x

Iklan

Meishiana Meishi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 27 Mei 2020 13:13 WIB

School of Design UPH Produksi APD Pelindung Wajah untuk Tenaga Medis

Schol od Design (SoD) UPH memproduksi dan memberikan cuma-cuma APD berupa face shield (pelindung wajah) secara gratis kepada tenaga medis dan non medis. Gerakan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara teknologi, sisi humanisme, dan media sosial dalam merespon keadaan. Dalam prosesnya, APD Face Shield buatan SoD mengadopsi dua desain dari Cornell University dan Form-operation sehingga mampu menjawab dua kriteria, yaitu nyaman dan aman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Media sosial bisa dibilang menjadi pendongkrak gerakan nyata yang berdampak positif dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kali ini gerakan para akademisi dan FabLab (Fabrikasi Laboratorium) di Amerika yang meramaikan dunia maya dengan hashtag #operationPPE (Operation Personal Protective Equipment) juga turut menginspirasi School of Design (SoD) Universitas Pelita Harapan (UPH). Gerakan ini merupakan gerakan pembuatan APD menggunakan teknologi prototyping.

Kemudian SoD UPH menerapkan dan memodifikasi ide tersebut dengan fasilitas SoD UPH dalam memproduksi dan memberikan face shield (pelindung wajah) secara gratis kepada tenaga medis dan non medis.

Gerakan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara teknologi, sisi humanisme, dan media sosial mampu menciptakan hal yang positif. Media sosial tidak hanya sekadar jadi media tempat berkomentar tanpa arah, tetapi  mampu jadi ide sekaligus corong penggerak sebuah gerakan sosial yang nyata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal ini diakui juga oleh Jacky Thiodore, S.Ars., M.Arch. – Kordinator gerakan donasi Alat Pelindung Diri (APD) Face shield, bahwa keinginan untuk berkontribusi mencukupi kebutuhan APD merupakan sisi humanisme yang mendasari gerakan ini. Tentunya adanya fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang mumpuni juga berperan dalam kelancaran gerakan ini.

SoD UPH memiliki 12 maker bot 3D printing dan mesin lasercut, sehingga proses pembuatan face shield dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu penyeberan informasi melalui media sosial terbukti efektif, terlihat dari antusiasme pemesanan hingga 858 face shield dalam kurun waktu 4 minggu.

Lantaran kegiatan belajar-mengajar di UPH sudah dilakukan secara online dan tidak ada lagi aktivitas di kampus, Jacky bersama tim melihat ini merupakan momentum untuk lebih produktif untuk mengoptimalkan fasiltas di SoD UPH untuk sesuatu yang lebih berdampak bagi masyarakat.

Jacky mengatakan bersama 7 orang lainnya yang terdiri dari dosen dan laboran, mereka melakukan padat karya penyelesaian APD ini untuk setiap batch-nya. "Mulai dari proses besar dengan menggunakan 3D Printing dan mesin Lasercut, pekerjaan manual, hingga proses penerimaan pesanan dan pengiriman produk dilakukan oleh tim SoD,” kata dia

Jacky menauturkan dalam prosesnya, APD Face Shield buatan SoD ini mengadopsi dua desain dari Cornell University dan Form-operation. Desian tersebut mampu menjawab dua kriteria produk yang ingin dibuat, yaitu nyaman dan aman.

Nyaman artinya tidak berat dan sesuai dengan anatomi wajah. Aman artinya menutupi wajah, durable, dan mudah dibersihkan. Selain itu pembuatan face shield ini juga menjadi bukti implementasi keilmuan di bidang desain, yaitu melalui penerapan Teknik Rapid Prototyping.

Teknik tersebut, menurut Jacky, merupakan teknik memfabrikasi produk dari sebuah data digital (CAD-computer aided design) dengan cepat. Di program studi Arsitektur UPH teknik Rapid Prototyping ini diajarkan dalam materi fabrikasi digital, "Sehingga mahasiswa dapat menggunakan teknologi 3Dprinter, Lasercut, CnC (Computer Numerical Control) untuk memproduksi desain mereka.”

Diakui Jacky, produksi face shield SoD mereka belum diuji klinis ataupun pengajuan lolos persyaratan anti-infeksi, karena prosesnya butuh waktu. Namun material face shield yang diproduksi merupakan material yang dapat dibersihkan dengan alkohol.

Untuk penggunaan pun Jacky menganjurkan agar selalu dibersihkan berkala. Meski demikian menurut Jacky, face shield ini telah mendapat feedback positif yaitu face shield produksi UPH memiliki material dan kualitas yang dapat diandalkan di masa darurat.

Berupaya untuk mengakomodir segala permintaan yang masuk; di minggu pertama, SoD UPH sudah mengirimkan 180 face shield secara gratis kepada dua RS Rujukan, 8 RS daerah, klinik, serta komunitas atau individu dari beberapa instansi. Hingga minggu ke-4, total 858 face shield sudah diberikan kepada kurang lebih 25 rumah sakit dan puskesmas, juga kepada individu yang membutuhkan. Jacky menegaskan proyek APD face shield gratis ini sepenuhnya dibiayai oleh SoD UPH.

Dr. Martin Luqman Katoppo, S.T., M.T. – Dekan SoD UPH menyatakan bersyukur atas inisiatif ini. Kata dia ini membuktikan komitmen SoD UPH untuk menerapkan keilmuan desain sebagai solusi untuk melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

“Gerakan ini merupakan sumbangsih nyata yang bisa SoD UPH lakukan dalam situasi pandemi ini, bukti dari key values kami yang ingin berdampak pemulihan, menjadi berkat dan terang bagi sesama, dan bergotong-royong membantu pemerintah menghadapi situasi ini,” tutur Martin.

Kondisi saat ini merupakan sebuah situasi yang membuat sistem hidup tidak berfungsi, sehingga dibutuhkan peran beragam lapisan masyarakat untuk bersama menghadapi pandemi ini. Untuk itu UPH mengapreasiasi inisiatif gerakan-gerakan positif yang muncul di tengah komunitas UPH. Mari bersatu menghadirkan solusi kreatif di situasi pandemi saat ini.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Meishiana Meishi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler