I. Besipa'e
Langit mendung diam-diam. Hujan turun pelan-pelan. Daun berguguran satu-satu.
Tanah menangis. Bukit-bukit terkikis. Pohon-pohon terluka.
Saya terdiam
membaca gelagat yang terpendam
sambil menguyah luka dan dendam
Di tanah penuh bukit dan karang
Kaum terdidik hanya lalu lalang
Mencibir mama-mama yang telanjang
Empati menghilang
moral entah kemana
cinta tak ada disini
Kecuali sumpah serapah yang menyerang.
Rumah biru, Mey 2020
Honing Alvianto Bana
II. Menolak lupa
Bertahun-tahun kita dipaksa
mengunyah janji dan harapan
yang katanya dapat mengkristalkan air mata dan duka.
Nyatanya,
Pohon-pohon cendana hanya jadi lambang diseragam dinas.
Nyatanya,
Bukit marmer dan mangan hanya jadi tengkorak bersejarah.
Nyatanya,
Istana sapi dan pohon apel hanya jadi slogan dan kenangan.
Nyatanya,
Kita adalah penyumbang TKI dan TKW terbanyak.
Nyatanya,
Kita pendongkrak angka busung lapar dan gizi buruk tertinggi.
Nyatanya,
Gelar daerah termiskin dan terbelakang tetap kita pikul.
Seharusnya berkaca,
Bukan pada janji yang lalu lalang
Tapi pada sejarah yang terpampang.
Rumah biru, Mey 2020
Honing Alvianto Bana
Ikuti tulisan menarik honing lainnya di sini.