x

Sejumlah warga berkumpul saat prosesi penutupan restoran cepat saji McDonald's di Sarinah, Jakarta, 10 Mei 2020. Petugas Satpol PP dibantu Polisi dan TNI, melakukan pembubaran terhadap massa yang berkumpul karena melanggar ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Twitter/@satpolpp_dki

Iklan

Putri Nur Indah Sari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 Mei 2020

Senin, 18 Mei 2020 11:16 WIB

Masyarakat Tak Gentar Pageblug, PSBB Dilonggarkan?

Pernyataan presiden Jokowi soal perlunya kita memulai kehidupan tatanan baru dan berdampingan dengan Covid-19, jangan sampai membenarkan perlakuan masyarakat yang meremehkan pafebkug dengan tetap beraktifitas di luar tanpa ada urgensi. Rantai penyebaran virus ini tidak akan terputus dan tidak akan benar-benar hilang jika kita salah memilih langkah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah dua bulan lebih masyarakat Indonesia berhadapan dengan wabah Covid-19, selama itu pula kita dihadapkan dengan situasi untuk menahan diri dari beraktivitas di luar rumah.

Saat ini, masyarakat yang patuh akan anjuran pemerintah dan WHO seakan dihianati oleh mereka yang dengan entengnya melanggar aturan tersebut dengan berbagai macam dalih. Misalnya, mereka yang berkumpul di hari penutupan gerai McD Sarinah, gerombolan penumpang di bandara Soekarno Hatta, pernyataan selebgram yang mengatakan virus corona itu tidak seberapa, tudiangan konspirasi drummer asal Bali yang penuh kontroversi, dan masih banyak lagi yang tidak terekspos di media.

Kesedihan ini ditambah dengan isu tentang wacana relaksasi PSBB oleh pemerintah. Benarkah sudah dilakukan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alasan pelaksanaan relaksasi PSBB harus mempertimbangkan kajian epidemiologis yang valid. Sementara, realitanya tes massal (RT-PCR) yang menargetkan 10 ribu orang per hari itu saja belum tercapai, hanya bisa diambil sampel 90 orang perhari per 21 April 2020. Perbandingan ini jauh di bawah negara-negara lain di Asia.

Korea Selatan telah melakukan tes virus corona pada 9.205 orang per sejuta penduduk. Begitu pula dengan Singapura, Taiwan, dan Malaysia yang rasio tesnya mencapai ribuan orang. Sehingga, data yang kita lihat saat ini itu bisa saja samar-samar.

Indonesia berhadapan dengan pelaku kasat mata, dimana virus itu tidak punya jadwal. Satu orang terinfeksi, dia bisa berpotensi menularkan ke siapa saja, tanpa ada angka pasti. Jika pemerintah mengklaim kurva penyebaran corona mulai turun berdasarkan analisa data yang tidak valid tersebut, bisakah kita mengatakan relaksasi PSBB bijak dilaksanakan dengan terburu-terburu?

Presiden Jokowi mengatakan, “Kita harus memulai kehidupan tatanan baru, untuk bisa berdampingan dengan covid-19”. Pernyataan ini jangan sampai membenarkan perlakuan masyarakat yang meremehkan Covid-19 dengan tetap beraktifitas di luar tanpa ada urgensi.

Rantai penyebaran virus ini tidak akan terputus, tidak akan benar-benar hilang jika kita salah memilih langkah. Semoga kita tidak lengah, agar Indonesia segera pulih.

#indonesia #makassar #covid19 #coronavirus #viral #psbb #mcdsarinah

Ikuti tulisan menarik Putri Nur Indah Sari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler