x

Sejarah Monumen Loko Uap Medan

Iklan

Bin Nico Tahir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 April 2020

Senin, 22 Juni 2020 08:53 WIB

Loko Uap Hartmann DSM no 38 Deli Spoorweg Maatschappij, Kenangan Tanah Deli

Sejarah Monumen Loko Uap Medan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Loko Uap Hartmann DSM no 38 , Deli Spoorweg Maatschappij kenangan tanah Deli

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko DSM Hartmann C 2-6-4T no 38

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila anda di jalan Stasiun Kereta Medan kearah selatan, sebelum Stasiun Kereta Api Medan, pada sisi kiri jalan kita agak perlahan sedikit. Nanti agak tertutup papan iklan dan menara air, tepat pada pertemuan dengan Jalan Bukit Barisan, akan terlihat sosok hitam besar sebuah lokomotif iuap. Seperti di monumen loko uap lainnya, di sini pun minim informasi tentang sosok yang dijadikan monumen tersebut. Yang jelas Loko uap ini sudah tua usianya.

Bila kita menggali lebih dalam dan dari beberapa sumber, misalnya di laman http://searail.malayanrailways.com/PJKA/PJKA.htm , akan kita dapati data bahwa loko uap tersebut milik perusahaan swasta dijaman Kolonial Hindia Belanda bernama Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM ) yang berkedudukan di Medan dan Loko Uap nya adalah Tipe C - 2-6-4T tahun 1914 dari pabrik Jerman yang bernama  Hartmann ( Sächsische Maschinenfabrik vormals Richard Hartmann AG ) .

Dapat dilihat List Loko Uap DSM , pada nomer 38

Sejarah Monumen Loko Medan , List Loko DSM

 

Sejarah keberadaan transportasi Kereta api di Deli (Sumatra Timur) dimulai ketika didirikan perusahaan bernama Deli Maatschappij , pada tahun 1869 oleh Jacob Nienhuys dan Peter Wilhelm Janssen sebagai perusahaan budi daya tembakau dengan konsesi untuk Kesultanan Deli di Sumatra. Sebagian saham yaitu atau 50% saham Deli Maatschappij dibagi untuk Nederlandsche Handel-Maatschappij. Setahun kemudian pada tahun 1870, Jacob Cremer diangkat sebagai Adminitratur  Deli Maatschappij , sebagai penerus Jacob Nienhuys berhasil membawa kemajuan. Satu dekade kemudian  Jacob Cremer merasakan perlunya alat transportasi untuk menunjang kegiatan produksi perusahaan dan atas inisiatif dialah sejarah Kereta Api muncul di Tanah Deli.

Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda ketika itu Frederik s'Jacob ( 1881 – 1884 ) pada tanggal 23 Januari 1883, permohonan konsensi dari pemerintah Kolonial  Hindia Belanda untuk pembangunan jaringan Kereta Api yang menghubungkan Pelabuhan Belawan-Medan-Deli Tua-Timbang Langkat (nama Binjai ketika itu ) direalisasikan .

Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM ) didirikan pada tahun 1883 dan terdaftar di Amsterdam. Perusahaan ini berkantor pusat di Deli Serdang sampai tahun 1890 dan kemudian pindah ke Deli, sekarang Medan.

Gambar Kantor DSM

Sejarah Monumen Loko Medan , Kantor DSM

 

Perusahaan ini memperoleh modal sebesar 2,6 juta gulden bertambah menjadi 4 juta Guilden pada tahun 1889 dan 20 tahun kemudian di 1919 bertambah lagi menjadi 20 Juta Gulden.

Gambar Saham DSM 20 Juta Gulden pada 1919

Sejarah Monumen Loko Medan , Saham DSM

Pada bulan Juni 1883, izin konsensi tersebut dipindah tangankan pengerjaannya dari Deli Maatschappij kepada Deli Spoorweg Maatschappij ( DSM ). Konsensi ini tercantum dalam Besluit. No 7 tahun 1883. Pada tahun itu pula, presiden komisaris DSM, Peter Wilhem Janssen merealisasikan pembangunan rel Kereta Api pertama sekali di Sumatera Utara yang menghubungkan Stasiun Belawan – Stasiun Medan yang diseesaikan dalam 5 tahun dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 16 Februari 1888

Gambar  Jacob Cremer

Sejarah Monumen Loko Medan , Jacob Theodoor Cremer 1860

 

Gambar Stasiun Belawan

Sejarah Monumen Loko Medan , Stasiun Belawan

 

Gambar Stasiun Medan

Sejarah Monumen Loko Medan , Stasiun Medan

 

Kemudian pembangunan jalur rel kearah Barat , Stasiun Pangkalan Brandan selesai pada 15 Desember 1904 dan kearah Timur , Stasiun Tanjung Balai selesai pada 16 Agustus 1915. Sampai tahun 1915 sekitar 17 tahun operasional DSM berhasil membangun panjang rel 75% dari total rel yang dibangunnya ,bila dihitung mulai dibukanya rute Belawan – Medan sampai diselesaikan Stasiun Tanjung Balai tahun 1915. Untuk menunjang operasional ketika Stasiun Tanjung Balai selesai dibangun , DSM mendatangkan 45 unit Lokomotif Uap terdiri dari :

Loko Tipe B :

0-4-0T  : 3 Unit

0-4-4T  : 6 Unit

Loko Tipe C :

0-6-0T  : 13 Unit

- 0-6-4T  :   9 Unit

- 2-6-4T  :  14 Unit

Diantara 45 unit Loko Uap yang didatangkan oleh DSM yang tersebut diatas , terdapat 36 Unit Loko Uap Tipe C  dan diantaranya adalah 14 unit Loko Tipe C 2-6-4T . Tipe C adalah lokomotif Uap dengan penggerak utamanya adalah 6 Roda ( 3 roda sejajar ). Pada tahun 1913 -1914 didatang 8 unit Loko Uap Tipe C 2-6-4T dari pabrik Jerman Hartmann ( Sächsische Maschinenfabrik vormals Richard Hartmann AG ) mendapat no Loko 31 s/d no loko 38 , setelah itu setahun di tahun 1915 didatangkan kembali 6 unit dari Pabrik Belanda yang bernama Werkspoor  dan mendapat nomer Loko 39 s/d Loko no 44 . Di DSM , loko diberi nomer sesuai urutan tahun kedatangan dan tidak seperti di Jawa , yang oleh perusahaan kereta api , no loko selain diurutkan sesuai tahun kedatangan juga dibagi dari Tipe Loko , bila Loko Tipe C di Jawa selalu diberikan no loko dengan awalan huruf C , Misalnya Loko Uap C1411 .

Gambar Jalur Rel DSM

Sejarah Monumen Loko Medan , Map DSM

 

Lokomotif Uap Tipe C 2-6-4T ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta penumpang atau gerbong barang. Biasanya, Loko Uap ini digunakan untuk menarik gerbong barang bermuatan sawit atau karet dari daerah Tebingtinggi atau Kisaran disebelah Timur Medan , dimana Stasiun Tanjung Balai berada . Adanya kereta api telah mendorong pertumbuhan di sektor perkebunan dan pertumbuhan ekonomi di sektor lain yang pada akhirnya membuat Deli (Medan) menjadi daerah yang maju dan berkembang pesat.

Loko Uap tipe C 2-6-4T Hartmann (dengan nomor Loko Uap DSM 31 – 38) ini telah dilengkapi dengan rem tangan dan rem vakum. Tangki air berada di samping boiler. Kabin didesain cukup luas dan juga telah didesain untuk beroperasi daerah tropis serta dilengkapi dengan atap ganda dan jendela berada di samping. Loko Uap ini memiliki dua silinder luar berdimensi 390 mm X 550 mm dengan roda berdiameter 1300 mm. Berat keseluruhan 48,3 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 68 km/jam dan sebagai bahan bakar menggunakan kayu jati.

Diantara ke 14 Loko Tipe C 2-6-4T inilah yang kemudian hari dijadikan Monumen Loko di Medan , yaitu Loko Uap Hartmann dengan no 38 , yang didatangkan oleh DSM pada tahun 1914.

Sebagai gambaran bagaimana Loko Uap Hartmann C 2-6-4T beroperasi dijaman Hindia Belanda dan jaman PJKA dapat dilihat dari gambar2  Loko Uap dibawah ini

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko DSM Hartmann C 2-6-4T no 37

 

Gambar Loko Uap Hartmann Tipe 2-6-4T di Stasiun Pangkalan Susu

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko DSM Hartmann C 2-6-4T Stasiun Pangkalan Susu

 

Gambar Loko Uap Hartmann C 2-6-4T no 33 di jaman PJKA

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko PJKA Hartmann C 2-6-4T no 33

 

Gambar Loko Uap Hartmann C 2-6-4T no 37 di Stasiun Tebing Tinggi di jaman PJKA ( Photo Derek Huntriss 1977 )

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko PJKA Hartmann C 2-6-4T no 37 Tebing Tinggi 1977 Derek Huntriss

 

Untuk sebagai pembanding , Loko Uap Tipe C 2-6-4T dari Pabrik Werkspoor dengan no 57 yang didatangkan pada 1921 , dapat dilihat pada gambar tahun 1977

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko PJKA Werkspoor C 2-6-4T no 57

 

Secara fisik tidak banyak berbeda , tetapi Loko Uap Werkspoor dengan berat 51,3 ton lebih berat 3,1 ton bila dibandingakan dengan Loko Uap Hartmann .

Menurut beberapa informasi , sebenarnya Loko Uap yang dijadikan Monumen adalah Loko no 35 bukan no 38 , tetapi mengingat keduanya adalah sama2 dari pabrik Hartmann Tipe C 2-6-4T yang didatangkan pada 1914 , tidak menjadi masalah . Yang menjadi masalah bila Loko Uap ini bagian dari Werkspoor Tipe C 2-6-4T dengan no Loko 39 s/d 44 tahun 1915 , atau Loko no 50 s/d 55 tahun 1920 atau Loko no 57 s/d 59 . Seperti disebut diatas , biarpun tidak banyak perbedaan , Loko Tipe C 2-6-4T dari kedua pabrik mempunyai bobot yang berbeda sekitar 3,1 Ton

Ada hal unik ketika Loko Uap Hartmann no 38 ini dijadikan Monumen , sampai dengan akhir tahun 1990 an posisi Loko Uap sempat menghadap kearah Utara ( membelakangi Stasiun Medan ) , kemudian dirubah menjadi kearah Selatan seperti keadaan sekarang .

Gambar Ketika Loko Uap Menghadap ke Utara

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko PJKA Hartmann C 2-6-4T no 38

 

Gambar Loko Uap Sekarang

Sejarah Monumen Loko Medan , Loko PJKA Hartmann C 2-6-4T no 38

 

Pengadaan Loko Uap DSM , terakhir pada tahun 1929 dan total ada 69 Loko Uap dengan lebar rel 1067 cm dan 7 Loko Uap dengan rel 60 cm . Jadi semua ada 76 Loko Uap yang didatangkan oleh DSM untuk beroperasi di Sumatera Timur dan Aceh.

Ada 2 catatan penting mengenai Loko Uap ini sebagai Monumen di Kota Medan :

  • Sebagai peninggalan sejarah Kereta Api Indonesia dan khususnya Sejarah Tanah Deli yang telah berusia lebih 100 tahun dan penuh sejarah panjang Tanah Deli.
  • Perlu juga dicatat bahwa , selain koleksi Loko Uap di Museum Ambarawa dan Museum Kereta Taman Mini Indonesia Jakarta , Loko Uap di monument ini adalah yang terbesar dari semua Loko Uap yang dijadikan Monumen di kota2 lain di Indonesia.

Dengan dua catatan diatas , mungkin pihak terkait perlu memikirkan lokasi baru bagi Loko Uap Hartmann C 2-6-4T yang terlindungi dari paparan hujan dan panas dan dilengkapi oleh sejarah  Deli Spoorweg Maatschappij , sehingga monument ini menambah wawasan kita tentang Kereta Api Indonesia , kota Medan dan Sejarah Tanah Deli , semoga

 

Ikuti tulisan menarik Bin Nico Tahir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler