x

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 4 Juni 2020 09:31 WIB

Tingkat Kematian Anak Akibat Covid-19 Tinggi, Sekolah Belum Siap Dibuka

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dan para kepala daerah tidak perlu terburu-buru membuka sekolah untuk kegiatan belajar-mengajar dalam waktu dekat. Tidak perlu latah dengan kampanye normal baru di sektor ekonomi, karena sektor pendidikan membutuhkan penanganan yang berbeda. Prioritas semua pengelola sekolah seharusnya adalah keamanan dan keselamatan siswanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

*)Naskah diambil dari Tajuk Koran Tempo, 3 Juni 2020, dengan perubahan judul

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dan para kepala daerah tidak perlu terburu-buru membuka sekolah untuk kegiatan belajar-mengajar dalam waktu dekat. Tidak perlu latah dengan kampanye normal baru di sektor ekonomi, karena sektor pendidikan membutuhkan penanganan yang berbeda.

Prioritas semua pengelola sekolah seharusnya adalah keamanan dan keselamatan siswanya. Membuka sekolah pada awal tahun ajaran baru Juli depan mungkin bisa menjawab kekhawatiran sebagian pihak soal ketertinggalan siswa mengejar kurikulum. Namun hal itu tidak menjawab ketakutan soal pencegahan penularan Covid-19 dan kesehatan siswa serta keluarganya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia menyatakan tingkat keterpaparan dan kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia tergolong tinggi. Sampai Mei lalu, terdapat 129 korban meninggal dari 3.324 anak yang berstatus pasien dalam perawatan. Artinya, tidak benar bahwa anak-anak kebal dari dampak terburuk infeksi virus corona. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketimbang terburu-buru meminta siswa kembali masuk sekolah, lebih baikpemerintah mendorong upaya mencari inovasi baru di bidang pendidikan.

Kita harus mengakui bahwa keharusan belajar dari rumah selama masa wabah initelah membuka banyak kelemahan dalam sistem pendidikan kita. Banyak sekolah gelagapan ketika harus melaksanakan proses belajar jarak jauh. Guru-guru pontang-panting mempelajari teknologi informasi untuk menyampaikan pelajaran secara digital. Kondisi semakin sulit ketikasebagianorang tua murid mengaku kewalahan ketika harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah.

Belum lagi tak meratanya infrastruktur Internet membuat tidak semua siswa bisa mengakses situs atau aplikasi belajar online. Kondisi ekonomi keluarga siswa yang beragam memunculkan jurang pemisah digital antara mereka yang berada dan mereka yang kurang mampu.

Semua masalah itu harus dipecahkan, bukannya dilupakan dengan secepatnya kembali membuka sekolah-sekolah. Pendidikan kita harus bertransformasi untuk menjawab tantangan masa depan. Pandemiini hanya mempercepat proses perubahan yang memang sudah seharusnya terjadi.

Kesempatan selama liburan sekolah sebulan ini bisa dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk merumuskan metode dan infrastruktur belajar yang lebih efektif.Jangan lagi ada guru yang gagap teknologi atau orang tua yang tak memahami tanggung jawabnya dalam pendidikan anak.

Selama pandemi ini, kita banyak mendengar kisah mengharukan perihal para guru yang berjibaku agar murid-muridnya bisa tetap belajar dengan baik dari rumah. Berbagai gagasan segar dan inovatif itu harus dibakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler