x

Sumber: https://flic.kr/p/2x4VCR

Iklan

Anggita Sekar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2020

Kamis, 21 Mei 2020 08:50 WIB

Parangkusumo, Indahnya Pantai Berbalut Wisata Religi


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Parangkusumo adalah pantai yang bersebelahan dengan Pantai Parangtritis. Keberadaannya saat ini cukup dikenal oleh masyarakat. Dengan pemandangan indah dan eksotis, pantai ini telah bersaing menjadi salah satu tujuan wisata bagi wisatawan mancanegara. Seperti pantai pada umumnya, sebagian besar pengunjung datang untuk menikmati sunset.

Suasana di pantai ini cukup ramai, fasilitas penunjang wisata pun sudah tersedia dengan lengkap. Ketika berwisata, kita tidak perlu repot membawa banyak bekal karena kita pun bisa berbelanja di sekitarnya. Bagi kalian yang baru pertama kali datang ke Parangkusumo tidak perlu khawatir akan tersesat karena lokasinya berada persis di sebelah Pantai Parangtritis. Kita juga dapat mencari lokasinya di google maps.

Pada hari-hari tertentu, di pantai ini sering diadakan upacara adat seperti ruwatan dan labuhan. Upacara labuhan merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk menghormati arwah leluhur. Tidak heran jika pantai ini terkenal dengan legenda dan kisah mistis di lingkungannya. Justru adanya legenda dan kisah mistis itu kini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengapa berbalut wisata religi?

Pantai ini dapat mengajak kita merasakan pengalaman spiritual. Kita dapat merasakan dengan mengenang pertemuan dua tokoh yang dianggap sebagai leluhur, yaitu Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul. Hal ini karena tidak jauh dari daerah pantai terdapat dua batu karang yang dikeramatkan. Batu itu kemudian dipagari beton dan dianggap sebagai petilasan karena dipercaya menjadi tempat bertemunya kedua tokoh tersebut. Saat ini, tempat itu dikenal dengan nama Cepuri Parangkusumo.

Dalam upacara labuhan, ziarah di Cepuri merupakan sebuah rangkaian yang tidak boleh dilewatkan. Meskipun begitu, banyak pengunjung yang datang dari luar rangkaian upacara labuhan. Peziarah biasanya datang pada hari Selasa dan Jumat Kliwon, ziarah pun dimulai pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB. Bahkan semakin ramai menjelang tengah malam.

Suasana malam di Parangkusumo justru menjadi suasana yang diinginkan oleh para peziarah. Tidak heran jika daerah tersebut mulai ramai menjelang malam. Ziarah di Cepuri terjadi karena sebagian besar masyarakat memiliki keyakinan terhadap roh leluhur. Mereka percaya bahwa leluhur dapat memberikan berkah. Kepercayaan tersebut diaktualisasikan dengan memberikan perlakuan khusus pada petilasan.

Terlebih lagi, ziarah adalah salah satu tradisi yang hidup di masyarakat Jawa. Seperti yang kita tahu, ziarah sering dilakukan oleh banyak pihak bahkan dari berbagai kalangan. Ziarah dianggap sebagai kegiatan yang dapat meningkatkan nilai spiritualitas pada individu. Bahkan, ziarah sering kali dilakukan untuk mencari ketenangan dalam batin.

Namun tidak dipungkiri, saat ini ziarah sering diiringi dengan kepentingan tertentu. Misalnya seperti yang ada di Cepuri, banyak dari mereka yang berdoa untuk kesuksesan suatu hajat, meminta kelancaran rezeki, dan meminta kesembuhan atas penyakit.  Tidak jarang ditemukan mereka yang berdoa agar mendapatkan jodoh. Sebagian menganggap bahwa doa-doa yang disampaikan tersebut akan dikabulkan dan mereka bisa mendapatkan berkah.

Biasanya, peziarah datang dengan membawa bungkusan sesajen yang lengkap. Layaknya sesajen, bungkusan tersebut berisi bunga mawar merah dan putih, melati, kuncup kantil, dan kemenyan. Sebelum masuk ke dalam Cepuri, peziarah akan memberikan bungkusan tersebut kepada juru kunci. Selanjutnya, prosesi ziarah akan dibimbing oleh juru kunci.

Suasana sakral sangat kental dirasakan di Cepuri. Aroma dupa sering tercium dari peziarah yang melakukan ritual di dalamnya. Tidak semua pengunjung yang datang dapat sewaktu-waktu masuk ke dalam Cepuri karena kegiatan ziarah harus dibimbing dan mendapatkan izin dari juru kunci.

Bagaimana anggapan masyarakat?

Sekilas, prosesi tersebut sedikit sensitif untuk dibahas karena sebagian orang menganggap kegiatan yang dilakukan condong ke dalam hal “shirik”. Namun, para peziarah dan masyarakat sekitar menganggap bahwa kegiatan itu tidak termasuk shirik. Hal ini karena permohonan dan doa-doa yang disampaikan tetap ditujukan kepada Tuhan YME melalui perantara yaitu Kanjeng Ratu Kidul dan Panembahan Senopati.

Mungkin sebagian dari kita masih menganggap ziarah pada tempat yang disakralkan adalah sebuah hal yang tabu. Akan tetapi ziarah seringkali memang dilakukan di tempat-tempat tersebut. Tempat yang dianggap wingit atau memiliki hubungan dengan hal-hal ghaib sering memunculkan alasan tersendiri. Sisi wingit selalu dikaitkan dengan energi yang besar dan dapat membawa ketenangan.

Terlebih lagi, suasana seperti ini akan sering dijumpai di tanah Jawa. Alasannya karena sebagian besar masyarakat masih menjunjung tinggi ajaran-ajaran dari para leluhur. Secara otomatis mereka juga percaya dengan kekuatan roh-roh leluhur. Bahkan sangat tidak asing jika kita mendengar adanya upacara atau ritual pada tempat yang dianggap keramat seperti sendang, sungai, bahkan bangunan peninggalan.

Bagi kita yang tertarik dan merasakan pengalaman spiritual di Pantai Parangkusumo dapat bergabung dengan para peziarah di Cepuri untuk melakukan ritual dan doa bersama. Wisata religi ini sangat cocok bagi kita yang tertarik dengan sisi-sisi budaya khususnya mistis legenda.

Ikuti tulisan menarik Anggita Sekar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler