x

Iklan

Amelye Putri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Mei 2020

Rabu, 20 Mei 2020 09:39 WIB

Alasan untuk Tidak Perlu Melakukan Wisata Ziarah di Bulan Suci Ramadan Saat Covid-19

Penjelasan mengenai mengapa kita tidak perlu untuk melakukan wisata ziarah di saat pandemi Covid-19 demi keselamatan banyak pihak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Indonesia, melakukan ziarah ke tempat-tempat seperti makam, situs religi, atau lainnya merupakan hal yang umum dilakukan oleh masyarakat. Terlebih beberapa tempat ziarah juga menjadi atraksi wisata minat khusus yang diwujudkan dengan adanya penarikan retribusi ataupun adanya tour guide yang memandu jalannya kegiatan wisata ziarah.

Bagi masyarakat Indonesia, berziarah merupakan salah satu bentuk silaturahmi kepada leluhur yang mana sering dilakukan oleh masyarakat pada saat hari raya tertentu ataupun hari besar lainnya. Seperti halnya saat bulan suci Ramadan biasanya orang-orang melakukan ziarah yang bertujuan untuk bersilaturahmi dan juga meminta restu dengan berdoa kepada leluhur.

Kegiatan atau aktivitas kunjungan dalam berziarah juga beragam seperti adanya ziarah kubur, ziarah ke situs-situs religi, dan lainnya. Akan tetapi, pada bulan suci ramadan kali ini maka tradisi berziarah yang biasa dilakukan harus terhenti karena dengan adanya Covid-19 yang menyebabkan banyaknya tempat-tempat umum yang ditutup demi keamanan dan keselamatan banyak pihak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, sebenarnya mengapa kita tidak dianjurkan untuk melakukan ziarah di saat adanya wabah Covid-19 ini?

PertamaWorld Health Organization (WHO) dan Pemerintah Indonesia telah mengimbau masyarakat untuk melakukan physical distancing yang sebelumnya adalah social distancing di mana ialah pembatasan fisik untuk menjaga jarak dengan orang lain yang bertujuan untuk mencegah penyebaran dari Covid-19 ini.

Selain itu, adanya imbauan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk tidak melakukan kunjungan-kunjungan khususnya ke tempat wisata termasuk wisata ziarah juga sangat berpengaruh terhadap banyaknya pemerintah daerah di Indonesia yang menutup tempat-tempat wisata yang berpotensi untuk mendatangkan banyak orang termasuk juga wisata ziarah. Imbauan lain seperti untuk selalu di rumah saja juga sering ditemui di media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, Whatsapp, sering kita temui sebagai peringatan bagi orang-orang yang membacanya. 

Kedua, dengan adanya Covid-19 ini banyaknya pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah seperti dalam operasional transportasi umum tertentu dan juga penutupan-penutupan tempat dengan potensi adanya kerumunan seperti atraksi wisata membuat beberapa objek wisata ziarah di Indonesia ditutup demi keselamatan banyak pihak seperti halnya di kampung halaman penulis sendiri, yaitu Surakarta yang memiliki banyak tempat ziarah seperti Astana Giribangun, Gua Maria Regina Mojosongo, Candi Cetho, Masjid Agung Surakarta, hingga Keraton Kasunanan Surakarta yang harus menutup segala bentuk kunjungan selama wabah Covid-19 ini.

Bahkan kegiatan atau aktivitas yang biasa dilakukan seperti salat Jumat bagi umat Islam, misa bagi umat Katolik, dan ibadah-ibadah yang biasa dilakukan pun harus terhenti dilakukan di rumah ibadah yang mana diganti dengan adanya ibadah online. 

Ketiga, adanya imbauan keselamatan yang memungkinkan pengunjung atau peziarah akan merasa tidak nyaman dalam melakukan ziarah yaitu seperti harus menggunakan masker, melakukan pengecekan kesehatan, hingga pembatasan dengan minimal jarak tertentu, etika untuk batuk/bersin, hingga mungkin kecemasan atau ketakutan kepada penggunaan fasilitas umum seperti toilet dan lainnya yang sangat tidak nyaman untuk dilakukan ketika berkunjung ke tempat wisata. Terlebih, dalam berziarah biasanya pengunjung melakukan kegiatan seperti doa ataupun ritual lainnya yang pastinya tidak akan nyaman apabila terdapat peraturan-peraturan tertentu seperti halnya imbauan keselamatan dan potensi kecemasan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Terakhir, Wakil Menteri Agama Indonesia, Zainut Taudi Sa’adi sendiri telah mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan ziarah kubur guna mencegah penularan Covid-19 ini yang mana dalam bulan suci ramadan sering dilakukannya ziarah kubur oleh umat muslim. Bukan hanya imbauan untuk tidak melakukan ziarah kubur tetapi Wamenag juga menganjurkan bagi setiap umat beragama untuk melakukan ibadah di rumah saja karena apabila tidak maka tempat ibadah sangat berpotensi untuk menciptakan adanya kerumunan. Adapun disampaikan bahwa imbauan ini seperti itu bertujuan mencegah munculnya kerumunan yang berpotensi menimbulkan terjadinya penyebaran Covid-19 ini.

Nah, penjelasan di atas merupakan beberapa alasan mengenai mengapa kita tidak perlu untuk melakukan wisata ziarah atau kunjungan ziarah di saat bulan suci Ramadan ini mengingat bahayanya untuk melakukan aktivitas di luar karena akan adanya potensi untuk persebaran Covid-19 dan juga memungkinkan untuk membuat setiap pengunjung atau peziarah merasakan ketidaknyamanan seperti yang seharusnya. Oleh karena adanya imbauan untuk keselamatan maupun pembatasan-pembatasan yang telah disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat demi memutus rantai penyebaran Covid-19 ini.

Simpan dulu niat untuk melakukan ziarah hingga wabah ini mereda nantinya dan mari sebagai masyarakat Indonesia maka akan lebih baik apabila kita semua menaati imbauan yang dianjurkan oleh pemerintah dan juga upaya ini adalah bentuk menghargai bagi pahlawan-pahlawan dalam pandemi ini yaitu tenaga kerja medis yang bekerja dan berkorban demi keselamatan kita semua. Stay safe selalu dengan di rumah saja yah guys!

Ikuti tulisan menarik Amelye Putri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler