat berbagai teori konspirasi Covid-19, di antaranya, yang sering dibicarakan adalah bahwa virus itu merupakan senjata biologi China. Lalu ada kerja sama China dan WHO untuk mega proyek vaksin. Teori lain mengatakan virus merupakan buatan Amerika, dan virus dibuat oleh Bill Gates untuk menciptakan vaksin dengan micro chips. Tujuannya untuk melacak populasi global dengan langkah selanjutnya melancarkan misi mata uang tunggal dunia serta tentang rencana elite global dalam merubah tatanan dunia baru.

Tidak ada yang salah dengan berbagai teori konspirasi yang muncul, kebebasan perspektif kognisi manusia dalam mengelola stimulus informasi sangatlah luas. Meskipun banyak teori konspirasi yang terkesan dibuat-buat, namun dari teori-teori yang beredar memunculkan keyakinan pada masyarakat bahwa pandemi Covid-19 tercipta karena adanya kekuatan elite global yang sedang melancarkan rencana rahasia besarnya.

Begitu cepat dan massive-nya penyebaran berita palsu dan teori konspirasi di seluruh dunia seputar Covid-19 merupakan persoalan serius yang dihadapi oleh WHO, hingga WHO menciptakan laman web khusus bernama “myth busters” sebagai langkah dalam mengatasi. Teori konspirasi muncul dan berkembang pada masa penuh ketidak pastian dan ancaman, karena secara psikologis manusia akan mudah menciptakan prasangka atau spekulasi akan sesuatu yang sedang dikhawatirkan sebagai salah satu Ego Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).

Teori konspirasi memiliki kecenderungan muncul di tengah krisis emosional pada masyarakat, seperti serangan terorisme, perubahan tatanan politik yang cepat maupun berbagai persoalan krisis lain seperti ekonomi dan kesehatan. Menguatkan kepercayaan pada saran para profesional medis dan organisasi kesehatan merupakan langkah terkuat untuk menekan krisis kesehatan.

Namun, permasalahannya adalah masyarakat yang mempercayai teori konspirasi secara umum akan menolak untuk percaya pada kelompok yang dianggap kuat. Terlebih jika diikuti penguasaan literasi yang rendah, maka akan sulit untuk mematuhi arahan dari profesional medis. Kondisi tersebut berakibat fatal dalam penyebaran virus, karena akan mudah memunculkan sikap pembangkangan, rendahnya kewaspadaan terhadap bahaya virus, serta menganggap segala yang berkaitan dengan profesional medis adalah salah satu langkah mendukung teori konspirasi elite global.

Selanjutnya: Rendahnya literasi dan sikap ngeyel

Ikuti tulisan menarik Kasih Larasati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler