x

Iklan

OZZY TRAVELER

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Juli 2020

Kamis, 2 Juli 2020 12:24 WIB

Jangankan M Nasir, Saya pun Dibuat Jengkel dan Marah atas Sikap Dirut INALUM

“ Kalau Bapak sekali lagi gini, saya suruh Bapak keluar ruangan ini,” “Bapak bagus keluar karena nggak ada gunanya Bapak rapat di sini. Anda bukan buat main-main dengan DPR ini,” kata Nasir

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah saya menyaksikan cuplikan video perdebatan yang berujung pengusiran Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), Orias Petrus Modeak dari ruangan Rapat Dengar Pendapat oleh anggota Komisi VII DPR RI pada Rabu, 1 Juli 2020 kemarin, bisa disimpulkan bahwa, BUMN masih jadi raja utang!

“ Kalau Bapak sekali lagi gini, saya suruh Bapak keluar ruangan ini,”

“Bapak bagus keluar karena nggak ada gunanya Bapak rapat di sini. Anda bukan buat main-main dengan DPR ini,” kata Nasir

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kutipan di atas merupakan cuplikan anggota Komisi VII Fraksi Demokrat, Muhammad Nasir kepada Direktur Inalum (Persero), Orias Petrus untuk keluar dari ruangan Rapat dengar pendapat dengan holding BUMN. Suasana jadi semakin panas, karena Orias tak bisa mengeluarkan surat hutang atau obligasi instansi yang dipimpinnya.

Sebagai partai politik yang pernah berkuasa selama 10 tahun, Partai Demokrat paham betul apa saja kebutuhan serta keinginan dari rakyatnya. Secara tidak langsung, sikap sensitivitas dari hati nurani seorang M. Nasir keluar dengan sendirinya tanpa dibuat-buat. Berontak karena dianggap merugikan negara dan rakyat Indonesia.

Hal ini lah yang saya lihat di saat perdebatan antara anggota Komisi VII Fraksi Demokrat tersebut dengan Dirut Inalum MIND ID yang berujung pengusiran keluar ruangan, karena dianggap tidak menghormati dewan.

Dengan tegas saya mendukung sikap Muhammad Nasir. Perlu dipahami perdebatan itu terjadi karena Muhammad Nasir mengkritisi rencana Inalum untuk mengambil utang lagi.

Dirut Inalum bahkan tidak bisa menjamin kapan utang itu akan lunas. Jawaban yang diberikan oleh Orias pun tampak ‘ngambang’ alias kebingungan dari apa yang disampaikan. Ngelantur, bahkan dia tak bisa menunjukan detail surat utang yang dimaksud. Tak membawa data, padahal jelas subtansi yang akan dibahas soal kondisi BUMN hari ini, di saat pandemi Covid-19.

Orias menjawab bahwa ada surat utang yang tenornya mencapai 30 tahun. Bukanlah waktu yang singkat untuk dilakukan pelunasannya. Jika diberikan utang lagi, apa bisa PT Inalum sanggup untuk melunasi dengan tidak memberatkan beban utang tersebut kepada Negara? Ujug-ujug, rakyat lagi akan menderita atas utang tersebut!

Wajar dong, bila anggota dewan Nasir menanggapi bahwa jangka waktu utang itu sangat panjang. Selain itu, dia menilai utang tersebut bisa merugikan anak usaha holding tambang.

Utang Inalum sendiri diprediksi membengkak menjadi US$ 6,5 miliar atau Rp 100 triliun lebih tahun ini, seiring rencana induk BUMN tambang ini mencaplok 20-25% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Moody's Investors Service sendiri menetapkan outlook Inalum negatif. Maka bahaya sekali kalau dibiarkan Inalum ambil utang lagi. Jadi wajar kalau nasir marah-marah. Inalum itu kan BUMN mesti diselamatkan.

Ikuti tulisan menarik OZZY TRAVELER lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler