x

kisah hebat Ibu Siti Fadilah, mantan MenKes Indonesia. Beliau menyampaikan ke WHO bahwa flu burung tidak menular human ke human serta menolak vaksin flu burung. Hal tersebut terbukti benar sehingga berhasil menyelamatkan rakyat Indonesia dan negara tidak perlu mengalirkan sejumlah dana untuk pembelian vaksin. Beliau berhasil menghentikan pandemi dengan politik serta mencegah bertambahnya hutang negara dari bisnis vaksin suatu golongan. Sumber: https://youtu.be/by3SglhT9Dc

Iklan

Ayu Harnis

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Mei 2020

Senin, 1 Juni 2020 06:39 WIB

Dari Wawancara Siti Fadilah Supari dengan Deddy Corbuzier, Kontroversi Menumbuhkan Inspirasi

Video dari podcast wawancara antara Deddy Corbuizer dengan Ibu Siti Fadilah Supari beredar luas. Dari wawancara tersebut menarik untuk membahas bagaimana dulu penolakan Siti Fadila atas vaksin flu burung dan bagaiamana Indonesia bisa mandiri untuk menemukan vaksin anti Covid-19. Inilah sebuah opini dan kajian literatur tentang pandemi Covid-19.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelas hari yang lalu, Rabu (20/05/20) muncul notif dari channel Master Deddy Corbuzier yang berjudul “SITI FADILAH, SEBUAH KONSPIRASI-SAYA DIKORBANKAN (EXCLUSIVE)” di hp saya [1].  Video tersebut membahas tentang kisah hebat Ibu Siti Fadilah Supari, mantan Menkes Indonesia.

Ibu Siti Fadilah Supari pernah menyampaikan ke WHO bahwa flu burung tidak menular human ke human serta menolak vaksin flu burung. Hal tersebut terbukti benar sehingga berhasil menyelamatkan rakyat Indonesia dan negara tidak perlu mengalirkan sejumlah dana untuk pembelian vaksin. Beliau berhasil menghentikan pandemi dengan politik serta mencegah bertambahnya hutang negara dari bisnis vaksin suatu golongan.

Naasnya ibu Siti Fadilah Supari saat ini berada di penjara karena tuduhan korupsi walau tanpa bukti dan saksi. Diduga terdapat keganjilan yang terjadi terkait politk dan bisnis oleh pihak tertentu, kaum pemorot kebenaran yang menghalalkan segala cara demi keuntungan pribadi dan golongan. Menurut beliau, terdapat suatu anomali. Beberapa kali pandemi terjadi, anehnya ada golongan tertentu yang bahkan telah bersiap vaksinnya. Sebut saja konspirasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, saya sebagai mahasiswa biologi tidak akan membahas politik, bisnis, apalagi konspirasi. Terdapat 2 hal yang menarik bagi saya dari video tersebut:

  1. Penolakan vaksin flu burung – “Saya meninjau dari virologi, kalau WHO epidemiologi”-SF.*
  2. Indonesia bisa mandiri – “Bagaimana langkah Anda jika menjadi MenKes?”-DC. “Indonesia harus mandiri, kalau memang diperlukan vaksin untuk Covid-19 ya buat sendiri”-SF. “Apakah Anda yakin Indonesia bisa?”-DC. “Bisa. Indonesia punya banyak orang-orang pinter, ada BPPT, ada Eijkman dan berbagai lembaga lainnya. Saya yakin mereka mampu. Tes PCR memang yang dianggap paling valid untuk saat ini, tapi kalau primernya impor ya kurang pas. Seharusnya bikin primer sendiri. Kalau Primer impor dari negara X otomatis virus dan plasmidnya ya dari negara itu. Sedangkan itu bisa saja beda dari virus yang ada di Indonesia sehingga ada yang bisa dikenali ada yang tidak dikenali”-SF.*

*kalimat di dalam tanda “..” merupakan kata yang saya tangkap dari yang saya dengar di video tersebut, dimungkinkan tidak sama persis namun intinya sama.

Dua poin di atas melahirkan pertanyaan yang hendak dibahas di sini:

  1. Bagaimana perbedaan virologi dan epidemiologi?
  2. Bagaimana tinjauan virologi dan epidemiologi Covid-19?
  3. Bagaimana cara membuat primer untuk mendeteksi Covid-19?

Perbedaan Virologi dan Epidemiologi

Virologi adalah cabang mikrobiologi yang berhubungan dengan studi virus dan penyakit virus [2]. Pengertian virologi memiliki makna yang lebih luas karena mencakup studi ekologi, evolusi virus, interaksi antara virus dan mikroorganisme lainnya, dan kemampuan virus untuk mengirimkan informasi genetik dan heterolognya [3]. Adapun epidemiologi merupakan cabang ilmu yang membahas tentang penyebaran dan pengendalian penyakit, virus, konsep dsb di seluruh populasi atau sistem [2].

Tinjauan Virologi dan Epidemiologi Covid-19

Bahasan virologi Covid-19 ini mencakup asal, klasifikasi, dan genom virus. SARS-CoV-2 pertama kali diisolasi dalam cairan lavage bronchoalveolar (BALF) dari tiga pasien COVID-19 Rumah Sakit Jinyintan Wuhan pada 30 Desember 2019. Hasil analisis sekuens dan filogeninya menunjukkan bahwa penyebab Covid-19 adalah anggota β-CoVs. Virus ini termasuk golongan virus RNA beruntai positif, berenvelop dan memiliki nukleokapsid yang terdiri dari RNA genomik dan protein nukleokapsid (N) terfosforilasi [4]. 

Tinjauan epidemiologi awal menunjukkan bahwa sebagian besar kasus paparan virus awal terjadi di pasar makanan laut Huanan lokal. Pasar ini memperjualbelikan seafood dan berbagai jenis hewan liar sepanjang tahun sebelum dipaksa tutup pada 1 Januari 2020. Analisis phyloepidemiologi baru-baru ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 di lokasi tersebut dapat diimpor dari tempat lain [4].

Seiring berkembangnya Covid-19, kegiatan kesehatan masyarakat perlu diperluas untuk menjelaskan epidemiologi virus dan mengkarakterisasi dampak dari wabah tersebut, tergantung pada jumlah orang yang terinfeksi, penularan infeksi, dan spektrum keparahan klinis. Kasus pertama Covid-19 yang diamati di Cina cukup parah, mendapatkan perhatian medis dan menghasilkan pengujian, tetapi jumlah total orang yang terinfeksi sulit dipahami.

Estimasi rasio fatalitas kasus di antara pasien yang dirawat secara medis sejauh ini adalah sekitar 2%, tetapi rasio sebenarnya mungkin tidak diketahui untuk beberapa waktu [5]. Adapun kondisi global terkini yaitu, total kasus konfirmasi COVID-19 per tanggal 29 Mei 2020 adalah 5.701.337 kasus dengan 357.688 kematian (CFR 6,3%) di 215 negara terjangkit sedangkan di Indonesia, dari 205.165 kasus yang diperiksa spesimennya total konfirmasi kasus adalah 25.216 dengan 1.520 kematian (CFR 6,0%) [6].

Cara Membuat Primer untuk Mendeteksi Covid-19

Di perkuliahan TABM dan Bioinformatika ada tugas desain primer, namun pemahaman saya hanya sebatas pada konsep primer dan desainnya secara in silico. Belum ada bayangan pembuatan primer sampai tahapan akhir wet lab yang melahirkan wujud cairan seperti yang dipipet saat praktikum. Setelah menyaksikan kisah di video Om Deddy dan menyimak penuturan Ibu MenKes (lihat poin 2), saya jadi penasaran bagaimana cara membuat primer sampai tahapan akhir wet lab.

Konsep Primer dari Materi Perkuliahan

Desain primer sangat penting untuk melakukan analisis PCR secara efisien. Efisiensi ini dapat tercapai bila hanya urutan DNA target yang diamplifikasi serta minimnya daerah non-target teramplifikasi. Keseimbangan antara spesifisitas dan efisiensi amplifikasi merupakan tujuan dari dilakukannya desain primer [7].

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengenalan primer terhadap DNA target, yaitu panjang untai, kandungan GC, dan konsentrasi primer. Amplifikasi optimum yang menghasilkan produk dengan spesifisitas tinggi terjadi pada suhu 55ºC [8]. Adapun syarat-syarat primer diantaranya, yaitu panjang pasangan basa 15-32bp, basa GC 45-60%, suhu antar primer (forward-reverse) sama atau berkisar 1ºC, ujung -3’ berisi basa G/C namun bukan 3 berturut-turut (GGC, CCG, GCG, CGC, GGG, CCC, dsb), serta urutan primer tidak saling complementary [7].

Desain primer dapat dilakukan secara manual atau online. Desain manual dilakukan dengan mengambil data sekuens DNA dari genbank kemudian menentukan primer sesuai persyaratan. Desain primer manual dilakukan apabila terdapat masalah homologi sekuens dari DNA target [9] sedangkan desain primer online dapat dilakukan langsung dengan genbank melalui Primer- BLAST [7].

Wawasan Tambahan setelah Terinspirasi

Setelah menyaksikan wawancara Om Deddy dan Ibu Siti Fadilah, saya kemudian googling dan baca-baca jurnal namun belum menemukan step by step metode pembuatan primer secara wet lab sampai tahap akhir yang menghasilkan cairan seperti yang dipipet saat praktikum. Beberapa jurnal yang pernah saya baca semuanya menggunakan primer komersial, hanya disebutkan mereknya saja.

Kemudian saya berdiskusi dengan Ajal, teman yang paling jago terkait bidang ini di kelas saya. Namun dia juga belum tahu. Menurutnya, sekuens DNA tertentu yang memuat sekuens target dipotong dengan enzim sehingga jadi sekuens primer. Beberapa saat setelahnya, dia menyanggah pernyataan awalnya bahwa dugaan tersebut sepertinya tidak benar dan memberikan sumber baru bahwa pembuatan primer dibuat dengan cara melakukan sintesis oligonukleotida sesuai desain primer yang telah dibuat [10].

Bosan memandangi laptop, saya beralih main hp dan memantau ig. Kebetulan ada postingan menarik dari @biotech.genbinesia tentang game “Battle For Cattle oleh Biofaction dan MycoSynVac Project” yang diterjemahkan oleh Genbinesia Divisi Bioteknologi. Kita dapat memahami tentang herd immunity, antibiotik, vaksin dsb dimana hal ini relate banget dengan kondisi pandemi, membantu kita memahami pandemi ini.

Saya baca caption-nya sampai tuntas berikut kolom komentarnya. Ada salah satu komentator (Kak Adit) yang merupakan translator dari konten tersebut. Saya lihat ada lingkaran merah (tanda ig story) lalu saya klik, kebetulan ada kolom tanya. Saya refleks mengetikkan pertanyaan tersebut (cara membuat primer secara wet lab) di kolom itu dan berharap mendapatkan pencerahan.

Wow! Ternyata beliau ilmuan yang sangat humble dan keren. Saya suka penjelasan analoginya, lebih mudah ditangkap dan bisa dibayangkan. Penjelasan dari pertanyaan tersebut sangat panjang, sehingga kurang efektif jika saya sampaikan pada tulisan ini. Insyaallah, bahasan lanjutan akan saya buat di hari kemudian.

Ringkasnya, cara membuat primer secara wet lab yaitu dengan alat yang disebut “DNA oligo synthetizer machine”. Alat tersebut ibarat “Printer DNA” dan “Nukleotida trifosfat sebagai tinta”, kita bisa memasukkan urutan basa nukleotida, lalu mencetaknya.

Meskipun terdapat kontroversi tanggapan orang-orang terhadap podcast Om Deddy, namun saya mendapatkan hal positif, menumbuhkan inspirasi bagi saya [11]. Menurut saya, yang terpenting bukan berfokus pada konspirasi melainkan bagaimana berkontribusi untuk negeri?

Saya sebagai pelajar, mencoba berkontribusi dengan cara memperdalam ilmu di bidang saya sebagai bekal untuk masa depan dan berharap mampu menyumbangkan inovasi untuk negeri suatu saat nanti. Begitu pula Anda, wahai pembaca yang budiman! Apapun bidang yang Anda geluti saat ini, Anda punya peluang untuk berkontribusi.

Terima kasih Ibu Siti Fadilah Supari yang telah berjuang demi kami, rakyat Indonesia dan dunia. Terima kasih Om Deddy, melalui podcast Anda saya mendapatkan ilmu dan banyak hal positif. Terimakasih Kak Adit dan Ajal yang telah bersedia berdiskusi.

Kepada lembaga Eijkman, LIPI, BPPT dan seluruh komponen baik ilmuwan, tenaga medis, dan masyarakat Indonesia, terima kasih telah semangat berjuang dan melakukan yang terbaik untuk Indonesia. Kami mendukungmu dan percaya Indonesia mampu mandiri seperti apa yang telah dituturkan oleh Ibu SF pada poin 2 di atas.

Semoga kebahagiaan dan keberkahan senantiasa dilimpahkan untuk orang-orang baik seperti Ibu Siti Fadilah Supari dan Anda sekalian. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Saya sadar bahwa tak ada gading yang tak retak, maka kritik dan saran dari Saudara sangat saya harapkan. Terima kasih. Salam!

 

Referensi:

  1. Corbuzier, Dedy. 2020. SITI FADILAH, SEBUAH KONSPIRASI - SAYA DIKORBANKAN (EXCLUSIVE) https://youtu.be/by3SglhT9Dc diakses pada 28 Mei 2020 pukul 23.00 WIB.
  2. WikiDiff. 2020. Virology vs Epidemiology - What's the difference? https://wikidiff.com/epidemiology/virology diakses pada 30 Mei 2020 pukul 15.40 WIB.
  3. Antonelli, G., & Pistello, M. (2019). Virology: a scientific discipline facing new challenges. Clinical Microbiology and Infection25(2), 133-135.
  4. Jin, Y., Yang, H., Ji, W., Wu, W., Chen, S., Zhang, W., & Duan, G. (2020). Virology, epidemiology, pathogenesis, and control of COVID-19. Viruses12(4), 372.
  5. Lipsitch, M., Swerdlow, D. L., & Finelli, L. (2020). Defining the epidemiology of Covid-19—studies needed. New England journal of medicine382(13), 1194-1196.
  6. InfeksiEmerging. 2020. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-19) 30 Mei 2020. https://covid19.kemkes.go.id/ diakses pada 30 Mei 2020 pukul 20.30 WIB.
  7. Fatchiyah. 2015. Prinsip Dasar Bioinformatika. UB Press. Malang.
  8. Fatchiyah, E.L. Arumingtyas, S. Widyarti & S. Rahayu. 2011. Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis. Erlangga. Jakarta.
  9. Novriani, H. 2016. Manually PCR Primer Designto Amplify the dtx Gene of the Bacteria Causing Diphtheria with DNA Sequences Homology Problem. JOURNAL OF THE INDONESIAN MEDICAL ASSOCIATION Majalah Kedokteran Indonesia66(12).
  10. Wikipedia. 2020. Oligonucleotide Synthesis.  https://en.m.wikipedia.org/wiki/Oligonucleotide_synthesis diakses diakses pada 30 Mei 2020 pukul 22.20 WIB.
  11. Syambudi, Irwan. 2020. Wawancara Deddy Corbuzier-Siti Fadilah: Ilegal dan Langgar Aturan. https://tirto.id/ diakses pada 31 Mei 2020 pukul 02.46 WIB.

Ikuti tulisan menarik Ayu Harnis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB