Beginilah jadinya bila pejabat di negeri ini mulai kehabisan akal melawan pandemi Coronavirus Disease 2019. Ketika para pakar vaksin sedunia masih berjibaku di laboratorium mencari penangkal virus SARS-CoV-2 ini, mendadak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo muncul dengan kalung “ajaib”-nya. Tanpa tedeng aling-aling, dia mengklaim temuan para peneliti di kementeriannya itu dapat membunuh virus corona.
Pernyataan Syahrul itu tentu saja menyulut kontroversi. Banyak orang mempertanyakan kebenaran klaim kalung yang diberi nama “Anti Virus Corona Eucalyptus” itu. Sulit diterima nalar jika serbuk berbahan eukaliptus tersebut dapat mematikan virus yang sampai kini telah membunuh lebih dari 500 ribu orang di seluruh dunia itu.
Apalagi cara kerjanya juga tak begitu meyakinkan. Produk ini diklaim dapat mengeluarkan aroma secara lambat melalui lubang-lubang kemasannya. Konon, semakin lama kita menghirup aroma eukaliptus tersebut, semakin banyak virus yang terbasmi. Untuk meyakinkan orang ramai ihwal temuan tersebut, Syahrul kini mengenakan kalung itu ke mana-mana laksana jimat dan siap memproduksinya secara massal pada Agustus nanti.
Kita semua tahu, temuan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian tersebut sejatinya cuma jamu herbal yang berfungsi sebagai aromatherapy. Menyebar klaim bahwa kalung eukaliptus itu dapat membunuh virus corona sungguh tak bertanggung jawab. Apalagi, seperti diakui sendiri oleh tim penelitinya, produk itu baru mendapat izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan sebagai jamu. Klaim hiperbolik Menteri Syahrul jelas menyesatkan masyarakat.
Presiden Joko Widodo perlu memperingatkan bawahannya itu agar tidak menyebar klaim anti-sains yang bisa menjadi tertawaan khalayak ramai. Untuk melalui krisis ini dengan selamat, kita memerlukan jajaran pemerintahan yang andal dan bisa dipercaya. Kalau pernyataan para menteri tak disaring baik-baik, kredibilitas pemerintah bisa tergerus dan semua kebijakannya tak lagi dipatuhi orang ramai.
Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.