x

Iklan

Alfiyah Rasiyani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Mei 2020

Senin, 25 Mei 2020 06:02 WIB

Diary Penghafal Al-Qur'an

Detik indah yg kunanti-nantikan.. selesai 30juz

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Bismillahirrahmanirrahim...
Diary Penghafal Qur’an
---Kala Cinta Melangit di Semesta Kalamnya---
Di antara waktuku saat ini. Kusempatkan menuangkan sedikit cerita. Suatu perjalanan tentang merenggut cinta dengan kalam-Nya. Setahun hitam putih tentang kisah-kisah saat nikmat melantunkan kalam indah-Nya. Wah perjalanan itu sama sekali belum bertepi dan tak juga akan niatan tuk berhenti.

Berawal dari selesainya putih abu-abu, zamannnya belum paham teori dan ilmu. Boro-boro telah mantap tabungan hafalannya, masa saya masih jauh dan minim kapabilitas Qur'an-nya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yap, awalnya hanya sekedar mencoba, setelah tak diizinkan lolos PTN pula. Kemudian di sinilah langkah sebenarnya memulai, di kota hujan nan indah, dis ebrang pulau nun jauh dari rumah. Berkumpul dengan ahlul Qur'an dari beragam wilayah, dipertemukan kami karena kalam-Nya.

Langsung di awal berjalannya program, tak lagi heran melihat teman-teman lain yang udah ada tabungan hafalan, beberapa malah tamatan pondok, sudah mantap nahwu sharaf dan sebagainya. Ya Rabb saya apa? Hanya lulusan sekolah negeri yang PAI-nya cuma 2 jam dalam seminggu, sekolah peduli apa dengan hafalan Qur'annya?

Nilai liberal nampaknya telah merasuk ke sendi pendidikan tanah air. Akhirnya melangkah kesini hanya bermodal tekad dan juz 30 yang acak-acakan.
Hafalan pertama Q.s Al-Anfal, baru pemula dan ditargetkan sehalaman per hari. Dan di sni saya termasuk yang tertinggal. Di saat teman-teman udah pada setoran, malah ada yg udah mulai nabung untuk besoknya. Saya baru harus di-talaqqi dulu oleh musyrifah berkali-kali. Alhamdulillah sampai malam setengah halaman sanggupnya. Disitu saya cuma bisa meratap dosa-dosa zaman SMA dulu.

Tapi karena sudah menaruhu tekad, jadi untuk usaha keras itu sudah suatu keharusan. Dari situlah pijakan awal, ketika diri sadar dan tertampar. Harus berkali-kali double effort untuk setara/sebanding dengan temen-temen yang sudah di atas.

Lalu dibuatlah pembagian halaqah/lingkaran tahsin, dan saya ditempatkan di halaqah terendah saat itu. Never mind, asalkan doa dan usaha yang tak lepas. Beragam tips untuk dapatkan strategi menghafal yang pas, mulai dari ditalaqqi, dan dituliskan, dan yang terampuh menurut saya ternyata merenungi ayatnya dulu, membaca terjemah dan cocokkan dengan ayat yang dihafal. Jadi seperti menghafal cerita yang mengalir. Alhamdulilllah Allah permudah, dalam waktu 40 hari masa perbaikan tahsin akhirnya ada perkembangan.

Masa ziyadah hafalan semester satu dimulai dari juz awal. Dalam setahun fastabiqul khairaat 30 Juz dengan ahlul Qur'an lainnya. Seiring waktu, Oleh musyrifah ke halaqah atas saya dinaikkan, lumayan semakin terpompa semangat. Walaupun masih sanggup dua halaman perhari. Karena konsinten setoran, walaupun masih terus ada hambatan ngafal karena kesusahan.

“Bosen gak sih monoton terus-terusan?" Pernah tanya salah seorang akhwat, saat posisi yang sama futurnya gagal dikalahkan. Jujur pasti pernahlah bosan, apalagi orang pemula seperti saya, masih merasa lelah baca perhurufnya (wah parah banget emang).

Tapi setelahnya saya bertahan. karena waktu setahun ini nggak akan cukup untuk kategori seperti saya. Jadi saat diwaktunya ngafal harus benar-benar fokus satu tujuan.

Dan tiba disaat mendebarkan yg dinantikan para huffadz, detik khatmul Qur'an ( Masya Allah) tangan saya gemetar mengetik bagian ini.

Tepat hari Kamis, 11 April 2019 di usia yg ke 18 tahun, sampai hafalan saya di juz ke 30. Di saksikan oleh seluruh teman-teman yg hadir dan para ustadzah yang dimuliakan Allah. Banyak saya haturkan terima kasih ke beliau-beliau yang sabar menatih kita sampai di garis ini, semoga Allah balas dengan kebaikan berlipat.

Di tengah tasmi’ juz akhir, di awal surat Adh-Dhuha, rasanya hampir tak kuat tasmi' dilanjutkan. Sudah tersedan sesak, terdengar berlebihan memang, tapi benar rata-rata orang merasakan. Melantunkan surat pendek padahal, rasanya seperti hafalan baru. Ditambah terbayang lagi lelah-lelah perjuangan, saat susahnya menghafal dan sering dimundurkan ditengah tertatih-tatihnya waktu setoran.

Wah sudah mengulang ketiga kali ayat awal Ad-Dhuha belum juga tahan, ditambah seketika langsung tumpah tangisan dari temen-temen dan ustadzah semua. Tetap saya lanjutkan tasmi' hingga selesai masih dengan tersendat tangis. Tibalah selesai An-Nass, disambut takbir teman-teman yang hebat. Momen paling haru ketika saya baru dikabari ternyata ustadzah diam-diam video call ke ummi dan ayah lewat gawainya.

Di seberang sana mereka ikutan pula menangis. Satu kata untuk rasa saat itu adalah indah atas ridha-Mu Rabb, saya bisa selesaikan hafalan dalam waktu kurang lebih 8 bulan dan di urutan khatam yang ke 10 diantara akhwat ikhwat.

Belum selesai di situ. Saat hari wisuda tanggal 30 Juni 2019 dihadiri para tamu dan orang tua, untuk melihat anaknya berselempang Huffadz. Malam sebelumnya memang telah berkabar bahwa nama-nama akan dipanggil sesuai urutan rangking gabungan nilai semester 1 dan 2.

Malam itu hanya berharap 10 besar agar taklah terlalu mengecewakan. Besoknya ternyata nama saya pertama terdengar. Betul tak terduga, seperti salah mendengar, alih-alih saya masih duduk terdiam. Berpikir padahal banyak teman hebat yang lebih wah.

Setelah maju untuk dipakaikan selempang wisuda dan penyerahan syahadah, masih tengah berdiri didepan dan pandangan tertuju tempat duduk belakang, di situ saudara saya yang berdiri dengan kameranya, dengan senyumnya mewakili orang tua seolah-olah berbicara ke saya; "Terimakasih nak, sudah bertahan kuat sejauh ini." Cekrek! Kilat kamera menyala dari sudut ruangan.

THE END

Ikuti tulisan menarik Alfiyah Rasiyani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler